Oleh: Prof.Dr. Sudarsono Hardjosoekarto,S.H.,M.A.,Ph.D.
Cukup dengan frasa “selalu bersemangat, dan inspiratif” untuk menggambarkan sosok sahabat dekat saya Prof. Reni Akbar-Hawadi. Sudah cukup lama kami bersahabat, tepatnya sejak pra-jabatan awal dekade 80-an yang lalu, saat itu CPNS Reni memang selalu bersemangat mengikuti setiap sesi pembelajaran pra jabatan. Prof Reni dari Fakultas Psikologi UI, saya dari FISIP UI. Bukan hanya bersemangat, Prof Reni juga aktif dengan ide-ide yang dapat menjadi bahan belajar bersama sesama dosen CPNS UI dari berbagai fakultas di lingkungan UI.
Tidak semua yang mengikuti prajabatan satu angkatan, seingat saya hampir 50 orang dosen CPNS, yang saat ini dapat mencapai jenjang jabatan akademik guru besar. Prof Reni termasuk yang dapat mencapai jenjang akademik guru besar, bahkan dalam masa yang relatif lebih awal dibanding teman-teman satu angkatan. Hal ini secara personal sudah saya perkirakan, bahwa CPNS Reni waktu itu, suatu saat kelak akan dapat mencapai jenjang akademik guru besar. Setelah selesai pendidikan prajabatan, kami disibukkan dengan tugas-tugas rutin di fakultasnya masing-masing. Tidak ada komunikasi yang intenstif. Selain karena sarana komunikasi saat itu yang masih sederhana, belum ada handphone, saya juga menyiapkan diri untuk memperoleh beasiswa pasca sarjana ke Eropa, Amerika atau Jepang. Komunikasi kami benar-benar putus, setelah pada bulan Oktober 1985 saya berangkat ke Jepang menembuh pendidikan pasca sarjana dengan beasiswa Pemerintah Jepang, yaitu Program Monbusho.
Kami jumpa lagi secara tidak sengaja di Tokyo, saat saya menjadi Ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Jepang. Sebagai Ketua PPI saya biasa menjumpai tamu-tamu dari Indonesia khususnya pelajar, pemuda atau mahasiswa yang sedang berkunjung ke Jepang. Saat saya menjumpai rombongan pemuda Program Persahabatan PM Yasuhiro Nakasone, ternyata Prof. Reni adalah salah seorang anggota rombongan. Tentu saja senang jumpa sahabat dosen UI, satu angkatan dalam prajabatan. Kesempatan perjumpaan ini tidak saya sia-siakan yaitu dengan mengundang Prof. Reni dan beberapa anggota rombongan untuk ikut hadir dalam pertemuan dengan Pengurus dan Anggota PPI Jepang, yang kebetulan sedang ada acara pertemuan.
Seperti biasa, Prof Reni selalu bersemangat, dan inspiratif. Pertemuan dadakan, dan informal antara pengurus PPI Jepang dengan beberapa anggota peserta Program Persahabatan PM Nakasone itu cukup menjadi obat rindu teman-teman mahasiswa Indonesia di Jepang tentang suasana tanah air. Tapi, hal itu juga memiliki makna yang lain, yakni gambaran betapa luasnya minat Prof Reni, yang bukan hanya fokus pada bidang psikologi secara akademik, di lingkungan kampus UI saja, tetapi lebih luas dari itu yaitu pada aspek kemasyarakat dan kepemudaan. Kami tidak ada komunikasi cukup lama, karena saya juga masih harus menghabiskan waktu studi di Tokyo sampai tahun 1992. Pertemuan tidak sengaja lagi terjadi saat saya sudah kembali ke tanah air, bukan di kampus UI, tetapi di kampus Lembaga Administrasi Negara (LAN) Pejompongan. Beberapa tahun setelah kembali ke UI, oleh Rektor UI Prof.Dr Sujudi, saya ditugaskan untuk mengisi kesempatan jabatan struktual di LAN sebagai bagian Kerjasama antara UI dan LAN. Saat saya menjabat sebagai Direktur Sespanas LAN, suami Prof. Reni mengikuti Diklat Kepemimpinan, sebagai peserta dari salah satu Kementerian.
Saat penyusunan Pengurus DPP Korpri, saya diminta oleh Ketua Umum, Bapak Feisal Tamin, untuk menyertakan fungsional dosen maupun peneliti dalam kepengurusan DPP Korpri. Tentu, karena saya sudah cukup lama mengenal Prof. Reni, saya menawarkan untuk bergabung. Komunikasi kami menjadi sangat intensif saat di DPP Korpri, dan setelah periode kepengurusan selesai.
Saat ini, Prof. Reni Akbar-Hawadi, yang selalu bersemangat dan inspiratif itu, aktif sebagai Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi UI, dan Ketua Komite 4 Dewan Guru Besar UI, yang membidangi Pengembangan Peran Universitas Indonesia Dalam Pembangunanan Masyarakat Indonesia dan Dunia. Saya sendiri aktif sebagai guru besar FISIP UI, yang juga menjadi anggota Komite 5 DGB UI bidang promosi dan demosi. Kami saling mengisi dalam konteks tugas akademik DGB UI. Seolah tidak ingin berpangku tangan, selain kegiatan di DGB UI dan Fakultas, Prof.Reni juga merintis pengembangan program pasca sarjana lintas disiplin, yang untuk sementara disebut Kalam (Kajian Kepemimpinan Lintas Keilmuan) yang akan bernaung di bawah Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI. Itulah Prof Reni yang selalu bersemangat dan inspiratif. Selamat ulang tahun sahabat saya Prof. Reni Akbar-Hawadi.
***