Kamis, 21 Juni 2018

Peran PAUDNI Dalam Menyiapkan Kado 100 Tahun Indonesia Merdeka

BANJARMASIN. Bertempat di Hotel Grand Mentari, Dirjen Pendidikan Usia Dini, Nonformal dan Informal  (PAUDNI), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog memimpin Evaluasi program PAUD Regional VI, Kalimantan Selatan, 6-8 Desember 2012. Kegiatan ini dihadiri oleh 50 peserta terdiri dari Kepala BPKB (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar) 4 provinsi di Kalimantan; Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan; Kepala SKB (sanggar kegiatan belajar) Kabupaten.

Dirjen PAUDNI saat memimpin rapat evaluasi menekankan agar adanya peningkatan sosialisasi PAUD untuk memperluas pemahaman masyarakat tentang PAUD. Guru Besar Psikologi UI ini mencontohkan bahwa masyarakat sering melihat adanya dikotomi antara Taman Kanak-Kanak dan PAUD. Di masa lalu, TK dimaknai sebagai entitas yang bertugas mempersiapkan anak didik untuk memasuki sekolah dasar. Hal ini berimplikasi dalam metoda pengajaran yang melakukan “drilling” pembelajaran agar alumnus TK menguasai kemampuan calistung (baca, tulis, hitung) untuk memasuki sekolah dasar.

Saat ini TK merupakan bagian dari PAUD, yang tetap mempersiapkan anak didik untuk memasuki sekolah dasar dengan metoda yang menyenangkan sehingga setiap anak tidak akan merasa jenuh dan lelah di usia dini, yang kelak dapat berpotensi mengurangi kemampuan mereka di masa datang.
Dirjen PAUDNI juga menjelaskan dengan angka pertumbuhan anak sebesar 1,5 persen per tahun berarti setiap tahunnya sekitar 3,5 juta bayi lahir, berarti kebutuhan akan PAUD sangat signifikan. Oleh karenanya, Dirjen yang akran disapa sebagai Reni Akbar-Hwadi ini optimistis bahwa sebanyak 30 ribu desa yang masih belum memiliki PAUD, dapat dipenuhi dalam waktu tiga tahun. Dengan upaya yang keras dan fokus ini, makapada tahun 2025 akan muncul generasi pemimpin muda yang sehat dan unggul.

Reni juga mengapresiasi program PAUDNI regional VI Kalimantan yang memiliki tingkat tunaaksara hanya sebesar 4,41 persen, berada di bawah tingkat tunaaksara nasional sebesar sebesar 5, 01 persen. (Devie/UI)

Istri Gubri Dikukuhkan Jadi Bunda PAUD Riau

PEKANBARU-Berbagai kegiatan digelar di Riau sempena Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2014. Dalam rangkaiannya, istri Gubernur Riau, Hj Latifah Hanum juga akan dikukuhkan menjadi Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Riau, Minggu (4/5/2014) di Gedung Daerah.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Riau, Dwi Agus Sumarno, Kamis (1/4/2014). Katanya, dalam pengukuhan itu akan hadir Dirjen PAUDNI Kemendikbud, Prof Dr Lydia Freyani. "Dalam pengukuhan Bunda PAUD Riau ini, kita juga mengundang Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbud). Namun yang sudah memastikan akan hadir adalah Dirjen PAUDNI Kemendikbud, Prof Dr Lydia Freyani," ujarnya.

Selain pengukuhan, lanjut Dwi, Disdik Riau selama Mei ini menetapkan sebagai bulan pendidikan. Sehingga berbagai rangkaian kegiatan sudah dirancang dan dipersiapkan untuk dilaksanakan.

"Kita mengawali peringatan Hardiknas, Jumat besok (hari ini, red) dengan apel pagi bersama di Kantor Gubri sekaligus pemberian penghargaan kepada siswa dan guru  berprestasi nasional dan internasional. Dalam apel pagi ini, kita menampilkan atraksi dari IPDN (Institut Pendidikan Dalam Negeri, red)," ujar Dwi seraya mengatakan bahwa Hardiknas kali ini mengambil tema "Pendidikan Menuju Peradaban Unggul".

Dwi menambahkan, masih ada rangkaian kegiatan lainnya seperti diskusi panel bersama dewan kehormatan PGRI. Sementara Minggu (11/5/2014) nanti, Disdik Riau menggelar jalan santai, yang dipusatkan di Jalan Gajah Mada, perlombaan seni melalui Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat SD-SMA.

Penulis : Vivi Eliyati
Editor : Yusni Fatimah


Sumber: http://www.halloriau.com/read-pendidikan-46410-2014-05-02-istri-gubri-dikukuhkan-jadi-bunda-paud-riau.html

Hj. Iriana Joko Widodo dikukuhkan menjadi Bunda PAUD Provinsi DKI Jakarta

JAKARTA. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggelar acara peringatan Hari Aksara Internasional ke-48, sekaligus pengukuhan Bunda PAUD tingkat Provinsi dan Kota Administrasi/Kabupaten Se-DKI Jakarta.

Acara yang digelar di Gedung Sasono Langen Budoyo Taman Mini Indonesia Indah (TMII),  Jakarta Timur, Hari Kamis (14/11) dihadiri oleh peserta undangan dan peserta didik PAUD, Keaksaraan dan para pendidik dan kependidikan pendidikan nonformal dan informal Provinsi DKI Jakarta.

Pengukuhan serta penyematan Pin PAUD kepada Hj. Iriana Joko Widodo sebagai Bunda PAUD Provinsi DKI Jakarta oleh Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog berlangsung dengan lancar dan hidmat. Kemudian disusul dengan pengukuhan Bunda PAUD Kota Administrasi/Kabupaten oleh Bunda PAUD Provinsi yang didampingi oleh Dirjen PAUDNI.

Mengawali sambutannya, Dirjen PAUDNI menjelaskan betapa pentingnya keaksaraan bagi warga negara karena merupakan prasyarat agar menjadi individu pembelajar. Melalui keaksaraan dapat membuka kesempatan luas bagi individu untuk mengenal dunia sekitarnya, memahami berbagai faktor yang mempengaruhi lingkungannya, berpartisipasi aktip dalam pembangunan nasional dan kehidupan demokrasi, serta memperkuat identitas budayanya.

“Pada tahun 2013/2014 menurut World Economic Forum dalam laporan mengenai Global Competitiveness Report 2013/2014 menempatkan Indonesia sebagai negara nomor tiga dari 148 negara di dunia yang mengalami kenaikan peringkat tertinggi, yaitu naik 12 peringkat dari peringkat ke-38” urai Doktor Psikologi Universitas Indonesia yang sambut dengan gemuruh tepuk tangan hadirin yang hadir.

Tema yang di usung pada acara ini adalah bersatu mewujudkan masa depan anak yang sehat, cerdas, berkarakter, dan berbudi luhur.

“Pengukuhan Bunda PAUD ini bukanlah kegiatan seremonial semata, melainkan untuk memberikan dukungan dan mendorong semua komponen masyarakat memikul tanggung jawab terhadap masa depan Bangsa Indonesia” ujar Dirjen. (Eva Fatmawati/HK)

Bunda PAUD Kalteng Dikukuhkan

PALANGKARAYA. Sebagai upaya percepatan layanan PAUD, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (Dirjen PAUDNI) mengukuhkan Moenarting Teras Narang sebagai Bunda Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kalimantan Tengah di Palangkaraya, Sabtu (15/9).

“Bunda PAUD merupakan figur tokoh sentral ‘ibu’ di wilayahnya. Ia adalah orang yang terdekat dengan kepala daerah yang menjadi pelindung dan pengayom anak usia dini,” ujar Dirjen PAUDNI Lydia Freyani Hawadi.

Pengukuhan istri Gubernur Kalimantan Tengah itu merupakan strategi Paudisasi dalam mempercepat layanan PAUD, khususnya di Kalimantan Tengah. Saat ini sudah ada 22 Bunda PAUD tingkat provinsi yang dikukuhkan. Mereka berperan besar dalam meningkat angka partisipasi kasar (APK) PAUD di wilayahnya masing-masing.

Sesuai dengan perjanjian Dakar, pada tahun 2015 ditargetkan ada 75 persen anak usia dini di Indonesia yang terlayani PAUD. Saat ini, angka partisipasi kasar (APK) PAUD Kalteng baru menyentuh angka 34,54 persen.

Peringkat 9 Nasional
Kalimantan Tengah merupakan provinsi dengan APK PAUD di atas rata-rata nasional, yakni 35,79 persen. Bahkan, di ibu kota Kalteng Palangkaraya layanan PAUD sudah mencapai 65,49 persen. Dengan capaian itu, APK PAUD Kalteng berada di peringkat 9 di antara 33 provinsi di Indonesia.

Direktur Pembinaan PAUD Direktorat Jenderal PAUDNI Erman Syamsuddin mengharapkan Kalteng bisa mempertahankan prestasi tersebut. Ia menyatakan provinsi ini memiliki tantangan besar untuk itu.

“Kondisi georafis Kalimantan Tengah itu cukup sulit. Provinsinya sangat luas dan banyak anak usia dini yang tersebar di berbagai pelosok. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,4 persen tidak berdampak signifikan di tengah masyarakat ini. Jika ini tidak diantisipasi dari sekarang, bisa jadi peringkat yang telah dicapai bisa melorot,” kata Erman.

Oleh karena itu, ia berharap pemerintah daerah dan masyarakat bisa bahu-membahu dalam menyukseskan Paudisasi. Kehadiran Bunda PAUD tentunya bisa jadi “amunisi” tambahan dalam menggerakkan program ini. (Dina Julita/HK)

Ditjen PAUDNI Bersiap Rakornas Bunda PAUD

JAKARTA. Untuk menyusun rencana kerja Bunda PAUD, Ditjen PAUDNI bersiap menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bunda PAUD. Dengan kegiatan ini, diharapkan Bunda PAUD bisa memaksimalkan perannya sebagai penggerak Paudisasi.

Rakornas Bunda PAUD direncanakan akan diselenggarakan 20-21 November 2012 di Jakarta. Ibu Ani Yudhoyono selaku Bunda PAUD Nasional akan menjadi pembicara utama dalam acara tersebut. Ketua Umum Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu (SIKIB) ini akan menjadi motivator penggerak dan peningkatan layanan serta dukungan partisipasi PAUD.

Bunda PAUD adalah istri-istri kepala daerah yang telah dikukuhkan oleh Ditjen PAUDNI untuk mendukung program PAUD di wilayahnya masing-masing. Dengan ini diharapkan gerakan satu desa satu PAUD bisa tercapai.

Di antara 33 provinsi, sudah ada 27 Bunda PAUD provinsi. Sementara di lingkup kota/kabupaten, sudah ada 206 Bunda PAUD yang dikukuhkan.

“Tahun ini, Bunda PAUD dari seluruh provinsi dan kota/kabupaten ditargetkan sudah dikukuhkan,” ujar Direktur Jenderal PAUDNI Lydia Freyani Hawadi saat memimpin rapat Rakornas Bunda PAUD di Jakarta, , Selasa (2/10).

Tahun selanjutnya, 2013, kata Dirjen PAUDNI, Bunda PAUD di seluruh kecamatan diharapkan sudah dikukuhkan. Selanjutnya, tahun 2014, sudah ada Bunda PAUD di tiap desa dan kelurahan. (Dina Julita/HK)

476 Bunda PAUD Jorong di Kabupaten AGAM Dikukuhkan

Bunda Paud (Pendidikan Anak Usia Dini) Kabupaten Agam Ibu Vita Indra Catri mengukuhkan sebanyak 476 orang Bunda Paud Jorong se-Kabupaten Agam, bertempat di Pusdiklat IPDN Baso. Sabtu (1/2).

Pengukuhan itu dilakukan disaat sosialisasi tugas dan fungsi Bunda Paud dalam program “Satu Jorong Satu Paud”. Hadir dalam kesempatan itu selain Bupati Agam juga dihadiri oleh Dirjen Paudni Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog. Ketua Forum Paud Provinsi Sumbar Ibu Nevi Irwan Prayitno, Direktur Paud Herman Samsudin, serta SKPD terkait.

Bunda Paud Kabupaten Agam Ibu Vita Indra Catri mengatakan, pengukuhan Bunda Paud tersebut selain bertujuan dalam menggerakkan program satu jorong satu paud juga sebagai bentuk memprakasai, memfasilitasi dan mengembangkan terwujdunya komunikasi interaktif yang positif dan kontruktif antara bunda Paud dengan anak didik.

Menurut Ibu Vita keberadaan satu jorong satu paud juga bisa mendorong tumbuhnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan anak usia dini.

Disamping itu, forum paud di Kabupaten Agam sudah melakukan gebrakan dan prestasi, baik ditingkat provinsi maupun di tingkat nasional.

Sementara itu, Bupati Agam Indra Catri mengucapkan selamat atas Bunda Paud Jorong yang baru saja dikukuhkan sebagai Bundanya Paud. “Tentunya eksistensi Bunda dapat memicu perkembangan kualitas anak didik, “ujarnya.

Menurut bupati, pemerintah setempat sangat peduli terhadap pendidikan anak usia dini. Adapun salah satu bentuk keseriusan Pemkab. adalah bahwa sekarang Pemkab. sudah membuat grand diseight pemusatan forum paud di kabupaten.

“Maka dari itu, sangat diperlukan sekali partisipan masyarakat demi terselenggaranya program satu jorong satu paud di daerah tersebut, “terang bupati.

Terkait dengan pengukuhan tersebut, Dirjen. Paudni Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, mengakui bahwa setelah di lakukan kunjungan secara langsung bahwa keberadaan program satu jorong satu paud sangat di dukung penuh dari forum paud di nagari bahkan masyarakat sekalipun.
“Ini merupakan acara pengukuhan terbanyak yang pernah saya tepatnya Kabupaten Agam mejadi contoh di negeri Indonesia ini, “ujarnya.

Menurutnya, ini terbukti bahwa bentuk komitmen masyarakat di Agam sangatlah tinggi. “Apabila beberapa tahun kedepan program satu jorong/desa satu paud di daerah berhasil, maka Agam merupakan pelaksanaan Paud terbaik se-Indonesia, “terangnya lagi.

Disamping itu, menurut Dirjen PAUDNI bahwa SDM para pendidik juga sangatlah menentukan kualitas dari para anak didik nantinya. Untuk itu, Ia mengharapkan agar para pendidik diberikan pelatihan khusus, tidak itu saja kalau bisa para pendidik paud hendaknya tamatan sarjana. (Teguh Susanto/HK)

Bercerai Tapi Masih Satu Rumah, Berdampak Burukkah Untuk Anak?

Entah apa yang menjadi alasan pasangan selebriti Deddy Corbuzier dan Kalina yang sudah resmi bercerai sejak akhir Januari, untuk tetap satu rumah dan bersama-sama mengasuh Azkanio Nikola Corbuzier (7). Meski terlihat tidak lazim, tetapi ternyata keputusan pasangan suami istri yang bercerai namun tetap tinggal satu rumah dianggap sebagai hal yang positif oleh Prof. Lydia Freyani Hawadi, Psi, psikolog yang dekat dengan dunia pendidikan anak.

Menurut Prof. Lydia Freyani Hawadi, Psi, keputusan pasangan bercerai tetapi masih satu rumah. Bagi Reni, demikian sapaan akrab psikolog yang dekat dengan dunia pendidikan anak ini, keputusan untuk tetap satu rumah adalah hal yang positif bagi anak.

Sebab, anak belum bisa mengerti tentang konsep perceraian. Anak membutuhkan waktu yang lama dan kedewasaan emosi untuk bisa memahami kondisi bahwa kedua orangtuanya bercerai. Apalagi untuk anak yang masih berusia balita dan dibangku sekolah, mereka masih membutuhkan sosok orangtua yang utuh. Dimana keberadaan sosok ayah dan sosok ibu tidak bisa dipisahkan atau digabungkan dalam satu orang.

Jadi bagi Prof Lydia Freyani Hawadi, Psi, ketika pasangan suami istri yang bercerai tetap memilih untuk tinggal satu atap dengan alasan anak atau hal lainnya, bisa memberikan dampak positif bagi anak. "Dengan memilih masih tinggal bersama, memberikan waktu untuk anak beradaptasi dan memahami dengan kematangan pemikirannya tentang kondisi orangtua yang sudah bercerai. Jadi ketika akhirnya ayah dan ibunya memilih berpisah rumah, anak bisa memahami lebih matang dan siap secara emosional juga," katanya.

Berbohongkah Kepada Anak?
Kemudian muncul pertanyaan, jika kondisi orangtua sudah bercerai namun masih tinggal satu rumah, bukankah telah melakukan kebohongan kepada anak? Prof Lydia Freyani Hawadi, Psi menjelaskan bahwa tinggal satu atap dengan pasangan yang sudah tidak lagi menjadi suami istri dan mengasuh anak bersama bukan kebohongan, karena pada dasarnya orangtua harus tetap bisa menjelaskan kondisi yang sebenarnya. Tapi lebih lanjut, ia mengajurkan agar pasangan suami istri tidak langsung menjelaskan dengan frontal tentang percerai. Karena anak sulit memahami konsep perceraian, jadi ketika suami istri yang bercerai masih tinggal satu rumah, tetaplah bersikap seperti satu keluarga yang baik.
Misal, untuk panggilan di depan anak, tetaplah suami istri memanggil dengan sapaan ayah atau ibu. "Jangan melakukan perubahan yang terlalu drastis, lagipula bagi anak, suami istri yang telah bercerai tetap menjadi ayah dan ibu bagi anak bukan," urainya.

Kejanggalan yang bisa dilihat anak adalah ketika suami dan istri tidak tidur dalam satu kamar. Nah, itu yang perlu dipersiapkan oleh orangtua manakala anak bertanya-tanya. "Ketika melihat ayah dan ibu tidak lagi tidur satu kamar, akan timbul pertanyaan. Nah, sebaiknya dijelaskan dengan pemahaman yang bisa dimengerti anak. Suami istri bisa mencari alasan yang tepat atau katakan saja terus terang bahwa memang ayah ibu sudah cerai tetapi masih tinggal bersama untuk anak-anak. Awalnya pasti sulit meski begitu jangan paksa anak untuk segera memahami ya," tutur Prof Lydia Freyeni Hawadi, Psi

Jangan Membawa Teman Spesial Ke Rumah
Aturan yang harus disepakati oleh suami istri yang telah bercerai tetapi masih satu rumah adalah saling menghargai dan menjaga sikap di depan anak. Salah satunya, menurut Prof Lydia Freyani Hawadi, Psi adalah dengan tidak membawa teman spesial ke rumah. "Sebaiknya, jangan membawa teman spesial ayah atau teman spesial ibu ke rumah dan mengenalkan kepada anak, jika masih memutuskan satu rumah. Anak akan berpikir negatif dan berpengaruh buruk pada cara pandang anak tentang orangtuanya," begitu sarannya.

Keputusan untuk masih bersama tinggal satu rumah meski sudah bercerai, akan memiliki dampak positif jika masing-masing dari individu yang berpisah siap untuk menjawab pertanyaan dari anak dan menyikap dengan bijak setiap hal yang akan terjadi dalam hubungan yang sudah tidak dalam ikatan suami istri.

Sumber;  https://family.fimela.com/dunia-ibu/update/bercerai-tapi-masih-satu-rumah-berdampak-burukkah-untuk-anak-130522b-page2.html

Daya Serap Dirjen PAUDNI Capai 70%

Daya serap anggaran Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Ditjen PAUDNI) sampai dengan 19 November 2012 mencapai 70,05% dari total anggaran sebesar Rp 2,75 triliun. Masih terdapat 29,95% dana yang belum terserap hingga pengujung tahun.
 
Direktur Jenderal PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi Psikolog menegaskan, dalam sisa waktu yang relatif singkat, pembelanjaan sisa anggaran yang belum terserap harus mengikuti aturan yang berlaku. Reni Akbar Hawadi, sapaan Dirjen PAUDNI menegaskan hal tersebut bukanlah pekerjaan mudah, karena kegiatan yang berkaitan dengan pihak ketiga membutuhkan proses/tahapan yang panjang. “Dengan demikian kita harus bekerja lebih keras lagi dan cermat,” tegas Dirjen saat membuka kegiatan Rekonsiliasi Saldo Awal  Dalam  Rangka Penyusunan Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2012 di Yogyakarta, beberapa waktu lalu.

Menilik data Laporan Realisasi Anggaran (LRA) sampai dengan 19 November 2012, penyerapan terbesar berasal dari dekonsentrasi 71,62%, diikuti Kantor Pusat 67,25%, lantas Kantor Daerah sebesar 67,08%. “Sedangkan jika dilihat daya serap anggaran per belanja, maka yang paling rendah adalah belanja modal, yaitu 38,47%,” sebut Reni.

Reni menilai, upaya rekonsiliasi atau mencocokkan data daya serap adalah hal yang sangat penting agar tidak terjadi selisih. Meskipun Perbedaan data bisa saja terjadi, karena Laporan Keuangan Satuan Kerja dan Laporan Keuangan Ditjen PAUDNI setiap tahun di audit oleh BPK-RI. Namun perbedaan tersebut harus ditekan seminimal mungkin.

Pentingnya Opini BPK
Reni mengingatkan, opini BPK-RI terhadap Laporan Keuangan Kemdikbud sangatlah penting, karena opini auditor negara tersebut dapat mendorong pelaksanaan reformasi birokrasi yang sampai dengan saat ini masih berjalan. “Kalau kita bekerja dengan profesional, maka pada akhirnya akan membawa dampak terhadap penerapan remunerasi,” ajaknya.


Reni juga tak bosan-bosannya mengajak seluruh pejabat struktural dan pejabat perbendaharaan, serta penangungjawab laporan keuangan baik di pusat maupun di daerah agar melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. “Komitmen kita semua sangatlah penting sebagai tekad dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang menjadi hambatan dalam meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian,” ujarnya mengingatkan.(**)

Calistung Resmi Dihapus

Kurikulum PAUD Dibenahi

JAKARTA - Direktorat Jenderal (Ditjen) Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal, dan Informal (PAUDNI) Kemendikbud terus mematangkan kurikulum pembelajaran di jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Di antara penekanannya adalah, penghapusan aturan materi pengajaran dan ujian baca, tulis, dan hitung (calistung). Perkembangan pengembangan kurikulum PAUD ini disampaikan oleh Dirjen PAUDNI Kemendikbud Lydia Freyani Hawadi. Dia mengatakan, penerapan ujian calistung bisa menghambat peningkatan angka partisipasi belajar anak-anak di satuan pendidikan di jenjang PAUD. Diantaranya yang paling mencolok di tingkat taman kanak-kanak (TK).
Lydia mengakui, selama ini banyak siswa TK yang sudah cemas karena harus menjalani tes atau ujian calistung ketika akan masuk SD. Selain itu, di dalam pendidikan di tingkat TK sendiri, juga sudah mulai dikuatkan materi calistung. "Dalam jenjang TK tidak tepat jika sudah difokuskan pada urusan calistung," katanya. Menurut Lydia, memang ada aturan yang melandasi penerapan ujian calistung bagi lulusan TK untuk menuju SD. Yaitu Peraturan Pemerintah (PP) 17 Tahun 2010. Tapi, kata dia, aturan ini perlu sosialisasi yang matang dan luas. Lydia masih menemukan praktek-praktek ujian calistung untuk SD-SD swasta dan beberapa SD negeri.
Dia menuturkan, dalam praktenya ada anak-anak TK yang dengan sendirinya tertarik pada urusan calistung. Pada kasus ini, Lydia mengatakan bisa dilayani dengan penerapan materi calistung dengan media bermain dan bernyanyi. "Intinya jangan menggunakan operasi perhitungan. Calistung itu haram hukumnya diberikan guru dalam kurikulum," katanya. Setiap satuan pendidikan PAUD juga diberikan kesempatan untuk mengembangkan kembali kurikulumnya.
Dengan adanya perbaikan kurikulum ini, Lydia mengatakan bisa meningkatkan layanan PAUD di Indonesia. Dia mengatakan, saat ini layanan PAUD masing meng-cover sekitar 34 juta anak. Sedangkan ada sekitar 21 juta anak usia PAUD belum tersentuh. (wan)
 
Sumber: http://m.radarbangka.co.id/rubrik/detail/edukasi/3895/calistung-resmi-dihapus.html
 

International Seminar on Improving Literacy Based on Mother Tongue and ICTs: Enhancing Inclusion and Equity of Digital Literacy for All

An “International Seminar on Improving Literacy Based on Mother Tongue and ICTs: Enhancing Inclusion and Equity of Digital Literacy for All” is being organized by the Ministry of Education and Culture of Indonesia on 31 October–3 November 2012 at Atlet Century Park Hotel (Jakarta, Indonesia).

The seminar aimed to provide the country representatives with an international perspective on the current situation of literacy policies, practices, programmes and innovations of literacy, which could generate new insights, ideas and possibilities on how best to address the challenges and issues of the nine most populous (E-9) countries (Bangladesh, Brazil, China, Egypt, India, Indonesia, Mexico, Nigeria and Pakistan) and the ASEAN+ countries (Brunei Darussalam, Cambodia, Lao PDR, Malaysia, Myanmar, Philippines, Singapore, Thailand, Timor-Leste, and Vietnam).  

The event is held as an implementation of one of the recommendations of the Abuja Declaration on Education for All (EFA), that was jointly developed by representatives of the E-9 countries during the “Eight E-9 Ministerial Review Meeting: Literacy for Development” which was organized by UNESCO and the Nigerian Government in Abuja (Nigeria) on 21-24 June 2010. 

The seminar was opened by Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psi. (Director-General of Early Childhood, Non Formal and Informal Education), and Prof. Hubert J. Gijzen, PhD (Director and Representative of UNESCO Office, Jakarta). 

The event was participated by Honorable Dr. Bendito dos Santos Freitas (Minister of Education of the Democratic Republic of Timor-Leste), representatives of the E-9 and ASEAN+ countries, representatives of the Ministry of Education and Culture of Indonesia, and representatives of the Ministry of Communication and Information of Indonesia. 

The seminar was also enriched by presentations from Mr. Aliou Boly (UNESCO General Education Quality Analysis Framework [GEQAF]), Ms. Ulrike Hanemann (UNESCO Institute for Lifelong Learning), Ms. Christine Glanz (UNESCO Institute for Lifelong Learning), and Mr. Ichiro Miyazawa (UNESCO Bangkok) as international resource persons. 

Presentations and discussions focused on sharing good practices and experiences on improving basic and digital literacy for all, and increasing inclusive literacy based on use of the mother tongue. The country representatives will develop networks and partnerships, and formulate a plan of action and commitment to improve reading culture based on use of the mother tongue and ICTs. 

Rabu, 20 Juni 2018

Begini Kiat Punya Anak Pintar Ber-IQ Tinggi

REPUBLIKA.CO.ID, Seorang anak tak cukup bila hanya mempunyai kecerdasan intelektual (IQ) tinggi. Sebab orang ber-IQ tinggi belum tentu menjadi pintar bila dia salah asuhan. Tapi pintar saja --tanpa ditopang IQ tinggi-- hasilnya tak akan maksimal, karena dibatasi oleh ukuran 'gelas potensinya'. Karena itu, yang terpenting adalah mencetak anak ber-IQ tinggi yang pintar. Bagaimana caranya?

Dalam soal pembentukan IQ, sejumlah ahli salah satunya Dr Bernard Devlin dari Fakultas Kedokteran Universitas Pittsburg, Amerika Serikat mengatakan faktor genetik atau bawaan berperan 48 persen dalam pembentukan IQ anak. Sebanyak 52 persen lainnya dibentuk oleh faktor lingkungan, antara lain lewat gizi, kasih sayang orangtua, serta stimulasi atau rangsangan.

Bahkan, menurut Dr Reni Akbar Hawadi Psi, kepala Bagian Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, ada aliran psikologi yang saat ini berpendapat potensi genetis itu hanya 20 persen. Selebihnya adalah faktor lingkungan. ''Faktor lingkungan itu berperan sejak bayi masih berada di dalam kandungan ibunya,'' katanya.

Sejumlah penelitian, tutur Reni, membuktikan bahwa pada usia kehamilan 20 pekan atau lima bulan, seorang ibu sudah bisa berinteraksi dengan bayinya, sehingga sudah bisa memberikan stimulasi. Baik dengan berbicara langsung kepada bayinya, membacakan buku, hingga memperdengarkan musik klasik yang irama ketukannya sama dengan perkembangan sinaps atau simpul saraf otak.

''Setelah dilakukan penelitian terhadap ibu hamil yang memberikan stimulasi kepada bayinya pada usia 20 pekan dan yang tidak, ternyata bayi-bayi ibu yang diberi stimulasi berkembang jauh lebih baik,'' kata Reni.

Selasa, 12 Juni 2018

Lembaga Kursus Harus Siap Bersaing Di Era Pasar Bebas

BATAM. PAUDNI. Bangsa Indonesia harus siap bersaing di era pasar bebas, sebab kita akan menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN, dan memasuki pasar bebas World Trade Organization (WTO) dengan persaingan terbuka.
Untuk menghadapi hal tersebut Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Lydia Freyani Hawadi menegaskan agar seluruh lembaga kursus dan pelatihan memiliki daya saing global. Hal itu disampaikan saat memberikan arahan pada Kegiatan Peningkatan Mutu Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) menuju Akreditasi di Batam (6/4).


“Memasuki era globalisasi setiap lembaga kursus dan pelatihan (LKP) harus dipersiapkan bersaing dengan negara lain,” tegas Lydia. Tahun 2015 kita memasuki era persaingan pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN dengan pesaing 9 negara ASEAN dan tahun 2020 nanti menjadi era pasar bebas WTO dengan 153 negara dan 18 jenis profesi yang bersaing ,” tambah Lydia.

Reni Akbar Hawadi – sapaan akrab Dirjen PAUDNI berharap sepuluh tahun ke depan kita bisa menyelesaikan standarisasi LKP sesuai dengan standar nasional pendidikan dengan 8 (delapan) standar, yaitu: (1)standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan. Dirjen berharap besar pada Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Nonformal (BAN PNF) untuk membuat instrumen akreditasi dengan melakukan studi, agar standarnya lebih baik.

Sasaran LKP yang paling krusial yakni anak putus sekolah yang masih berusia produktif dan masih pengangguran. Mereka harus dilatih dengan kursus sebelum disalurkan bekerja atau diarahkan berwirausaha. Saat ini negara kita masih kekurangan wirausahawan, bila dibandingkan dengan negara tetangga Singapura yang memiliki 8% dan Malaysia 6%. Sedangkan kita kita masih dibawah 2 %.
Direktur Pembinaan Kursus dan Pelatihan Muslikh memaparkan Kegiatan Peningkatan Mutu LKP menuju Akreditasi bertujuan untuk menyosialisasikan akreditasi LKP yang dilakukan oleh BAN PNF, selain itu juga untuk melakukan simulasi pengisian instrumen akreditasi, sekaligus berupaya mendorong LKP untuk bersedia dan mengajukan diri untuk diakreditasi BAN-PNF.
(Rica Noverina/HK)

Tanamkan Nilai Kebangsaan di TK Internasional

SOLO, PAUDNI. Nilai – nilai Kebangsaan perlu ditanamkan pada anak usia dini. Hal ini penting untuk menciptakan generasi muda yang bermoral dan memiliki rasa cinta tanah air.

Demikian ucap Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog saat membuka Kegiatan Workshop Penyusunan Pedoman Kebijakan Bidang Pembelajaran dan Peserta Didik, Rabu (23/04).

Lydia mengaku prihatin dengan keadaan sekolah TK Internasional yang kurang memiliki nilai – nilai kebangasaan. Terbukti saat Dirjen berkunjung ke salah satu TK Internasional, pada sambutan awal oleh instruktur anak menggunakan bahasa Mandarin dan pada peserta didiknya tidak ada yang bisa menyanyikan lagu – lagu anak Nasional, “ini prihatin” tegas Dirjen.

Dalam waktu dekat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan mengatur sekolah yang bertaraf Internasional hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 yaitu mengamanatkan sekolah – sekolah internasional harus beralih dalam empat bentuk dan saat ini menjadi tiga bentuk yaitu Kurikulum berbasis Pendidikan Nasional, Keunggulan lokal, dan Kerja sama,“ ujar Dirjen PAUDNI.

Kegiatan Workshop Penyusunan Pedoman Kebijakan Bidang Pembelajaran dan Peserta Didik yang diselenggarakan di Solo, dihadiri oleh Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog (Dirjen PAUDNI), Dr. Erman Syamsuddin, SH., M.Pd (Direktur Pembinaan PAUD), Prof. Dr. Hamid (UPI), Pak Pontjo Sutowo (Narasumber dalam Kegiatan) dan Para Peserta undangan.
(Gunawan Prasetiyo/HK)

Pengukuhan Bunda PAUD Kota Pangkalpinang

Pangkalpinang – PAUDNI. Pentingnya peran serta Bunda PAUD dalam memberikan motivasi kepada masyarakat dan orang tua untuk memahami pentingnya PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), agar terwujudnya generasi muda yang cerdas, berahlak baik dan produktif.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Dirjen PAUDNI) Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog mengukuhkan Bunda PAUD Kota Pangkalpinang Dessy Ayu Trisna Irwansyah di lapangan Alun – alun Kota Pangkalpinang, Sabtu (03/05).

Dengan dikukuhkannya Bunda PAUD Kota Pangkalpinang diharapkan dapat meningkatkan mutu Pendidikan dan Sumber Daya Manusia. “Tugas bunda PAUD tidaklah ringan, melainkan memikul tanggung jawab yang besar untuk kepentingan masa depan anak bangsa,” ujar Dirjen saat pengukuhan Bunda PAUD.

Dessy Ayu Trisna Irwansyah berpesan agar semua orang tua harus memantau dan membimbing anaknya yang masih berusia 0 sampai 6 tahun, karena mereka akan menyerap semua informasi yang mereka terima. “Berilah pembinaan yang baik kepada anak – anak agar menjadi generasi penerus yang cermelang,” tegas Dessy.

Usai pengukuhan Bunda PAUD, Dirjen PAUDNI dan Bunda PAUD Dessy Ayu Trisna Irwansyah beserta rombongan melakukan kunjungan kerja (kunker) ke Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Pangkalpinang, TK Negeri Pembina Kota Pangkalpinang, PKBM Kurnia dan Taman Anak Sejahtera Azizah.
(Gunawan Prasetyo/HK)

Pra Peluncuran Sampul Hari Pertama Seri PAUDNI

Jakarta.PAUDNI – Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI), berencana akan menggelar penandatangan Sampul Hari Pertama (SHP) Perangko Seri PAUDNI di sorong, pada puncak acara Hari Pendidikan Nasional 10 Mei 2014 mendatang.

Demi kelancaran acara tersebut Dirjen PAUDNI, Prof Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog didampingi H. Hasan Bisri Kepala Sub. Bagian Persuratan dan Pengarsipan Setditjen PAUDNI, menggelar rapat pra penandatangan SHP bersama perwakilan Kemkominfo dan Ditjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika. Jakarta (7/4).

Hasil rapat ini menurut Hasan Bisri nantinya akan disampaikan ke Dirjen PAUDNI, sebelum dikordinasikan kepada Panitia Hardiknas. SHP rencananya ditandatangani oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dengan Menteri Komunikasi dan Informatika.

Serta didampingi oleh Direktur Jenderal PAUDNI dan Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika disaksikan Menkokesra. Acara penandatangan tersebut rencananya diselenggarakan di Alun – alun kota Kabupaten Sorong. (M.Husnul Farizi, S.IP/HK)

Anak Berbakat, Apa Sih?

Orang tua sering lupa, anak berbakat membutuhkan dukungan dan motivasi.
’’Anak saya berbakat, lho,’’ ujar seorang ibu kepada teman-temannya.Setiap orang tua pasti selalu membanggakan anak-anaknya. Setiap anak memang unik. Mereka dilahirkan dengan membawa potensi dan bakat yang berbeda-beda.Beruntunglah bila orang tua dikarunia anak yang berbakat. Menurut pakar keberbakatan, Dr Reni Akbar-Hawadi SPsi jumlah anak yang berbakat hanya tiga persen dari jumlah populasi anak. ’’Membesarkan anak berbakat itu ibarat pohon. Bila tak disiram tak akan tumbuh,’’ ujar dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI) ini. Sayangnya, sebagian besar orang tua masih belum memahami bahwa buah hatinya adalah anak berbakat. Selama ini, pemahaman masyarakat atas istilah berbakat, cerdas, dan pintar masih tumpang tindih. Padahal, ketiga istilah itu berbeda.


All out
Menurut Reni, anak disebut berbakat apabila sejak kecil sudah memiliki komitmen yang besar dengan bidang yang disukainya. Tak hanya itu, anak yang berbakat pun akan terus-menerus mengembangkan kemampuan yang dimilikinya itu. ’’Kememapuannya melampaui di atas rata-rata,’’ ujar penggagas Pusat Keberbakatan Fakultas Psikologi UI itu.

Tak hanya itu, anak yang berbakat juga memiliki kemampuan intelegensi yang jauh di atas rata-rata. Anak yang unik ini juga dikarunia komitmen yang besar dan kreatif dalam bidang yang disukainya. Sehingga, bidang itu bisa kembangkannya untuk menjadi lebih besar lagi. ’’Misalnya ada anak yang senang olahraga. Kalau anak itu berbakat, maka ia akan terus mencari bahan tentang olahraga yang disukainya,’’ tutur psikolog kelahiran Kota Bandung ini. Dengan begitu, si anak akan tahu tokoh, hasil pertandingan, hingga teknik-teknik olahraga tersebut. ’’Anak berbakat itu akan all out.’’

Begitu juga dengan anak yang suka dengan matematika. Anak berbakat akan terlihat lain. Menurut Reni, akan berbakat akan punya komitmen untuk mempelajari matematika hingga mampu menciptakan rumus-rumus baru. ’’Orang yang berbakat main piano dan yang nggak berbakat akan lain saat memainkan tuts piano. Sentuhannya akan lain,’’ ungkapnya. Sedangkan, lanjut Reni, anak disebut cerdas, karena memiliki taraf intelijensia yang tinggi. Namun, anak cerdas ini belum tentu memiliki komitmen yang besar dan belum tentu mampu berkreativitas. Sementara, istilah anak pandai, kata dia, adalah istilah yang diberikan masyarakat luas untuk menunjukkan bahwa seorang anak punya ranking tinggi di kelasnya.

Pandai, berbakat, cerdas
’’Anak pandai belum tentu berbakat dan belum tentu cerdas,’’ kata Reni. Berdasarkan hasil penelitian seorang mahasiswa Psikologi UI, dari 250 anak sekolah dasar (SD) yang selalu meraih ranking satu sampai 10 di sekolahnya, ternyata yang terkategori cerdas hanya 20 persen. Malah, 20 persen lainnya kecerdasannya di bawah rata-rata. Mungkin Anda bertanya, ’’Kok bisa sih anak yang nggak cerdas mendapat ranking?’’ Menurut Reni, hal itu tentu sangat mungkin terjadi. Sebab, pelajaran di SD terbilang masih mudah. Selain itu, kontrol yang diberikan orang tua juga terus-menerus. Sehingga, tiap hari orang tua men-drill anaknya untuk belajar.’’Tapi, begitu si anak masuk SMP dan SMA jadi drop, karena mereka harus belajar mandiri.’’

Sejak kapan orang tua mulai bisa mengenali buah hatinya tergolong anak berbakat? Menurut Reni, berdasarkan penelitian orang tua mulai bisa melihat anaknya berbakat atau tidak pada saat masuk taman kanak-kanak (TK). Orang tua, bisa melihat dari kecenderungan-kecenderungan anak yang muncul setiap hari. Reni memaparkan, anak berbakat ditandai dengan kritis, banyak tanya, agak susah diatur, punya rasa ingin tahu yang besar dan memiliki komitmen dan motivasi yang tinggi. Misalnya saja, anak yang berbakat tak cuma ingin main ke mal, namun juga mereka memiliki keinginan untuk mengunjungi museum dan berbagai tempat lainnya.

’’Orang tua yang mengerti, sering kali menganggap anak berbakat ini cukup merepotkan,’’ paparnya. Memang hal itu ada benarnya. Sebab, belum tentu orang tua bisa memenuhi kebutuhan anak tersebut baik secara pengetahuan maupun finansial. Namun, kata Reni, yang perlu diingat adalah mendidik anak berbakat adalah tugas yang mulia. Sebab, mereka adalah aset bangsa di masa depan. Bila orang tua menemukan anaknya seperti itu, maka sebaiknya orang tua perlu berkonsultasi dengan psikolog tentang cara membesarkan anak-anak yang berbakat itu. ’’Orang tua juga harus rajin membaca buku agar bisa mengimbangi rasa ingin tahu anaknya yang besar,’’ tegasnya.

Dukungan dan motivasi
Anak berbakat, jelas Reni, amat membutuhkan dukungan dan motivasi. ’’Yang perlu diperhatikan, anak berbakat ini sangat rentan dengan rasa aman psikologis dalam pengembangan bakatnya,’’ tuturnya. Orang tua, sering kali kurang menghargai kreativitas anaknya. Bila ada seorang anak yang menggambar daun dengan warna ungu, misalnya, orang tua biasanya langsung komentar, ’’Kok ada daun warna ungu?’’Pernyataan itu akan dianggap anak sebagai sesuatu yang melecehkan. Hal itu membuat anak merasa tak aman secara psikologi. Hal seperti itu, kata Reni, akan bisa mematikan bakat yang dimiliki anak tersebut. ’’Kesalahan ini sering terjadi, karena orang tua tak mengerti cara menangani anak yang berbakat,’’ ucapnya.

Kesalahan lainnya yang biasanya dilakukan orang tua dalam membesarkan anak berbakat adalah kurangnya memberi dukungan dan motivasi. Padahal, kata dia, perenang juara olimpiade atau juara-juara lainnya mampu meraih prestasi karena dukungan dan motivasi dari ibunya. ’’Ternyata, ibunya selalu mengajak anaknya berenang,’’ imbuhnya. Hal itu, sambung dia, menunjukkan bawah orang tua dari atlet-atlet juara dunia itu memiliki kepedulian yang besar dan mau mengorbankan waktunya untuk sang anak.

Sekolah pun sering kali dianggap mematikan anak-anak berbakat. Biasanya di sekolah, anak-anak berbakat sering ditempatkan di pojok. Itu terjadi karena kebanyakan sekolah lebih senang dengan anak yang rata-rata. Guru pun tak mau susah. ’’Sebab, anak berbakat ini biasanya selalu kritis, bertanya terus, nggak mau kalah dan terus mengejar apa yang ingin diketahuinya.’’ Tak heran, bila guru merasa terpojok. Sementara, penilaian guru biasanya bersifat subjektif. Sering kali guru menilai muridnya dari kesopanan dan perilakunya. Malah, kepatuhan dan kesopanan dijadikan indikator siswa berbakat. Padahal, kata Reni, di negara lain kedua hal itu tak masuk kategori penilaian anak berbakat.

’’Akibatnya, banyak anak yang baktnya dimatikan sekolah. Itu karena, guru banyak yang tak tahu,’’ paparnya. Padahal, lanjut dia, kalau disalurkan dengan baik, anak berbakat itu bisa aset bangsa. Mereka bisa mengharumkan nama bangsa di masa yang akan datang. Berdasarkan penelitian di Amerika Serikat,1.000 orang yang dianggap berbakat yang bisa meraih hisup sukses mencapai 45 persen. Menurut Reni, 55 persen dari mereka tak berhasil, karena masalah kepribadian. Ini menunjukkan bahwa membesarkan anak berbakat juga perlu dibarengi dengan memperkuatnya denga kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. ’’Ini adalah sebuah kerja berat. Maka, membesarkan anak berbakat perlu ada dukungan dari orang tua, sekolah dan lingkungan,’’ paparnya.

Mengasah Diri di Pusat Keberbakatan
Setiap anak memiliki potensi dan bakat di dalam dirinya yang perlu dikembangkan. Bakat dan potensi itu, ibarat batu intan permata. Bila terus digali, disaring dan diasah, maka hasilnya akan menjadi luar biasa. Atas dasar itulah, Fakultas psikologi UI mendirikan Pusat Keberbakatan.
Lembaga baru ini mencoba memprakarsai berbagai program alternatif di luar sekolah bagi anak-anak yang berbakat. ’’Di tempat ini, anak-anak bisa mempelajari hal-hal baru dan mengembangkan potensi sesuai dengan keinginannya. Lembaga ini juga menyediakan berbagai program bagi para orang tua adan pendamping anak agar senantiasa siap untuk mengembangkan potensi anaknya,’’tutur Sekretaris Pusat Keberbakatan Fakultas Psikologi UI, Dr Reni Akbar-Hawadi Psi.

Program yang disediakan Pusat Keberbakatan ini diperuntukkan bagi siswa SD, SMP, dan SMA yang tengah mengikuti kelas akselerasi. Siswa yang ikut kelas akselrasi ini adalah tergolong siswa yang berbakat. Bagi mereka, lembaga ini menghadirkan tujuh program yang dikemas dalam Happy Saturday. Ketujuh kegiatan itu antara lain; Basic Fiction Writing, Budo Weekend, Crea Kids, Enterpreneur Readiness Course, Information Skills dan Young Researcher. Kegiatan tersebut digelar setiap hari Sabtu. Basic Fiction Writing diperuntukan bagi siswa SMP yang tertarik dengan dasar-dasar penulisan fiksi. Budo Weekend adalah program aneka seni bela diri dan budaya dari negara asalnya. Ini dikhususkan untuk siswa SMP dan SMA. Crea Kids adalah program bagi siswa usia 10 hingga 15 tahun yang ingin tumbuh menjadi orang yang kreatif.

Sedangkan, Enterpreneur Readiness diperuntukkan bagi siswa kelas akhir di SMP dan SMA awal yang mau menggali sifat-sifat unggul pengusaha sukses dalam diri mereka.Information Skill ditujukan bagi siswa SMP dan SMA agar dapat memanfaatkan berbagai sumber informasi dalam proses pembelajaran. Selain itu, ada pula program Young Researcher, bagi siswa SD, SMP dan SMA yang ingin menjadi seorang peneliti. Program lainnya adalah Self Development. Program ini dirancang untuk siswa yang berusia 9-13 tahun. Tujuannya agar anak mengenal lebih baik dirinya sehingga mampu berkomunikasi dengan baik.

Bagi para orang tua yang memilki anak berbakat, Pusat Keberbakatan juga menggelar progran Parenting Skill dan Bunga rampai Psikologi keberbakatan. Di dua program itu, orang tua akan diberikan pengetahuan dan wawasan tentang keberbakatan dan cara membesarkan anak berbakat. Untuk setiap programnya, Pusat Keberbakatan menerapkan biaya sebesar Rp 1,5 juta. Lama program selama tiga bulan atau 12 sesi pertemuan.
( hri )

Sumber:  https://www.republika.co.id/

12 Kiat Jitu Anak Sukses Sekolah - RENI AKBAR & HAWADI

Setiap anak memiliki potensi dan cara belajar yang berbeda. Ada anak yang belajar sambil mendengarkan musik, ada anak yang belajar sambil bermain, ada juga anak yang belajar dengan melihat gambar.

Jika kita mampu membantu anak untuk menemukan cara belajarnya, anak akan semakin efektif dalam belajar, serta semakin dimudahkan dalam menemukan bakatnya. Untuk itu, sangat penting bagi orang tua dan guru untuk memahami keunikan cara mendidik anak.

Dengan memahami keunikan cara belajar anak, maka kesiapan hati, motivasi, dan semangat anak dalam belajar atau pergi ke sekolah dapat terus kita tumbuhkan. Buku ini merupakan kumpulan tulisan pakar psikologi yang memberikan kiat bagaimana menyiapkan anak siap pergi ke sekolah mulai dari pendidikan usia dini hingga pendidikan menengah atas, serta bagaimana memelihara semangat anak dalam belajar.
9B1P

Mitos Seputar Anak Berbakat

“orang tua harus memahami kemampuan di atas rata-rata anak berbakat dan tetap mendorong anak untuk bersosialisasi.”

Seorang anak di kategorikan anak berbakat, tak semata-mata karena mudah memahami segala sesuatu, mempunyai daya ingat baik serta mampu menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan cepat. Bisa jadi mereka bukan siswa yang selalu berprestasi. Namun, ada sesuatu yang membedakan dirinya dengan siswa lain di kelas, yakni kewaspadaan (alertness), kemampuan memahami (quick insights), dan keterampilan lain yang lebih hebat dari anak lain seusianya. Hal ini membuat anak mampu menunjukkan prestasi luar biasa di sekolah. Satu ciri pasti yang ditunjukkan anak berbakat umumnya adalah skor IQ-nya tinggi.

Bagaimana perasaan anda jika si kecil diidentifikasi sebagai anak berbakat? Takjub? Bingung? Riang? Gelisah? Anda mulai menyadari si kecil akan memiliki perilaku berbeda dengan teman-teman sebayanya. Semakin tinggi skor IQ anak, kian membuat anak menjadi tidak tipikal. Biasanya 3-5 persen anak dari populasi sekolah tergolong gifted (berbakat). Jika ada 1000 siswa, maka paling tidak ada 30-50 anak yang tergolong gifted.

Hidup dengan Keberbedaan
Harus disadari anak berbakat berbeda perkembangannya dibanding teman sebayanya. Apalagi jika tingkat kecerdasan anak semakin tinggi. Menurut Dr Reni Akbar Hawadi Psi, Ketua Pusat Keberbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, perbedaan-perbedaan yang dimiliki anak berbakat akan membuatnya merasa terasing dalam perkembangannya saat dia merasa harus bermain dan membangun persahabatan dengan anak-anak lain.

Bagi anak berbakat kebutuhan sosial dan emosional ini tidak dengan serta merta diperolehnya. Dikarenakan kelangkaan dan karakteristiknya, maka anak berbakat akan dilihat sebagai orang aneh dalam kelompok sosialnya. Ini sebenarnya yang menjadi tantangan diri seorang anak berbakat sesungguhnya. Anak harus mampu membawa dirinya agar bisa diterima baik oleh anak-anak yang lain. Perbedaan yang dimiliki anak berbakat sudah dapat dideteksi sejak bayi, seperti bisa berjalan atau berbicara lebih dini. Perkembangan anak berbakat berada di atas 30 persen anak seusianya. Anak berbakat sering kali mampu melewati kesulitan belajar lebih cepat dari teman sebayanya.

Sering kali orang tua bingung bagaimana harus bersikap. Biasanya orang tua anak berbakat dianjurkan mengabaikan tabel normal usia anak dan membiarkan anak berkembang sesuai tempo perkembangannya. Namun, dengan demikian anak dipaksa melampaui tingkat kesiapannya. Sebaliknya, ada pendapat untuk tidak menghambat kemajuan perkembangan anak.

Perkembangan yang cepat pada anak berbakat membawa konsekuensi adanya kebutuhan yang berbeda pada dirinya. Sebaiknya orang tua mendukung dan merangsang anak, namun tidak dengan tuntutan berlebihan. Jangan menghambat perkembangan unik anak dengan melemahkan keinginannya mengeksplorasi lingkungan. Kebanyakan orang tua baru menyadari anaknya tergolong anak berbakat saat mulai masuk prasekolah. Agar penanganan anak tidak terhambat, Reni menyarankan agar setiap orang tua memiliki semacam buku harian mencatat setiap perkembangan anak, yaitu Buku Perkembangan Bayi. Pastikan mencatat setiap kali perilaku anak yang tidak biasa (unusual).

Gaya belajar
Orang tua prasekolah sepatutnya menjadi pengamat dan pendengar yang baik bagi gaya belajar anak. Sejak bayi akan terlihat lebih terlibat pada hal-hal sekitarnya di banding bayi lainnya. Anak suka menjelajah sekelilingnya, fisiknya aktif, tidak pernah diam. Saat di dalam mobil anak susah duduk diam manis. Berikan kuis-kuis kecil tentang apa yang mereka lihat sepanjang jalan. Misalnya, ada berapa mobil warna merah di jalan dan sebagainya.
Bahasa
Anak berbakat terlihat suka ngoceh meniru orang dewasa, mampu berbicara menggunakan kalimat-kalimat kompleks dan kata-kata yang tidak lazim, menjawab secara gamblang dan merespon pertanyaan dengan cepat. Perkembangan bahasa mereka jauh melampaui anak sebayanya. Seringkali memberikan elaborasi terhadap pemecahan masalah yang disampaikannya. Kemampuan berpikirnya menunjukkan kemampuan di dalam mengelompokkan, mengklasifikasi, membandingkan dan membuat perbandingan antara berbagai hal. Cara berpikir yang luwes, mampu melihat informasi dari sisi yang lain serta melakukan hal-hal dalam situasi sekarang dengan menggunakan data dari masa lalu.

Kosa kata

Anak berbakat mampu memahami banyak kata di banding anak lainnya. Rasa ingin tahu anak berbakat membuatnya selalu bertanya sehingga salah satu ciri anak berbakat adalah kaya kosakata dan lebih maju dari anak lainnya. Dalam bahasa ekspresif, anak berbakat menunjukkan kemampuan lebih. Pemilihan katanya banyak dan beragam, sehingga terlihat berwarna, kaya kata sinonim, dan secara jelas menyebutkan benda yang dilihatnya dengan rincian kata lain yang mengikuti penjelasan benda tersebut.

Keterampilan motor
Anak berbakat mempunyai perkembangan motorik lebih cepat. Dia mampu memakai pakaian dan makan sendiri. Mampu memegang benda dengan tepat, sementara anak lain sulit memegangnya. Mereka juga mampu menirukan perilaku yang dilihatnya. Mampu menggambar benda yang kompleks, selalu menggambar benda yang dilihatnya. Untuk itu penuhilah kebutuhannya dengan berbagai kegiatan motorik seperti tenis, berenang, dan melukis.

Kolektor

Secara umum anak berbakat suka mengoleksi hal-hal yang menjadi minatnya. Misalnya perangko, komik, stiker, gantungan kunci, kerang dan lain-lainnya. Penuhilah kebutuhannya menjadi kolektor, karena melalui koleksi yang dimilikinya, kemampuan abstraksi anak menjadi semakin berkembang. Melalui koleksi ini anak akan mencari hal-hal yang sama, misalnya warna, ukuran, tekstur, atau ciri lainnya sehingga anak belajar melakukan klasifikasi dan perbandingan.

Membaca
Kebanyakan anak berbakat mampu membaca sebelum masuk sekolah dasar. Ada anak usia kurang dari satu tahun, telah mampu menyadari buku bergambar yang dipegangnya terbalik. Dia selalu mengubah posisi buku yang salah. Begitu juga perilaku anak berbakatnya semasa usia di bawah tiga tahun, yang belum bisa membaca, namun seolah membaca dari kiri ke kanan dan membuka halaman satu per satu. Sebanyak 50 persen anak berbakat telah mampu membaca pada usia 2 - 2,5 tahun. Orang tua anak berbakat yang mampu membaca dini ini menyebutkan bahwa hal tersebut dimungkinkan karena tersedianya banyak bacaan di rumah. Selain itu, dengan membacakan cerita termasuk membacakan kata-kata yang dilihat di bungkus makanan, dus sepatu, papan iklan, dan sebagainya.

Matematika
Keterampilan aritmatika juga dimulai sejak dini, melalui pemahaman, misalnya besar kecil, banyak sedikit. Anak berbakat memiliki minat pada jam, pertanyaan berapa lama, berapa jauh, berapa banyak, dan berapa harganya. Mereka juga tertarik dengan umur dan ulang tahun. Ada seorang anak berbakat mengajukan pertanyaan yang janggal, “Ma, nenek sekarang umurnya 75 tahun, jadi meninggalnya umur berapa ya?” di samping itu ada hubungan perkembangan motor dan perceptual yang ditunjukkan dengan kemampuan mengenal arah, kiri, kanan, depan, belakang, atas, bawah, jauh, dekat, dan lainnya. Biasanya, anak yang cepat perkembangan motoriknya akan memiliki kemampuan aritmatika yang baik.

Rasa ingin tahu

Anak berbakat suka bertanya, bertanya, dan bertanya. Dia suka mencoba, jika ada pertanyaan yang tidak terjawab, anak akan meminta mencarikannya. Penuhilah kebutuhan rasa ingin tahunya ini tidak hanya melalui buku, film, tapi juga mencoba mengerjakan sesuatu dan melihat banyak tempat, seperti museum, pabrik, sawah, kantor, dan lainnya.

Ingatan
Anak berbakat memiliki daya ingat luar biasa sehingga mampu menceritakan hal pada masa lalu secara rinci. Untuk memenuhi keingintahuannya membuat anak selalu bertanya dan mencari bahan yang di inginkan. Hal yang digemari anak berbakat usia 5 tahun biasanya adalah tentang dinosaurus. Anak tak akan hanya membeli buku tentang dinosaurus tetapi hal-hal yang berbau dinosaurus seperti mainan, T-shirt, puzzle, dan sebagainya.

Energi
Apakah anda merasa anak berbakat anda terlihat tidak pernah capek? Anak berbakat selalu terlihat aktif, sibuk terlibat dengan berbagai hal di lingkungannya. Sebagai orang tua, anda bisa menyusun jadwal kegiatannya agar berbagai minat yang ingin dikembangkannya akan berjalan dengan baik. Biasanya, jadwal tidur anak berbakat lebih sedikit dari anak lainnya dan berbeda karena sifat individual. Aktivitas yang berlebihan tersebut bukanlah bentuk hiperaktif. Kegiatan yang menguras energi pada anak berbakat jelas terpusat dan bertujuan.

Pertemanan

Anak berbakat lebih memilih bermain dengan orang yang lebih tua bahkan dewasa. Jadi, anda tidak perlu mendorongnya bergaul dengan teman sebayanya. Karena kebutuhan yang dicarinya dapat terpenuhi oleh anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Bagaimana pun anak berbakat akan merasa tidak nyaman bila berada dengan anak sebayanya yang membuatnya terlihat begitu berbeda. Orang tua harus mampu mendorong anak berbakat jangan terisolasi.

Sumber:  https://www.ibudanbalita.com/artikel/mitos-seputar-anak-berbakat

Sabtu, 09 Juni 2018

Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Saat masih dalam masa pertumbuhan, anak membutuhkan pendidikan untuk membantu perkembangan mental dan pengetahuannya. Sebelum ia siap bersekolah di sekolah dasar dengan mata pelajaran tertentu dan pekerjaan rumah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI mewajibkan setiap anak untuk mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD).

PAUD dianggap sebagai tahapan penting bagi perkembangan anak. Menurut Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Direktur Jendral Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, PAUD dapat memberikan rangsangan atau stimulus pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak prasekolah.

Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting?

Setiap anak mempunyai hak hidup dan berkembang, pemberian imunisasi, ASI, dan juga gizi. Hak tumbuh kembang dimulai sejak anak lahir hingga berusia kurang dari 4 tahun yang disebut sebagai masa keemasan atau golden age. Pada tahapan ini, anak mengalami perkembangan yang pesat terutama kecerdasan otak.

Proses pembelajaran pada usia dini dapat mencapai hasil yang optimal bila anak mendapatkan stimulasi yang sesuai dengan perkembangan usianya. Si Kecil belajar melalui observasi, eksperimen, dan komunikasi dengan orang lain di luar keluarganya. Masa ini merupakan fondasi utama bagi perkembangan anak di usia selanjutnya.

Golden age adalah tahun formatif untuk pembentukan dan menentukan proses pembentukan pertumbuhan fisik dan perekembangan potensi anak, yaitu perkembangan motorik (pembentukan keterampilan anak), mental, panca indra serta afeksi dan pengembangan daya pikir anak. Selain itu, PAUD juga berfungsi untuk mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembanan kognitif, sosial, dan emosional.
Berikut 5 kemampuan anak yang perlu diasah pada masa golden age, di antaranya:
  • Kemampuan motorik atau fisik
Perkembangan fisik anak dikembangkan termasuk kemampuan motorik kasar seperti olahraga dan motorik halus seperti bermain puzzle dan melakukan kerajinan tangan.
  • Kemampuan kognitif
Bagaimana anak hidup dalam lingkungannya dan bagaimana ia dapat memecahkan masalah.
  • Kemampuan sosial
Si kecil akan belajar bagaimana berinteraksi dan memiliki hubungan dengan orang lain.
  • Kemampuan emosional
Si kecil mampu mengendalikan emosi dan menumbuhkan rasa percaya diri.
  • Kemampuan bahasa
Si Kecil akan belajar berkomunikasi dengan orang lain dan bagaimana menyatakan perasaan dan emosinya melalui bahasa.

Dilansir dari parents.com, ada perbedaan yang dicapai dari anak yang bersekolah sejak dini di preschool atau PAUD. Selain belajar mengenai angka, huruf, dan bentuk, anak juga belajar bersosialisasi dengan anak lainnya serta belajar berbagi dan menghormati orang lain. 

Si Kecil yang mengikuti PAUD memiliki kemampuan yang lebih baik dalam persiapan membaca, jumlah kosa kata yang lebih banyak, dan dasar matematika yang lebih baik, dibandingkan anak-anak yang tidak belajar di PAUD. Selain itu, anak akan mendapatkan manfaat lain jika ia mendapat pendidikan PAUD, seperti berikut:
  • Memperkenalkan anak pada dunia sekolah
Pengalaman pernah mendapat pendidikan di PAUD akan membantu anak lebih siap dalam menerima pelajaran formal di bangku pendidikan selanjutnya atau Sekolah Dasar (SD). Hal ini yang menjadi salah satu penyebab UNESCO merekomendasikan setiap anak mendapatkan pendidikan anak usia dini pada usia pra sekolah. Anak yang sebelumnya mendapat pendidikan PAUD sering memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berkomunikasi saat di sekolah. Hal ini dikarenakan ia sudah terbiasa untuk belajar, bermain, hingga makan bersama dengan teman yang memiliki usia sebaya dengannya.

  • Membiasakan anak terhadap kegiatan berstruktur
Meski bukan lembaga pendidikan formal, namun kegiatan yang diadakan di PAUD dirancang khusus agar anak terbiasa dengan rutinitas dan kegiatan terstruktur.

  • Mengajari anak untuk disiplin dan mengikuti peraturan
Preschool atau PAUD mengajarkan anak untuk mengikuti pola kegiatan dan peraturan lain di luar rumah. Dengan mengikuti kegiatan pendidikan anak usia dini, ia akan melihat dan berpikir bahwa ia harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan peraturan baru. Dengan begitu, saat anak memasuki SD ia tidak kaget dengan segala peraturan yang harus ditaati serta menuntut kedisiplinan

  • Membentuk dasar kepribadian anak
Pada usia keemasan anak, otak mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pengalaman yang ia dapat dari PAUD turut membentuk kepribadiannya dan akan memengaruhi sosoknya saat ia dewasa nanti. Ia juga mendapatkan berbagai contoh dan kegiatan positif yang akan ia ingat dan praktikkan dalam kehidupannya.

Untuk  itu, pendidikan anak di usia dini saat usia 0 hingga 4 tahun adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan otak dan juga fisiknya dan lebih siap untuk masuk ke tahapan sekolah lanjutan. Anak juga bisa masuk SD dengan percaya diri tanpa harus minder karena pernah mengikuti pendidikan sebelumnya. (AD/OCH)

Sumber:  https://www.guesehat.com/pentingnya-pendidikan-anak-usia-dini

Pencegahan Tindak Pidana Korupsi

GARUT, (KAPOL).- Universitas Garut bersama Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) wilayah lV A Komisariat VII, menggelar seminar pencegahan tindak pidana korupsi.

Kegiatan yang digelar di Gedung Pendopo Garut itu, ditujukan dalam rangka menciptakan masyarakat yang adil dan makmur.
Sejumlah pejabat yang serius dibidang tipikor, tampak hadir menjadi pembicara.

Diantaranya, Direktur Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Mabes Polri, Brigjen Pol. Dr Ahmad Wiyagus S. Ik MSi, MM, Kepala BPK Perwakilan Jawa Barat, Arman Syifa, perwakilan Direskrimum Polda Jabar, Guru Besar Fsiologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Pimpinan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK-RI), Lili Pintauli, SH,.MH, serta tokoh masyarakat dan mahasiswa. Jalan acara dipandu oleh Moderator, AKBP. Taufik Rohman SH.,MH.
Dalam sambutannya, Rektor Universitas Garut , Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng menyampaikan, dalam memerangi korupsi perlu sinergitas dari semua kalangan, mulai dari pihak elit hingga masyarakat pada umumnya.

“Seminar ini menjadi bekal untuk menghindari celah-celah hukum yang berpotensi disalahgunakan. Isu tindak pidana korupsi (Tipikor) sudah menjadi tren dan berkembang sangat pesat,” tuturnya.


Tentu saja, diharapkan agar kita semua baik yang ada di lembaga swasta maupun pemerintahan juga masyarakat tidak sampai terjerumus dalam persoalan tersebut.

“Oleh karenanya, tindakan antisipasi harus dilakukan sejak dini,” ujar Syakur.
Sementara Guru Besar Universitas Indonesia, Lydia  Freyani Hawadi, menjelaskan, sebagai kejahatan luar biasa, tindak pidana korupsi selalu mengalami perkembangan modus.

Sehingga terkadang sebaik apapun regulasi dan strategi antikorupsi dibuat, pelaku tindak pidana korupsi selalu bisa menemukan modus baru dalam melancarkan tindakannya.

“Itu tidak boleh membuat kita pesimistis dan patah semangat untuk bekerja lebih keras lagi, lebih komprehensif, dan lebih terintegrasi dalam pencegahan tindak pidana korupsi,” katanya.

Tindak pidana korupsi akan tumbuh subur jika kita toleran atau permisif kepada pungli dan suap dengan segala bentuknya.

“Untuk itulah masyarakat dan pemangku kepentingan, perlu bekerja keras mencegah munculnya modus-modus baru korupsi tersebut,” ujar Lydia. (Dindin Herdiana)***

Sumber: https://kabarpriangan.co.id/pencegahan-tindak-pidana-korupsi/

Senyum Membuat Orang Lebih Terbuka

SENYUMAN tidak hanya menyenangkan bagi yang melakukan. Namun juga bagi orang lain yang diberi senyum. Sebagai contoh ketika berada di suatu tempat dan diberi senyuman yang tulus oleh seorang yang tidak di kenal, pasti ada rasa senang di bathin kita.
Demikian ungkap Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof.DR.Lydia Freyani Hawadi, kepada JPNN. Bahkan tidak hanya itu, orang yang selalu tersenyum menurutnya juga akan dapat lebih mudah bergaul dan diterima dalam sebuah komunitas. Hal ini sendiri sangat dirasakan Lydia.

“Saya mungkin bukan orang yang tampangnya selalu terlihat tersenyum. Tapi saya selalu mengkondisikan diri untuk tetap tersenyum. Struktur muka saya, kayaknya memang terlihat serius. Ini saya ketahui karena ada feedback dari orang lain. Akibatnya membuat orang lain kaku karena sepertinya ada jarak. Makanya dalam mengajar saya coba mengikuti irama para mahasiswa dan selalu tersenyum.”

Menurut Lydia sendiri, dengan senyuman yang tulus, seseorang akan lebih nyaman berhubungan dengan orang lain. Baik orangtua hingga anak kecil. Selain itu, senyuman juga membuat orang menjadi lebih terbuka dan tidak kaku saat berhubungan dengan kita.

Untuk itulah wanita yang memimpin program studi timur tengah dan Islam pasca sarjana UI ini, mengajak para wanita maupun siapa saja untuk tidak ragu-ragu selalu berusaha tersenyum. “Dulu waktu muda, saya membayangkan nanti usia bertambah pasti lebih serius dan formal. Tapi ternyata nggak. Jadi dalam segala tahapan umur, kita perlu ngakak dan tertawa. Ini untuk menghilangkan stress. Tertawa itu lebih dari senyum, tapi paling nggak dengan tersenyum membuat hati lapang.”

Untuk selalu tersenyum sebenarnya tidak begitu sulit. Hanya tidak dipungkiri, senyuman seseorang biasanya dipengaruhi beban pikiran dan perasaan. “Kalau kita kesal, otomatis darah pada naik, jadi daerah bibir juga jadi kaku.”

Namun ibu 6 anak ini percaya, senyuman dapat dipelajari. “Kalau itu membuat kita lebih cantik dan menyenangkan, pasti kita akan belajar. Salah satu caranya dengan melihat foto kita sendiri. Kalau nggak senyum, sepertinya kurang enak dilihat. Jadi kita bisa belajar mencoba tersenyum di cermin. Jadi disini kita terlihat lebih cantik.”

Cara lain, Lydia menyarankan lewat humor, bacaan, maupun ber-sms dengan teman. “Jadi kita bisa ketawa sendiri dan ini membantu otot-otot bisa merenggang. Makanya nggak heran ada orang yang sudah tua, itu masih suka banyak komik. Jadi kita harus cari cara untuk tidak tegang. Karena kalau tegang, menimbulkan banyak penyakit,”ungkap wanita yang menilai bahwa sebenarnya dalam hidup, semua manusia diberi pilihan.

Baik pilihan untuk hidup sehat, pilihan menghindar dari beban persoalan maupun pilihan mengatasi persoalan dengan cara bersyukur. “Makanya kita harus gunakan sisi-sisi kreatif. Karena kita diberi akal budi. Kalau kita lagi stress tapi karena itikad baik mencoba tersenyum, itu pasti senyumannya akan terlihat palsu. Nah yang dirugikan disini ya kita sendiri. Jadi berusalah selalu mencari cara untuk bisa tersenyum. Kan senyum merupakan sedekah. Seutas senyum membuat orang lain merasa senang.(gir/jpnn)
 
Sumber:  https://www.jpnn.com/news/senyum-membuat-orang-lebih-terbuka
 

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia