Sabtu, 27 Maret 2021

Prof Reni, Seorang Dosen Motivator

 Oleh: Delly Malik Muharyoso

Pertama kali saya mengenal Prof Reni saat kuliah di Universitas Al Azhar Pusat, di Fakultas Agama Islam. Salah satu materi  adalah Psikologi Kepribadian.


Sebelum beliau mengajar.. gosip sudah berdengung di telinga saya, pintar, dan galak. Duuhhh.. deg-deggan... pada dasarnya saya sangat tidak percaya diri... makin gugup bertemu dosen terkenal.

 

Tradaaaa... I love her...

Pinter, tegas dan motivator...

Cara mengajar beliau memancing kemampuan individu .. mengajar dua arah.. beliau selalu memancing murid dengan pertanyaan2 yg kita hadapi sehari2 tapi berhubungan dengan teori psikologi.. ujian "open book".. membahas karakter.

 

Tokoh-tokoh baik di film, buku ataupun di lingkungan kita,  menurut saya cara mengajar ini yang benar, siswa dirangsang untuk terus berpikir dan  aktif .. tidak hanya mendengarkan. Umumnya pada masa itu para pendidik saat mengajar satu arah.. terkesan siswa kaya di "dongengin" membuat siswa ngantuk & melamun.


Sayang sekali beliau sangat sibuk, saya hanya bisa menikmati dididik 1 semester, saya sempt protes ke kampus, ternyata jadwal mengajar beliau di UI sangat padat.


Jujur saya kehilangan dosen terbaik.

 

Beberapa tahun kemudian, saya menghadapi masalah di Yayasan saya. Saat saya bingung, saya ingat beliau. Saya mencoba menghubungi beliau... Alhamdulillah saya diterima beliau di kantor Kwarnas, jabatan

beliau saat itu sebagai wakil Ketua Kwarnas Bidang Pembinaan Anggota Dewasa.


Sungguh saya tidak menyangka sama sekali kalau beliau mau menerima saya, sangat ramah. Beliau mendengarkan dengan baik masalah yayasan saya  dan beliau mencarikan solusi  total membantu saya tanpa pamrih. Berkali kali saya tanya alamat rumah beliau tidak pernah di jawab.. dan beliau menghilang .... sampai saat ini Yayasan saya sudah memiliki 2 PAUD, 1 TPA .. Alhamdulillah.

 

Baru tahun lalu, saya bisa menghubungi beliau. Saat saya iseng-iseng  buka FB, padahal saya tidak aktif di FB.  Saya lihat beliau baru mndapatkan gelar Prof dan sebagai Guru Besar di UI.. masyaAllah ibu Reni.. sudah menjadi Profesor & guru besar.  saat saya tanya no hp beliau, dijawab dengan  ramah khas bu Reni.. Prof Reni.

 

Selamat Prof ..  Sukses dunia & akhirat.

Jumat, 26 Maret 2021

Temen Program Nakasoneku Jadi Orang TOP

Oleh: Ariady Achmad | Mantan politisi Partai Golkar dan Pemilik Teropong Senayan.com

 


Saya dan Reni Hawadi adalah peserta Program Nakasone Persahabatan Indonesia -Jepang Abad 21 dari Kelompok Youth Leader Angkatan V Tahun 1988.

Ada kenangan yang tidak terlupakan sampai sekarang yaitu saat saya mau pulangin baju teluk belanga yang dipinjamkan Reni untuk acara budaya di Jepang, saya gak tau harus pulangin kemana.Dan ini menjadi topik yang terus diingat Reni tentang saya hehe..

Sepulangnya dari Jepang, masing-masing sibuk dan  sama sekali tidak ada kontak. Jangan bayangkan ada wag seperti sekarang yang membuat kita mudah terhubung dan lancar berkomunikasi.

Setelah sekian lama tidak berjumpa, saya dan Reni ketemu lagi di acara lebaran hari pertama seoran teman politisi. Tahu-tahu sekarang jadi orang top,Profesor pula.

Sebagai Ketua DPP KNPI, saya ditugasin ikut Program Nakasone,sebuah program persahabatan antara pemerintah Jepang dan Indonesia dalam bentuk pengiriman pemuda/i ke Jepang.Program ini adalah bagian usaha pihak Pemerintah Jepang untuk memperbaiki kualitas hubungan akibat peristiwa politik dalam negri ,yaitu peristiwa MALARI 1974.Di Jakarta saat itu terjadi demonstrasi besar anti Jepang menyambut kunjungan PM Tanaka.

Reni Hawadi,memang sejak muda belia menunjukkan kualitas  diri yg relatif menonjol, terutama di kalangan dan dilingkungan delegasi saat itu.

Pertukaran pemuda/i bersumber dari pemuda/i dari seluruh indonesia dan dari berbagai sumber organisasi kepemudaan, Reni mewakili organisasi Karang Taruna.  KNPI, dieranya banyak menghasilkan tokoh berkualitas,tetapi ada  juga yang jeblok masuk bui karena korupsi,kosa kata yg banyak dibenci.

RENI SELAMAT DAN BAHAGIA SELALU. Lintasan sejarah bersama dalam kurun waktu tertentu selalu kita kenang,dan terkadang tersenyum sendiri,ketika sedang duduk merenung. Salam.

 

Hubungan Kami Sudah Seperti Keluarga

Oleh: Kak Seto


Saya mengenal Ibu Prof.Dr.Reni Akbar Hawadi, Psikolog, sudah sejak tahun 1976. Yaitu saat beliau masih menjadi mahasiswa tingkat Persiapan di Fakultas Psikologi UI. Sebagai seorang mahasiswa yang cukup aktif dalam berbagai kegiatan, beliau juga ikut aktif mengasuh anak-anak di lembaga PAUD “Istana Kanak-kanak” yang saya dirikan di Taman Ria Monas – Jakarta Pusat.

Kak Reni, demikian panggilannya saat itu, saya kenal sebagai mahasiswa yang aktif, cerdas dan kreatif. Ide-idenya senantiasa mengalir saat diajak untuk berdiskusi mengenai berbagai program kegiatan yang menyenangkan bagi   anak-anak usia dini tersebut.

Persahabatan kami terus berlanjut sampai dewasa. Bahkan hubungan kami sudah seperti keluarga layaknya. Saya sering datang dan bertemu dengan anggota keluarganya. Termasuk juga dengan Bang Idjul, suaminya. Beberapa kali  saat merayakan ulang tahun putra-putrinya, saya pun sering diundang untuk menghibur anak2 dengan bernyanyi, mendongeng dan bermain sulap.

Pada saat saya mau menikah, Kak Reni bersama Bang Ijul pun ikut menemani saya saat upacara lamaran. Satu kenangan yang tak mudah saya lupakan kemudian adalah saat Kak Reni membujuk saya untuk bersedia melanjutkan pendidikan saya ke jenjang S-2 dan kemudian lanjut ke jenjang S-3.

"Kamu mungkin sudah banyak dikenal orang, tapi sayang bila hanya berhenti di jenjang S-1 saja. Ayo dong, lanjut terus sampai ke jenjang S-2, bahkan sampai ke S-3...!!" ajaknya memberi semangat.

Akhirnya berkat dorongan dan juga informasi-informasi yang dia berikan, saya berhasil mengikuti program S-2 dan S-3 di Universitas Indonesia.

Karir Kak Reni sendiri terus melesat. Setelah sama-sama berhasil menamatkankan program S-3, tak berapa lama kemudian saya mendengar bahwa Kak Reni sudah berhasil dikukuhkan sebagsi Guru Besar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Sebagai senior dan sekaligus juga pernah sama-sama aktif  berkecimpung di dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), saya pun merasa ikut bangga serta sangat bersyukur saat mendengar bahwa dia kemudian berhasil dipercaya menjabat sebagai Direktur Jenderal PAUDNI (Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Non Formal dan Informal) di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sungguh sebuah prestasi yang luar biasa...!

Tentu selain berkaitan erat dengan prestasi akademiknya yang cemerlang, juga sangat lekat dengan pengalaman-pengalaman praktisnya saat aktif mengajar di PAUD "Istana Anak-anak" Taman Ria Monas pada jaman mahasiswa dulu itu.

Demikian sekilas kenangan saya bersama Kak Reni, seorang sahabat yang penuh perhatian, senang menolong, dibalik penampilannya yang cerdas, kreatif dan tetap rendah-hati. Kak Reni yang kemudian kita kenal sebagai psikolog handal dengan nama lengkap: Prof. Dr. Reni Akbar Hawadi, MSi, Psikolog.

Maju terus dan sukses selalu, Kak Reni.

*** 

DOSEN SEKALIGUS MENJADI ANAK DIDIK DAN SAHABAT

Oleh:  Dr. Pudji Astuty, S.E.,M.M | Ketua Program Magister Manajemen Universitas Borobudur

Kala tahun 1995 Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Borobudur berdiri, perkuliahan di Pascasarjana ada sosok wanita keibuan, beliau adalah ibu Dr. Reni Akbar -Hawadi.....Ibunda mengajar di konsentrasi Sumber Daya Manusia.....beliau mengajar di pascasarjana pada tahun 1997,  yang biasa beliau mengajar matakuliah  sumber daya manusia dan evaluasi kinerja.

Pada saat beliau mulai mengajar saya masih menjadi mahasiswa dan saya masih mahasiswa di konsentrasi keuangan, saat itu saya masih bekerja di Fakultas Ekonomi. Pada tahun 1997 saya lulus dari Magister Manajemen dan saya dipindah di program Magister Manajemen.

Semenjak saya di Magister Manajemen saya mengenal ibu Reni yang penuh semangat  dan tidak pernah lelah. Beliau aktif di kampus UI dan masih bisa mengajar di Magister Manajemen Universitas Borobudur di Kampus A Jl Raya Kalimalang.

Waktu yang tersedia untuk mengajar setiap hari Jumat, beliau penuh komitmen....mengajarnya disukai oleh mahasiswa-mahasiswa pasca. Beliau smart dan cool berjiwa muda.....mahasiswa diajak bersahabat walaupun beliau setiap mengajar mahasiswa bilang setiap hari ada tugas lapangan dan diskusi namun jika didalam kelas menurut mahasiswa penuh keibuan walaupun disiplin namun banyak memberikan motivasi kepada mahasiswa Magister Manajemen sehingga jika jadwal bunda Reni mahasiswa di kelas penuh sayang sepertinya jika tidak hadir dikelas jika bu Dr.Reni mengajar.

Saya sebagai Ketua Program selalu menjadwalkan bunda Reni agar mahasiswa-mahasiswa saya tetap semangat, saya dengan bunda Reni menganggap kakak yang bisa memberikan semangat........beliau di lantik sebagai Prof ....saya datang dan bunda Prof.Dr.Reni menjadi motivasi saya .....dan memberikan inspirasi supaya bisa seperti bunda Reni. Beliau sibuk di pemerintahan menjadi dirjen, mengajar di UI dan masih bisa meluangkan waktu mengajar di Magister Manajemen di Kampus C di Jalan Pemuda No 7.,  Rawamangun, Jakarta Timur.

Sosok Prof.Dr.Reni  tetap rendah hati tidak memilih untuk berteman dan bijak jika minta pandangan.

Prof. Dr. Renny sosok sederhana , menyenangkan, gaul,smart dan cool......walau sekarang sudah pension masih tetap mengisi waktu dalam memberikan ceramah di bidang phisikologi..............semoga bunda renny tetap sehat panjang umur dan bahagia barokah bersama keluarga usia beliau sangat dimanfaatkan...........saya sebagai anak didik beliau juga mengucapkan terima kasih yang tak terhingga Prof.Dr Renny bisa berkontribusi di Magister Manajemen Borobudur.

Akhir kata ilmu yang diberikan kepada beliau sangat bermanfaat bukan pada seseorang tapi banyak orang sekali lagi sukses untuk bunda Prof.Dr.Renny.

 

Pendidik dan Manajer yang Memiliki Percaya Diri, Kompetensi, Disiplin, Gigih, dan Perfect

Oleh: Siswo Wiratno

Dia adalah Prof.DR.Reni Akbar Hawadi….Saat itu. Di tahum 2000, saat saya masih  bekerja di Pusat Inovasi (Pusinov), Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan(BP3K), Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas)/Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan….sebagai salah satu Kepala Bidang ( Bidang Inovasi Pendidikan Menengah Kejuruan), saya mendapat kesempatan mengikuti pendidikan S2 atas biaya sendiri di Universitas Borobudur, Program Studi Magister Manajemen Sumberdaya Manusia ( 2000- 2002)….inilah awal saya bisa berkenalan dengan beliau.

Saat itu angkatan saya berkesempatan mendapatkan dosen-dosen tamu yang cukup hebat dikenal di masyarakat pada umumnya… seperti Mantan Kepala BKN/BAKN Bapak Sofyan Effendi, salah satu anggota pimpinan KPK Bapak Mochamad Jasin dan juga beberapa Profesor dari Universitas Indonesia , salah satunya adalah beliau Prof.DR.Reni Akbar-Hawadi yang saat itu memberi Mata Kuliah Penilaian Kinerja di Program Studi MM SDM Universitas Borobudur, Jakarta.

Awal perkenalan saya dengan beliau…sungguh berkesan.

Saat itu kuliah perdana Mata Kuliah Penilaian kinerja…saat itu sekitar jam 16.00 …jam 4  ( empat) sore…..memang program kuliah saya memang siang sampai malam  ( kebanyakan mahasiswa sudah bekerja, baik sebagai PNS ataupun karyawan swasta ).

Tidak seperti biasanya dosen lainnya…Beliau langsung bertanya :” Siapa Ketua Kelas disini ?”

Tiba-tiba tanpa dikomando teman2 saya sekelas menyebut saya secara serempak : “ Pak Siswo Wiratno !”… saya juga agak terkejut…. Tapi saya timpali : “ Siap Ibu !”….akhirnya saya seterusnya jadi ketua kelas di angkatan saya,

Semua komunikasi tentang informasi kegiatan  perkuliahan antara mahasiswa dengan dosen melalui saya. Sehingga saya bisa kontak langsung dengan beliau.

Itulah perkenalan awal dengan beliau.

Masih berkaitan perkuliahan pertama mata kuliah Penilaian kinerja oleh beliau Prof DR.Reni Akbar Hawadi…saat beliau hadir …kalau tidak salah ….beliau memakai baju putih , celana panjang putih, kerudungn putih…Pokok,nya….anggun…suara bicaranya jelas…tegas…lugas ! mengawali kuliahnya , beliau menyampaikan : “ siapkan selembar kertas, tuliskan jawaban pertanyaan ini : “1, apa yang dimaksud Penilaian kinerja ?”, 2. Bagaimana cara melakukan Penilaian Kinerja ?” ( diberi waktu kira2 10 menit).

Hampir semua mahasiswa yang berjumlah sekitar 20 orang pada saling memandang ( mungkin kaget dengan gaya perkuliahan beliau, dan sepertinya mahasiswa tidak siap dengan cara itu )…..Ternyata dari diskusi hasil pretest tersebut, perkuliahan berjalan lebih hidup dan dinamis….. Yang semula mungkin mahasiswa menganggap dosennya “tertutup“, galak” atau “killer”…ternyata beliau sebagai dosen/ pendidik lebih terbuka, demokratis,  dan dinamis…hal ini mencairkan suasana hubungan mahasiswa dan dosen….

Dalam perjalanan perkenalan saya dengan beliau yang awalnya sebagai penghubung mahasiswa –dosen di   Program Magister , Universitas Borobudur  Jakarta itupun berlanjut dalam diskusi pekerjaan….tidak tahu ada link apa…

Yang jelas, selama mengikuti perkuliahan beliau dan komunikasi sebagai penghubung sebagai ketua kelas angkatan….sepertinya saya  ada kecocokan …dalam cara berfikir, dalam bertindak dan bekerja.

Pada awalnya, setelah  saya lulus dari S2 Program MM SDM , Universitas Borobudur 2002, saya sering diajak diskusi berbagai hal khususnya bidang pendidikan sesuai pengalaman saya selama kerja di Balitbang, Kemdikbud ( kebetulan saya pernah di Pusat Kurikulum, Pusat Inovasi pendidikan, Pusat Penelitian kebijakan, dan Tim Penyusun Rancangan Peraturan Per-Undang-Undangan Bidang pendidikan ).

Gedung Pola di Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, dimana Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dikumandangkan, merupakan awal diskusi (2003) dengan beliau  dan Tim Kerjanya, termasuk suami beliau Bapak Zulkifli Akbar (dari Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga R.I)…pertama kali saya memasuki Gedung bersejarah tersebut…dimana disitu ada ruang khusus Koleksi Bung Karno, Proklamator Kemerdekaan, dan Presiden Pertama RI.  Saat itu, tahun 2003 Gedung Pola digunakan untuk salah satunya menjadi Kantor Sekretariat DPP KORPRI.

Bu Reni saat itu menduduk jabatan selaku Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan Dewan Pimpinan Pusat Korps Pegawai Negeri  (DPP KORPRI).   Saya diundang dalam diskusi pertama… beliau ingin  membangun Hot Line Korpri seluruh Indonesia….disitu ada perwakilan dari berbagai instansi pemerintah seperti Kemhan, Lemhanas, BPN, BIN, dan Kementerian/Lembaga lainnya….Disinilah melihat sosok beliau yang bisa memimpin berbagai kalangan dengan berbagai instansi dan latar belakang.

Disitulah saya mulai berkenalan dengan bergagai kalangan lebih luas dan bisa belajar berdiskusi, memimpin rapat, membuat perencanaan lebih lanjut, dan mengeksekusi hasil pertemuan atau diskusi…. Pelajaran kongkrit dari pertemuan bersama beliau adalah belajar dalam membuat suatu kebijakan dan implementasi kebijakan serta monitoring dan evaluasinya/ monev….Disamping itu, pengalaman ini akhirnya bisa dibawa diskusi dalam pembahasan Penyusunan Rancangan Undang-Undang Gerakan Pramuka dikemudian hari  (Kebetulan suatu saat saya bersama suami beliau Bapak Zulkifli Akbar yang saat itu Sekretaris Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang Gerakan Pramuka dari Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga R.I duduk dalam satu Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang Gerakan Pramuka di Kemdikbud ) ….  saya bisa belajar banyak hal  dari beberapa pertemuan di Gedung Pola ini….Puji Tuhan.

Ternyata pelajaran kongkrit dari beliau tidak sampai disini…Suatu saat saya bertemu di suatu rapat dengan Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) , Kemdikbud, yang membahas tentang Pendidikan Khusus, khususnya Pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa ( atau sering disebut : Pendidikan Anak Berbakat )….Ternyata beliau adalah salah satu ahlinya ….sehingga disitupun saya menjadi bertambah ilmu tentang pendidikan khusus tersebut, terlebih saya selain ikut Tim pengembang Pendidikan Anak Berbakat (saat bertugas  di Pusat Kurikulum, Balitbang, Kemdikbud) dan sebagai Tim Penyusun Rancangan peraturan Perundang-undangan Bidang Pendidikan, saya juga belajar banyak dari berbagai pertemuan / diskusi bersama beliau terkait Pendidikan Khusus dan pendidikan layanan Khusus (PKLK). Disini saya semakin jelas melihat profil beliau….selain beliau sebagai dosen/ pendidik, juga sebagai kordinator/ pemimpin gugus tugas, juga sebagai ahli/ nara sumber.

Dari pemikiran beliau dan hasil diskusi/pertemuan bersama  beliau dapat ditindak lanjuti dengan penyusunan Pedoman Pembinaan bagi sekolah/ satuan pendidikan yang akan melaksanakan Program Pendidikan Khusus, khususnya Program Pendidikan bagi yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sebagai pelaksanaan amanat Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,  khususnya Pasal 32 ayat 2 terkait pelayanan pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

Di kesempatan lain saya diajak/ diundang dalam pertemuan bersama para psikolog muda  dan mahasiswa beliau di Kampus UI Salemba  di satu  ruang kerja beliau (saat itu beliau menduduki jabatan Ketua Program Studi Kajian Timur Tengah Program Pascasarjana Universitas Indonesia) membahas  suatu  Rancangan Penelitian/Pelacakan penyebaran Anak Berbakat di Indonesia”…..sungguh pelajaran bagus dari beliau yang menghimpun para psikolog muda untuk bisa melacak keberadaan para lulusan anak berbakat dari semua daerah, dengan tujuan studi untuk bisa memberdayakan para Anak Berbakat bagi kepentingan nasional….Idenya sungguh brilian…. Tidak hanya hanya berhenti pada pelayanan pendidikan bagi anak berbakat saja tetapi lebih jauh bagaimana potensi tersebut dapat diberdayakan untuk pembangunan bangsa !Dan Rancangan tersebut bisa diwujudkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah dikemudian hari…Sungguh luar biasa kegigihan Tim beliau bisa mempresentasikan rancangan penelitian tersebut kepada instansi yang tepat…Hal menarik dari Tim Psikolog beliau… masih muda-muda, energik,  dan sepertinya juga anak berbakat (?).

Dari pertemuan dengan beliau dan timnya, saya belajar dari beliau bagaimana memberdayakan anak-anak muda yang potensial, untuk membangun dan menggerakkan energi, kerja  dan cita-cita positif, secara serius dan sungguh-sungguh  untuk ikut terlibat dalam membangun bangsa …Sungguh besar integritas beliau membawa timnya untuk  kepepentingan nusa dan bangsa.

Sungguh dahsyat getaran dan gelombang yang digerakkan beliau….Saya jadi semakin yakin dugaan saya bahwa  Beliau adalah termasuk “ Anak Berbakat” / seseorang yang memiliki kecerdasan dan bakat istimewa !

Beliau bukan hanya pendidik yang hebat, terbuka, demokratis,  dan dinamis tetapi juga Manajer yang memiliki percaya diri yang tinggi,kompetensi, disiplin, gigih, perfect dan memiliki integritas yang tidak perlu disangsikan….Semoga Beliau selalu dalam Berkat dan Karunia Tuhan. Aamiin…

RENI… SEORANG TEMAN DAN PROFESOR YANG TIDAK PERNAH BERHENTI MENCARI

 Oleh: Dr. Drg.  Mia Damiyanti

Berbicara tentang Reni, tentu saya harus bernostalgia dengan rumah masa kecil di Jl dr. Wahidin 1.  Ketika itu rumah kami merupakan kompleks, sehingga teman bermain saya banyak. Masa kecil yang penuh kenangan, karena banyak bermain bahkan masih ingat sering main petak umpet malam-malam dan ngumpet diatas kandang ayam…. duuh menyenangkan! 

Rumah Reni agak berjarak karena letaknya diujung, arah jalan Budiutomo. Walaupun jaraknya kira-kira hanya 5-6 rumah, tapi karena rumahnya besar-besar (rumah peninggalan Belanda) perlu waktu  untuk menuju rumahnya. Di jalan dr. Wahidin 1 dekat rumah Reni ada pohon Kenari yang tinggi besar, dan di halaman rumah Reni ada dua pohon Mahoni yang  juga besar-besar. Rumah ayahnya besar dan terang karena bercat krem sehingga membedakan dengan rumah tetangganya. Di halaman belakang rumahnya ada paviliun tempat tinggal ibu Radjibah bersama anak-anaknya. Disitu saya belajar mengaji pertama kali, dan ada masanya saya sering mampir ke rumah Reni.Sayangnya tidak berlangsung lama karena bu Rajibah akhirnya pindah.

 Om Hawadi, ayah Renny cukup dikenal di lingkungan kami, karena rumahnya menjadi tempat mangkal anak-anak kompleks Siliwangi. Rumahnya tidak pernah sepi karena banyak teman abangnya Reni, Bambang Hawadi  yang bermain.   Maminya Reni, biasa disapa Tante Hawadi seorang ibu pendiam yang ramah dan baik hati.

Usia saya dan Renny berbeda lumayan dan seingat saya Reni selain punya abang laki-laki juga memiliki beberapa adik perempuan. Setelah pindah, lama kami tidak bertemu. Ini berlangsung cukup lama sampai akhirnya ketika anak saya satu kelas dengan anak adikya Reni (Siska Hawadi)  kami bertemu lagi dipertemuan keluarganya. Tante Hawadi tidak berubah, tetap ramah dan sering menanyakan kabar ibu saya. Sejak itu kita saling tahu lagi. Saya dan Reni akhirnya bertemu serta kerja bareng di Senat Universitas (SA). Reni memang luar biasa, penuh semangat dan aktif.  Saya bahkan sempat membaca buku-buku tulisannya  mengenai kreativitas ketika melanjutkan pendidikan. Reni…seorang teman dan Profesor yang tidak pernah berhenti mencari…..  

 

RENI AKBAR-HAWADI DAN PROGRAM AKSELERASI

 Oleh: Ulya Latifah & M. Fakhruddin

Nama lengkap sebenarnya adalah Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog. (sekarang sudah Prof). Namun bagi masyarakat, termasuk saya lebih mengenal namanya sebagai Reni Akbar-Hawadi atau yang sering saya sapa dengan panggilan bu Reni atau bu Reni Akbar. Saya mulai mengenal bu Reni sekitar tahun 1996, kala saat itu saya, Ulya Latifah bertugas sebagai wakil kepala sekolah bidang akademik dan M. Fakhruddin sebagai wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, sedangkan Prof. Dr. H. Arief Rachman sebagai kepala sekolah di SMA Labschool Jakarta.  Bu Reni merupakan seorang psikolog yang kebetulan orangtua siswa di Labschool, karena putra putrinya bersekolah di SMP dan SMA Labschool Jakarta. Dalam berbagai kegiatannya terutama kegiatan pengembangan diri siswa, Labschool sering melibatkan banyak kalangan profesi, termasuk diantaranya psikolog. Disinilah saya kemudian banyak mengenal dan berinteraksi dengan bu Reni.

Kali pertama berkolaborasi dengan bu Reni adalah saat bu Reni bersama para mahasiswa Fakultas  Psikologi UI kami undang dan libatkan dalam kegiatan Bina Taqwa Pelajar Indonesia (BTPI).  Bina Taqwa Pelajar Indonesia (BTPI) merupakan salah satu kegiatan unggulan SMA Labschool Jakarta kala itu yang bertujuan untuk membina generasi  muda, para pelajar khususnya, dengan memberikan pengetahuan tentang wawasan kebaharian dan maritim, membina iman dan taqwa serta membangun rasa cinta tanah air. Program ini diselenggarakan atas kerjasama SMA Labschool Jakarta dengan TNI AL yang diselenggarakan di atas Kapal Perang Republik Indonesia. Bu Reni dan timnya mengisi kegiatan dinamika kelompok dan penguatan karakter.

Interaksi lebih intens selanjutnya dengan bu Reni adalah saat kami di Labschool mengembangkan program layanan percepatan belajar yang kemudian populer dengan sebutan program akselerasi. Program akselerasi sendiri merupakan program layanan belajar yang diperuntukkan bagi siswa yang diidentifikasikan memiliki ciri-ciri keberbakatan intelektual (saat ini dikenal sebagai siswa cerdas istimewa). Melalui program yang dirancang khusus, akseleran dapat menyelesaikan program belajar lebih awal (cepat) dari waktu yang ditetapkan (untuk reguler).

Awalnya kami berkonsultasi merancang program akselerasi ini kepada Prof. Dr, Conny Semiawan dan Prof. Dr. Utami Munandar, yang keduanya dikenal sebagai pakar keberbakatan di Indonesia. Kedua beliau tersebut kemudian mereferensikan nama bu Reni Akbar, terutama terkait dengan psikologi keberbakatan. Rupanya ibu Reni adalah Doktor psikologi bidang keberbakatan pertama di Indonesia. Tidak susah menghubungi bu Reni karena memang saya sudah mengenalnya . Saat saya hubungi, bu Reni  secara spontan berucap “ waah Bu Ulya pas nih saat saya pulang dari  studi literatur di Purdue University (1992), saya bawa buku banyak. Salah satunya berjudul  The Academic Acceleration of Gifted Children, yang ditulis oleh Southern& Jones.Saya belajar banyak tentang keberbakatan di Gifted Education Resource Institute (GERI) Purdue University”. Maka selanjutnya pada awal perancangan program dan panduan program akselerasi Labschool kami berdiskusi dengan bu Reni, terutama berkaitan dengan proses penjaringan dan penyaringan calon siswa. Dari bu Reni kami mendapatkan masukan bahwa calon peserta program akselerasi harus memenuhi persyaratan psikologis, yaitu  memiliki kemampuan intelektual umum pada taraf cerdas, memiliki kreativitas  dan keterikatan terhadap tugas di atas rata-rata. Syarat psikologis ini akhirnya kami masukkan sebagai salah satu persyaratan disamping persyaratan lain yaitu persyaratan akademis, informasi data subyektif, kesehatan fisik, serta kesediaan calon siswa dan persetujuan orangtua.  Bahkan kemudian bu Reni menyatakan kesediaannya untuk membantu  melakukan tes / pemeriksaan psikologis calon siswa akselerasi melalui biro psikologinya Kantor Konsultan Psikologi Reni Akbar-Hawadi & Rekan.

Dasar hukum penyelenggaraan  layanan bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa sebenarnya sudah jelas ada dan diatur dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, terutama pasal 5 ayat 4 dan pasal 12 ayat 1. Namun karena belum ada “preseden” tentang bagaimana bentuk penyelenggaraan program, maka sekolah penyelenggara program akselerasi harus mengurus perijinan untuk mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Pada proses ini bu Reni juga turut serta. Kebetulan rupanya bu Reni adalah konsultan di Sekolah alAzhar Syifa Budi yang tertarik untuk bersama-sama dengan Labschool memulai rintisan program percepatan belajar (akselerasi). Melalui berbagai upaya sosialisai dan konsultasi kepada berbagai pihak pemangku kepentingan, maka program rintisan akselerasi ini akhirnya mendapatkan pengesahan dari Depdiknas melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 192/C/Kep/MN/1999 tertanggal 7 Juli 1999.

Keluarnya ijin dan pengakuan atas program yang digagas secara ”bottom up” ini tentu tidak terlepas dari peran para pakar, terutama Prof. Dr.Conny Semiawan, Prof. Dr. S.C. Utama Munandar, Prof. Dr. H. Arief Rachman, dan (Prof) Dr. Lydia Freyani Hawadi yang mendukung dan turut meyakinkan bahwa program akselerasi ini memiliki landasan yang kuat untuk bisa dilaksanakan. Landasan dimaksud adalah landasan filosofis, landasan teoretis, landasan empiris, disamping landasan yuridis tentunya. Bahkan berselang tidak terlalu lama, tahun 2000 pemerintah    mencanangkan 11 sekolah di Jakarta sebagai penyelenggara ujicoba program percepatan belajar, dan tahun 2001 ujicoba program tersebut didiseminasikan ke beberapa sekolah di ibukota propinsi.  Program akselerasi telah ditetapkan sebagai program nasional dari Depdiknas.

Tentu setelah itu interaksi saya dengan bu Reni masih cukup sering terjadi. Saya dalam kapasitas kemudian sebagai kepala SMA Labschool Jakarta didaulat oleh teman-teman sekolah penyelenggara akselerasi di Jabodetabek sebagai ketua Musyawarah Kepala Sekolah Penyelenggara Program Akselerasi (MKS-PPA) sering mengundang bu Reni Akbar sebagai narasumber di berbagai forum kegiatan Akselerasi. Atau sering juga bersama-sama, kami bertugas sebagai narasumber pada kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Luar Biasa (Dit. PLB) Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Pada perkembangan selanjutnya kiprah bu Reni di bidang layanan anak berbakat melalui layanan program akselerasi semakin luas dengan berbagai perannya seperti penyusunan blue print bidang keberbakatan, berbagai riset tentang akselerasi, salah satu pendiri Pusat Keberbakatan di Fakultas Psikologi UI, ketua Asosiasi Psikologi Keberbakatan Indonesia, dan lain-lainnya. Tidak berlebihan jika saya katakan ‘INGAT AKSELERASI..INGAT RENI AKBAR-HAWADI”. Selamat Milad ke 8 Windu semoga sehat selalu, berkah umur dan ilmu.  Aamiin YRA.

****

SEBAGAI BAWAHAN, ATASAN DAN TEMAN

 Prof. Sudarto Ronoatmodjo 

Ketua Komisi Senat UI Periode 2006-201, Konsultan Dirjen Paudni Kemendiknas Periode 2012-2014, dan  Guru Besar Departemen Epidemiologi FKM UI 



Bu Reni, begitu biasa saya menyapa Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, adalah sebagai  Bawahan, Atasan, dan Teman.  Saya mengenal dekat bu Reni ketika saya menjabat sebagai Ketua Komisi Pengembangan Ilmu Pengetahuan (KPIP) Senat Universitas Indonesia pada periode Senat Universitas Indonesia tahun 2006-2011 dan bu Reni pada waktu itu menjabat sebagai sekretaris komisi ini. Saya wakil dari Fakultas Kesehatan Masyarakat UI dan bu Reni mewakili Fakultas Psikologi UI. Banyak ikhwal yang harus dikerjakan dan disiskusikan antara ketua dan sekretaris komisi untuk menyelesaikan pekerjaan komisi senat. Dengan demikian saya bisa mengetahui bahwa bu Bu Reni adalah seorang yang sebagai sekretaris komisi menunjukkan pribadi yang bertanggung jawab, rajin, walaupun menurut bu Reni sendiri mengatakan bahwa jabatan sekretaris kurang pas bagi bu Reni. Bu Reni mengatakan bahwa bu Reni lebih cocok menjadi manajer bukan sekretaris, karena pengalaman beliau kebanyakan dalam aktivitas organisasi sebagai pimpinan…

Bu Reni selalu mempersiapkan bahan rapat yang untuk dibahas dan sudah memikirkan alternatif penyelesaiannya pad aikhwal yang perlu dirapatkan dan diundangkan sehingga kesepakatan tentang susuatu masalah bisa dipercepat penyelesaiannya. Sehingga tugas ketua tinggal membagi dan mengarahkan kemana kira-kira  penyelesaian terbaik dari setiap permasalahan yang dibahas.

Bu Reni rajin melakukan sosialisasi melalui berbagai cara seperti tulisan-tulisan beliau. Beliau menulis banyak buku, melakukan webinar dan lain sebagainya,  ini konsisten dengan apa yang dilakukan bu Reni dalam kegiatan nya yang berkaitan dengan perkembangan pada anak usia dini.. terutama dikaitkan dengan ilmu psikologi… Jika mau membaca tulisan tulisan bu Reni tinggal kita ketik nama bu Reni kita akan mendapatkan banyak karya buku beliau tersedia di internet.

Bu Reni taat beragama, salah satu hal yang perlu dicatat tentang bu Reni, bu Reni rajin mengirim kan renungan malam, pesan-pesan yang terkandung dalam ayat suci melalui WA japri ataupun via WA group . Pesan yang tadi malam berbuntyi..

Renungan 2/3 malam

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang

Sungguh, orang-orangyang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka adalah sebaik-baik mahluk.

Al-Bayyinah (98):7

Semoga Allah permudahkan segala urusan kita. Dialah Pelindungmu. Dia sebaik baik pelindung dan sebaik baik penolong

Aamiin Yaa Mujibas Sailiin

Pada suatu saat saya selesai mengerjakan ibadah shalat Ied di lingkungan warga Pulomas di sekitar Mesjid Babut Taubah, ketemulah saya dengan bu Reni yang ternyata juga tinggal di sekitar masjid Babut Taubah. Dan ternyata anak saya satu sekolah dulunya dengan putri bu Reni di SMA Lab School yang di Jl. Pemuda Jakarta Timur. Komplek Perumahan Vila Sari Mas Pulomas sekitar tempat tinggal bu Reni merupakan kompleks real estate yang tertata bagus. Sayangnya daerah sekitar masjid suka banjir. Jadi sekali tempo bu Reni sedang menjabat sebagai di Dirjen Paudni harus mengungsi.

Pada saat bu Reni menjabat sebagai Dirjen Paudni Kementerian Pendidikan Nasional. Saya sempet menjadi konsultan Dirjen Paudni,  sehingga saya ikut dalam rapat-rapat pimpinan Dirjen Paudni yang dipimpin Bu Dirjen Reni dalam kegiatan seperti pembuatan rencana kegiatan tahunan dan pelaksanaan nya.

Sekarang saya masih suka ketemu Bu Reni, selain via WAG Senat UI tahun 2006-2011, juga  via WAG pecinta puisi UI. Rupanya Bu Reni juga suka bikin puisi dan suka membaca puisi..

Tetap semangat Bu Reni.. semoga sukses.. membina anak-anak Indonesia untuk kemajuan masa depan sumber daya manusia Indonesia..

 

Salam takzim,  Sudarto Ronoatmodjo

Awal Januari 2021

Selalu Bersemangat dan Inspiratif

Oleh: Prof.Dr. Sudarsono Hardjosoekarto,S.H.,M.A.,Ph.D.


Cukup dengan frasa “selalu bersemangat, dan inspiratif” untuk menggambarkan sosok sahabat dekat saya Prof. Reni Akbar-Hawadi. Sudah cukup lama kami bersahabat, tepatnya sejak pra-jabatan awal dekade 80-an yang lalu, saat itu CPNS Reni memang selalu bersemangat mengikuti setiap sesi pembelajaran pra jabatan. Prof Reni dari Fakultas Psikologi UI, saya dari FISIP UI. Bukan hanya bersemangat, Prof Reni juga aktif dengan ide-ide yang dapat menjadi bahan belajar bersama sesama dosen CPNS UI dari berbagai fakultas di lingkungan UI.

Tidak semua yang mengikuti prajabatan satu angkatan, seingat saya hampir 50 orang dosen CPNS, yang saat ini dapat mencapai jenjang jabatan akademik guru besar. Prof Reni termasuk yang dapat mencapai jenjang akademik guru besar, bahkan dalam masa yang relatif lebih awal dibanding  teman-teman satu angkatan. Hal ini secara personal sudah saya perkirakan, bahwa CPNS Reni waktu itu, suatu saat kelak akan dapat mencapai jenjang akademik guru besar. Setelah selesai pendidikan prajabatan, kami disibukkan dengan tugas-tugas rutin di fakultasnya masing-masing. Tidak ada komunikasi yang intenstif. Selain karena sarana komunikasi saat itu yang masih sederhana, belum ada handphone, saya juga menyiapkan diri untuk memperoleh beasiswa pasca sarjana ke Eropa, Amerika atau Jepang. Komunikasi kami benar-benar putus, setelah pada bulan Oktober 1985 saya berangkat ke Jepang menembuh pendidikan pasca sarjana dengan beasiswa Pemerintah Jepang, yaitu Program Monbusho. 

Kami jumpa lagi secara tidak sengaja di Tokyo, saat saya menjadi Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Jepang. Sebagai Ketua PPI saya biasa menjumpai tamu-tamu dari Indonesia khususnya pelajar, pemuda atau mahasiswa yang sedang berkunjung ke Jepang. Saat saya menjumpai rombongan pemuda Program Persahabatan PM Yasuhiro Nakasone, ternyata Prof. Reni adalah salah seorang anggota rombongan. Tentu saja senang jumpa sahabat dosen UI, satu angkatan dalam prajabatan. Kesempatan perjumpaan ini tidak saya sia-siakan yaitu dengan mengundang Prof. Reni dan beberapa anggota rombongan untuk ikut hadir dalam pertemuan dengan Pengurus dan Anggota PPI Jepang, yang kebetulan sedang ada acara pertemuan.

Seperti biasa, Prof Reni selalu bersemangat, dan inspiratif. Pertemuan dadakan, dan informal antara pengurus PPI Jepang dengan beberapa anggota peserta Program Persahabatan PM Nakasone itu cukup menjadi obat rindu teman-teman mahasiswa Indonesia di Jepang tentang suasana tanah air. Tapi, hal itu juga memiliki makna yang lain, yakni gambaran betapa luasnya minat Prof Reni, yang bukan hanya fokus pada bidang psikologi secara akademik, di lingkungan kampus UI saja, tetapi lebih luas dari itu yaitu pada aspek kemasyarakat dan kepemudaan. Kami tidak ada komunikasi cukup lama, karena saya juga masih harus menghabiskan waktu studi di Tokyo sampai tahun 1992.  Pertemuan tidak sengaja lagi terjadi saat saya sudah kembali ke tanah air, bukan di kampus UI, tetapi di kampus Lembaga Administrasi Negara (LAN) Pejompongan. Beberapa tahun setelah kembali ke UI, oleh Rektor UI Prof.Dr Sujudi, saya ditugaskan untuk mengisi kesempatan jabatan struktual di LAN sebagai bagian Kerjasama antara UI dan LAN. Saat saya menjabat sebagai Direktur Sespanas LAN, suami Prof. Reni mengikuti Diklat Kepemimpinan, sebagai peserta dari salah satu Kementerian. 

Saat penyusunan Pengurus DPP Korpri, saya diminta oleh Ketua Umum, Bapak Feisal Tamin, untuk menyertakan fungsional dosen maupun peneliti dalam kepengurusan DPP Korpri. Tentu, karena saya sudah cukup lama mengenal Prof. Reni, saya menawarkan untuk bergabung. Komunikasi kami menjadi sangat intensif saat di DPP Korpri, dan setelah periode kepengurusan selesai.

Saat ini, Prof. Reni Akbar-Hawadi, yang selalu bersemangat dan inspiratif itu, aktif sebagai Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi UI, dan  Ketua Komite 4 Dewan Guru Besar UI, yang membidangi Pengembangan Peran Universitas Indonesia Dalam Pembangunanan Masyarakat Indonesia dan Dunia. Saya sendiri aktif sebagai guru besar FISIP UI, yang juga menjadi anggota Komite 5 DGB UI bidang promosi dan demosi. Kami saling mengisi dalam konteks tugas akademik DGB UI. Seolah tidak ingin berpangku tangan, selain kegiatan di DGB UI dan Fakultas, Prof.Reni juga merintis pengembangan program pasca sarjana lintas disiplin, yang untuk sementara disebut Kalam (Kajian Kepemimpinan Lintas Keilmuan) yang akan bernaung di bawah Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI. Itulah Prof Reni yang selalu bersemangat dan inspiratif. Selamat ulang tahun sahabat saya Prof. Reni Akbar-Hawadi.

***

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia