Sabtu, 26 Desember 2020

BURGER, BANANA SPLIT dan SUNDAE

Cerita masa tinggal di Wahidin, sampai usia 10 tahun. HI bagi saya dengan dua adik saya Nita dan Siska identik dengan hamburger, banana split, dan chocolate sundae. Di hari Minggu papi mami ajak 3 K ke Java Room menikmati makanan yang tidak dimasak bi Amah.

Masa kecil yang indah terus kebawa sampai sekarang. Namun stlh era fast food berkembang pesat, makan burger tidak perlu lagi khusus ke hotel. Banana splitpun demikian. Dan ini memudahkan, meski soal rasa daging dan ketebalan serta kematangannya berbeda jauh.
Era Java Room lewat, ritual burger terus berlanjut di outlet HR. Banana split pun demikian..sensasi pisang dengan kematangan yang cukup bercampur es krim rasa coklat, strawberry dan vanilla berikut taburan kacang tanah di mulut saya membuat saya selalu terbawa ke masa bersama papi mami menikmati hari Minggu kami.

TIGA K

Masih tentang masa usia sekolah. Salah satu yang saya ingat adalah panggilan kesayangan papi untuk kami bertiga, saya, Nita, dan Siska. Entah kenapa hanya kami bertiga yang dapat sebutan 3K padahal masih ada dua adik perempuan saya yang lain yaitu Wina dan Dian.

3 K adalah Kekasih, Kesayangan, dan Kebanggaan. Saya tidak pernah tahu apa maknanya panggilan ini terhadap masing-masing anak. Saya baru refleksi justru saat menulis ini, mengingat ada kata 3K untuk tiga anak perempuan papi mami ini dalam hidup saya. Ini analisis yang di "klop-klop" in

Begini dari tujuh anak papi mami, yang diajak papi menemani perjalanan dinasnya keliling Eropa dan "dunia" di tahun 1967 (rute KLM dari Eropa mau ke Asia melewati Kutub Utara dan transit di Anchorage, Alaska seolah telah keliling dunia.

Saya juga lah saat masih di kelas 4 SD yang peroleh keistimewaan menggantikan papi belajar berkuda di Djakarta International Saddle Club (DISC) bersama teman Pamennya. Adik saya lainnya tidak belajar berkuda.

Saat papi mami belajar tarekat, saya yang masih berumur 10 tahun pun diajak serta. Dan saya mengikutinya sampai selesai dan peroleh ijasah Doktor Tarekat, yang ijasahnya sempat dibingkai dan dipajang kamar saya di rumah Jalan Trijaya.

Papi sangat beri kepercayaan yang tinggi pada saya, bayangkan di kelas 4 SD saya diperbolehkan belajar menyetir mobil dan kelas 6 SD saya sudah mahir untuk membawa mobil VW di jalan.

Saat berkesan untuk 3 K ini adalah keliling Pulau Jawa. Kami bertigalah yang diajak menyusuri Pantai Utara Jawa, mampir-mampir Pekalongan, Semarang Solo, Yogya, terus sampai Tawangmangu, Sarangan dan Selecta, Malang.Ini kira-kira tahun 1963.

Dan tentunya yang selalu dibawa ke Hotel Indonesia, untuk menikmati banana split dan chocolate sundae di Java Room hanya kami bertiga. Nonton acara sulap di Ramayana Room bersama papi mami cuma 3K ini.

GEGARES

Kata gegares ini sering disebut papi, " Ayoo kita gegares!" Sambil dua tangannya bergerak atas bawah ke mulut, memberi tanda makan.

Well...kegemaran papi salah satunya ajak istri dan anaknya makan enak. Jadi banyak kenangan tempat makan enak saya di masa kecil yang membentuk selera saya (bahkan turun juga ke anak-anak) terhadap pilihan kesukaan makanan. Beberapa antara lain.
Kalo mo ala Barat, saya dan dik adik diajak ke Java Room, HI. Steak, hamburger, banana split, dan chocolate Sundae, kosa katanya.
Kalo pas si papi lagi pengen kerang, abis magrib kami berempat diajak ke daerah Pecenongan. Kami nongkrong di salah satu warung tenda. Papi mengajarkan kami memilih kerang dari tumpukan piring yang berisi kerang. Setelah rebusan kerang berikut sambalnya datang, papi mengajarkan cara mencungkil kerang dan mencocol ke sambalnya" ayoo..aaa...hap..enak ya?"Saya ngangguk, sambil menelan kerang yang disuapin, nyoba mencungkil dan mencocol sendiri.
Nah..kalau papi mo makan besar pas siang-siang, pilihan jatuh ke Chinese food, maka papi seringnya membawa kami ke restoran Paramount dan Trio.
RM Padang yang sering kami kunjungi adalah Roda. Gule otak, tunjang, ayam bakar lamak sadonyo.
Gudeg juga menjadi makanan kegemaran keluarga. Si mami kalau abis pulang belanja dari Pasar Cikini so pasti bawakan oleh-oleh gudeg. Wah..kebayang empuknya paha ayam, kombinasi krecek dan nangkanya hmmm..susah ngegambarin lezatnya gudeg Pasar Cikini. Top!
Untuk gado-gado, mami paling sering ke Jalan Srikaya, di belakang rel Gondangdia. Wah ini hrs berdiri sabar nunggu utk duduk. Tempatnya keciiiil...tapi rameee minta ampun. Kuah kacangnya mana tahaaan.
Makan bakmi yaaa Bakmi Gajah Mada..tempat aslinya sempiit, sll penuuh..kl dpt duduk di basement bisa sambiil lihat dua orang duduk diatas bambu adonan tepung mi.
Ragusa tidak jauh dari Jalan Wahidin, jadi kalo lagi pengen es krim ya kesini. Pilihan saya selalu Banana Split, Nita eskrim Nougat, mami Tutti Frutti dan papi es krim soda.

THE RISING STAR


Akhirnya cita-cita saya untuk ikut Kursus Singkat Angkatan (KSA) atau yang namanya sudah berubah menjadi Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) terwujud di tahun 2017.

Aturannya saya ikut batch tahun 2012, namun ternyata bersamaan waktunya dengan saya dilantik jadi Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan R.I.Jadi gugurlah kepersertaan saya. Nah..rupanya Dewi Fortuna masih bersama saya, atas ijin Allah saya masuk PPSA XXI.

Teman-teman saya jauh lebih muda dibawah saya, mereka yang berasal dari TNI dan POLRI saat itu kebanyakan baru bintang satu. Keikut sertaan dalam LEMHANAS merupakan bagian dari step untuk naik ke jenjang karir berikutnya.

Tiga tahun berlalu, alumni PPSA XXI para teman saya itu adalah para The Rising Star di Republik ini. Tengoklah foto diatas..saya, Lily, dan Lina berfoto bersama siapa?

Yang melakukan wefie adalah Pak Donny saat ini Sekjen Kemhan, yang disisi kanan saya Pak Listyo Sigit, Kepala Bareskrim dan sisi kiri saya Pak Firly yang lagi viral dengan kinerjanya sebagai Ketua KPK RI.

Lainnya bertaburan dalam posisi Panglima lala lili.. Pangdam, Kasdam, Kapolda..dls dls..Mereka The Rising Star..Ikut bangga dengan capaian mereka. Termasuk yang sipil..mereka meraih posisi esselon 1 dan jabatan publik bergengsi di Republik ini. Pada waktunya semua indah. Waktu saya seperti mereka sudah saya lalui...




Komentar

Jumat, 25 Desember 2020

Webinar IKWI, Pakar Ungkap Rahasia Dampingi Anak Belajar Jarak Jauh

 


DETAKKaltim.Com
, JAKARTA : Dalam mendampingi anak belajar dengan sistem jarak jauh dari rumah pada masa pandemi Covid-19, orang tua perlu dibekali pengetahuan bagaimana menjadi pendamping yang baik. Tanpa mengerti bagaimana mendampingi  anak belajar, akan mengakibatkan anak cepat lelah dan mudah stres.

Bekal mendampingi anak belajar di rumah itu diungkapkan oleh Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, dalam Webinar yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Pusat, untuk memperingati Hari Ibu, Selasa (15/12/2020).

Prof Lydia dalam Webinar yang dibuka Ketua Umum IKWI  Pusat Indah Kirana menjelaskan, sebagai ibu harus memahami multi peran dirinya dalam keluarga. Karena multi peran ini sangat berat, supaya tidak jatuh sakit, ibu harus mempersiapkan dirinya dengan mengkonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan olahraga rutin sehingga muncul kekebalan tubuh dalam menjalankan tugas, termasuk mendampingi anak dalam belajar jarak jauh.

Sebagai ibu harus memahami bahwa anak memiliki kebutuhan fisik, rasa aman, dan kebutuhan kasih sayang. Harus merasa nyaman dan aman di rumah, supaya anak betah berada di rumah.

“Tempat belajarnya harus nyaman,” kata Lydia.

Selain itu seorang ibu harus paham soal strategi pendampingan, antara lain mengendalikan emosi dengan cara baik seperti menarik napas panjang ketika terjadi kejengkelan.

“Mengendalikan emosi ini harus latihan,” katanya.

Kemudian sebagai pendamping harus luwes, tidak kaku, lalu menyimpan nama dan telepon teman-teman anak, orang tua anak dan guru untuk berkomunikasi, ketika  ada sesuatu perlu ditanyakan.

Tidak kalah penting bagi sang ibu adalah membuat perencanaan untuk menentukan yang harus didulukan sebagai prioritas, dan mana yang dikerjakan belakangan.


Pengelolaan lingkungan belajar supaya anak betah belajar berlama-lama adalah penting. Namun seorang ibu harus paham seberapa lama kekuatan konsentrasi anak.

Anak umur 4 tahun rata-rata lama konsentrasi 8- 20 menit, umur 5 tahun 10- 25 menit, 6 tahun 12-30 menit, 7 tahun 14- 35 menit, 8 tahun 16- 40 menit, 9 tahun 18- 45 menit, 10 tahun 20- 50 menit, 11 tahun 22- 55 menit, 12 tahun 22- 55 menit.

Webinar yang dimoderatori Dr Hediati diikuti para Pengurus IKWI Pusat antara lain Sekretaris Umum Yani Rosdiana, Rabiatun, Leli Yuliawati, Rahmayulis Saleh, Ning Gerald, dan Rahmi Mulyati, serta anggota IKWI dari 23 provinsi di Indonesia. Jalannya acara dikendalikan dari pusat kegiatan di kantor PWI Pusat, Jakarta. (DK.Com)

Sumber : PWI Pusat

Editor    : Lukman

SPONTAAAN...

Saya dicirikan selalu memakai baju berwarna merah. Nah kalau kepribadian, salah satu yang dominan dicirikan orang, " Ibu orangnya spontan".

Foto dibawah ini saat saya membuka Gebyar PAUD di Provinsi Lampung. Duduk manis di panggung bersama Bunda PAUD Provinsi dan para undangan penting lainnya mengikuti protokol, membuat saya tidak bertahan lama. Sesaat selesai acara formal sambutan, dan mendengar lagu-lagu yang semangat untuk bergoyang...saya pun turun ke lapangan berbaur dengan peserta yang memenuhi lapangan upacara. Saya ingin ikut menikmati kebahagiaan dan keceriaan bersimbah matahari pagi. Suasana di bawah sana sayang kalau hanya ditonton dari atas panggung.
So pasti Bunda PAUD dan undanganpun jadi bubar jalan ikut turun😀Rasanya senang bisa ikut bergoyang ikuti irama musik dengan semua anak. Feel Gebyar PAUD jadi dapat😍
Ide tersebut sering datang mendadak, namanya juga spontan kan 🙂, biasanya tercetus begitu saja. Targetnya bisa anak, guru, maupun audiens yang ada.
Kalau saya berkunjung ke satu TK dan masuk kelas, saya mengajak anak untuk bernyanyi dengan cara menebak lagu dari cerita yang saya sampaikan ke mereka. Keteteran juga mereka..karena pada gak hafal lagu anak. Stock lagu anak yang diajar guru bisa jadi kurang memadai. Sediiih..
Di tempat lain, saat acara peresmian TK Negeri Kabupaten di Provinsi Aceh saya merasa akan lebih fun jika mengajak anak-anak bermain ular naga. Jadilah saya bersama mereka yang diikuti guru dan Bunda PAUD (istri Bupati) beserta bu ibu lain bermain ular naga.."ular naga panjangnya bukan kepalang...berjalan-jalan kian kemari...umpan yang lezat itulah yang dicari..ini dianya yang terbelakaaaaang"
Sambil menyanyi berjalan..kirain pada bisa ternyata yang kedengaran hanya suara saya hehe..banyak anak maupun guru TK yang sudah asing dengan lagu anak-anak jaman saya TK.
Spontanitas bisa dengan cara lain, saat di satu TK di Jawa Tengah yang fasilitasnya bagus, dan melihat ada mini library, langsung secara random saya ambil buku serta minta waktu ke Kepala Sekolahnya untuk bercerita sambil beri kuis ke anak-anak yang duduk rapi dan antusias. Saya melihatnya dari bola mata mereka yang polos membesar dan menyorot tajam ke arah saya berdiri. Mereka sukaaa..antusias mendengar saya cerita.
Saat berada di Kabupaten Gunung Kidul, usai sambutan saya bagi tiga kelompok audiens yaitu sebelah kiri, tengah dan kanan. Mereka saya minta berpikir asosiatif menyanyikan lagu-lagu yang saya buat berdasarkan pengelompokan misalnya "ayo bu Ibu adu cepat ya cari lagu yang identik dengan binatang..situasi alam..sifat..dst dst" sambil telunjuk tangan saya mengarah ke kelompok secara cepat bergantian..Apa yang terjadi.. kehebohan riuh dengan suara yang nyanyi dan tertawa karena tidak ada ide lagu apa yang mau dinyanyikan. Seruuuu😀😀 Ternyata lagi-lagi banyak yang ga tahu lagu-lagu anak lawas.
Nah..melalui spontanitas yang membuat audiens rileks..saya langsung menitip pesan agar kita juga harus menguasai lagu-lagu anak-anak jaman dulu. Lagu-lagu ciptaan Ibu Soed, AT Mahmud, Ibu dan Bapak Kasur sarat pesan dan nilai kehidupan. Melalui lagu anak belajar banyak hal dalam kehidupannya. Saya sampaikan inilah lagu basic anak usia dini. "Jadi cari kasetnya atau CDnya..ya bu Ibu di rumah harus punya, supaya anak bisa belajar mengenal lagu anak bukan lagu orang dewasa"
.
Itu pesan saya tahun 2012-2014, saat spotify belum ada. Sekarang sudah ada spotify..trus mikir ada gak lagu-lagu "klasik" anak usia dini Indonesia di Spotify?

NEKAAAD....

Dibawah ini foto kunjungan dinas saya di salah satu Taman Kanak-Kanak Kota Jayapura, tahun 2013.

Bisa dikata, Papua termasuk Provinsi yang kerap saya datangi. Saya meninjau beberapa PAUD yang memperoleh bantuan pemerintah, berdialog dengan guru, kepala sekolah, pemilik sekolah, dan tokoh masyarakat.Kali lain saya berkunjung melihat tempat kursus yang ditunjuk sebagai TUK, tempat kursus yang peroleh bantuan sarana prasarana, ke PKBM yang menjadi ujung tombak penyelenggaraan pendidikan non-formal serta TBM penyedia buku-buku agar minat baca masyarakat terus tumbuh. Dan tentunya Balai PAUDNI, unit yang menjadi tulang punggung keberhasilan program PAUDNI di wilayahnya.
Namun tetap hal yang istimewa dikenang saat pertama kali saya ke Papua tahun 1983. Bayangkan saya sedang hamil 23 minggu anak pertama, dan pergi untuk survei ke Papua seorang diri. Nekaaaad...
Pak suami kaget..." haaah..ga salaaah ?? Lagi hamil gene...tahu gak Papua dimana..tahu gak kondisi disana bagaimana..bla bla bla..yang akhirnya capek dan menyerah " ya sudah bun, kalo memang sudah niatnya seperti itu, bismillah..ingat ya pesan gw jangan pernah berhenti dzikir..karena katanya dari Makassar ke Papua naik pesawat kecil dan anginnya susah diprediksi". Kalo ga perlu-perlu amat ga usah ikut jalan-jalan. Jaga diri baik-baik bun. Ingat lagi hamil, jangan macam-macam".
Saya ke rumah mami, saat makan malam waktu yang tepat bercerita kalo dua hari lagi saya berangkat dinas ke Papua "mohon doa mii..biar ga ada masalah selama disana... lancar dan tugasnya beres...selamat pulang pergi.."
Pada mami saya berargumen "mii...ini kesempatan langka miih..sudah lama sekali ngebatin kapan bs lihat Papua" Kalau toch pergi ke Papua dari kantong sendiri on mogelijk laah..kl ada uang mending pilih yang dekat-dekat, kejangkau juga dan nyaman pastinya" ya kaaan.. Mami ga usah kuatir ya..mohon doa restunya mami saja untuk kami berdua sambil ngelus kandungan saya".
Selasa hari saya bekerja untuk KKPPAB Puskur Balitbang Kemdikbud. Saya sedang mengemas kelengkapan kerja untuk siap-siap keluar dari kubikel.. Tiba-tiba saja bu Noor sudah berdiri di depan saya "dik Reni..sy lagi cari orang untuk survei tentang keterampilan membaca di jenjang Sekolah Dasar". Ooh...ya bu Noor menarik ya, dimana surveinya..dst dst..sampai akhirnya "yuk kita sambil jalan saja cari makan siang di Ratu Plaza".
"Kenapa bukan bu Noor saja ya yang pergi" Nganu saya sudah pernah ke Papua dik, ini saya pilih Palembang. Dan besok sudah berangkat. Jadi kalo pajenengan siyap saya akan matur bu Aspita agar disiapkan berkasnya, kuitansi dan lumpsum. Eeh dik lumpsumnya gede lho..lumayan..untuk nambah-nambah persiapan persalinan".
Saya sudah ga denger lagi yang diomongin, karena sambil makan gado-gado pikiran saya sudah langsung melayang...koordinasi dengan Dinas Pendidikan setempat, strategi survei, ngepak koper, cari kendaraan ke tempat penginapan, cari koteka untuk souvenir dls dls

Pascasarjana

Setelah dua hari melepas anak keenam jadi sarjana, saya merefleksi diri tentang yang telah saya lakukan untuk memotivasi kuliah pascasarjana pada enam anak kami setelah mereka jadi Sarjana.

Saya merasa lebih mudah memotivasi anak yang memilih berkarir di dunia akademik untuk langsung mengambil jenjang kuliah lanjutan yang lebih tinggi. Nazura, anak keempat kami ini relatif cepat memutuskan lanjut ke S2 saat dia lulus dari ITB Jurusan Planologi, karena merasa mantap akan bekerja sebagai dosen. Untuk itu pula ia jg tidak ragu lanjut ke S3 karena Program Doktor memang sdh jd tuntutan dunia Pendidikan Tinggi bagi mereka yang bekerja sebagai dosen.

Chica dan Ardha yang berkarir di swasta, alhamdulillah termasuk yang tidak lama-lama memutuskan lanjut ke S2. Mereka ada kebutuhan sendiri kuliah lagi tanpa ada dorongan yang berarti dari aybunnya. Namun Chica yang kemudian lebih enjoy dengan kerja "wirausaha" nya merasa tidak perlu lanjut ke S3, katanya untuk apa? Aq kan bukan kerja jadi dosen, begitu jalan pikiran anak kedua kami ini.So, S3 msh identik kental utk karir di bidang akademik.

Ardha, anak ketiga yang sebenarnya tertarik jadi dosen. Dia minat sepulang kerja, sore bisa mengajar. Ia sudah sempat kirim lamaran serta jumpa berbincang banyak hal dengan Dekan FISIP UAI, Dr. Maya kalau-kalau ada dibuka Kelas Karyawan (saat bicara dgn Maya belum ada kelas S1 sore). Ardha jg sdh berbagi cita-citanya kepada saya ancang-ancang keluar kerjaan untuk lanjut Ph.D Program ke Belanda biar sama-sama temani adiknya Nazura (makanya Ali dan Gladyz secara khusus beri kado Buku IELTS di ultahnya Ardha ke-32). Ardha mgk terinspirasi bundanya yg jd Doktor d usia 36 tahun, dan adiknya Nazura yang dlm hitungannya di usia 29 tahun sdh bergelar Ph.D.Ardha selalu membuktikan pada aybunnya bahwa dia 'one step ahead'.

Namun manusia boleh berencana, ternyata Allah memutuskan lain. Kami menerima qadha Allah, Ardha tidak bisa menuntaskan cita-citanya. Allah maha tahu mana yang terbaik bagi Ardha dan kami. Bagi kami aybunnya, Ardha seorang anak istimewa, yang visioner. Tidak saja IQ yang tinggi namun EQ dan TCnya besar. He was really our Gifted Kid. Love you so much da Insya Allah cita-cita kamu bisa dilanjutkan Eeiiy..Mireya Alana Renzulli.

Ali, anak milenial yang sudah dua tahun ngantor...tanda-tanda kuliah S2 semakin ga jelas krn kebanyakan senior dan pegawai selevelnya baru S1. Mereka ada yang kerja 3 tahun msh nyaman di S1. Ali merujuk contoh CEO BUMN yang baru stlh 14 tahun kerja ambil S2. Apakah mmg tdk ada dampak gelar S2 bagi karir seseorang di perusahaan swasta ya? Jadi mikir saya.

Namun bs jadi ayahnya jd role model Ali dalam karier dan kuliah..Ali bilang ayah baru klaar S2 UI usia 51 tahun. Wadduh..sy jd susah kl bandingannya ayahnya.Ayahnya kan PNS yg saat itu empat tahun sekali naik golongan..Ali ga tahu ya jaman"keemasan" PNS yang di birokrasi sudah berubah..skr sistem merit nak.

Teman-teman saya PNS yang berkarier d K/L paham bahwa saat pensiun 58 tahun insya Allah msh sehat fisik dan otak jg msh kenceng mikir. Jd eman-eman kalau ga dipake..So strateginya jauh sebelum usia pensiun mereka ambil kuliah lagi sampai S3, untuk bisa nyambi mengajar d PTS. Nah cerdik bin mantul Ini jadul, apa skr msh?

Nah, Gladyz yang Gen Z saya beri wawasan ana ini seputar karier PNS di K/L, tetap ogah..ga mikir mau jd PNS Diceritakan yang enak2 jd PNS..bs jd pejabat lho tetap sj Gladyz gak bergeming ..jualan emaknya gak payu hehehe.

PROGRAM NAKASONE

Beberes gudang ...nemu buku ini "The Friendship Programme For The 21st Century ASEAN COUNTRIES".

Program persahabatan yang diiniasi oleh PM Jepang Yasuhiro Nakasone saat beliau berkunjung ke negara-negara ASEAN Tahun 1983. Program yang sangat sukses ini berhasil mendatangkan 4000 Pemuda ASEAN ke Jepang dlm kurun lima tahun.

Saya termasuk yang beruntung kejaring ikut dlm program ini. Saya bersama 21 pimpinan pemuda (Youth Leaders) dan 25 unsur PNS (Civil Servants) masuk dalam ASEAN Group I.

Sebelum berangkat kami mengikuti Pre-Departure Programme selama 10 Hari. Hari pertama opening ceremony dan orientation, diikuti lima hari belajar Bahasa dan Kebudayaan Jepang serta Etiket Internasional, dua hari camping diisi giat team building, sports, group discussion, cultural performance practice dan lecture ttg Jepang dan ASEAN, kemudian mengunjungi IPB serta ada lecture berisi advice to Participants. H-1 briefing on Departure dan Send-off Party. Kemudian hari kesepuluh Closing Ceremony.

Saya beserta 21 orang yg termasuk Indonesia Youth Leaders Group mengikuti giat Program Nakasone dari 19 Juni 1988 sd 19 Juli 1988.

Selama sebulan di Jepang, kami berada d Tokyo kemudian ke Shizuoka, Mt. Aso, Kumamoto, Nara, dan Nagasaki. Pengalaman yang sangat berharga dan luar biasa bagi kehidupan saya kedepannya. Beruntung bs melihat kemajuan Bangsa Jepang dengan nilai-nilai budaya yang masih dipegang teguh serta etos kerja yang tinggi.

Saya berterima kasih sekali pada Direktur Karang Taruna Kemensos RI dan Pak Oka yang merekomendasi saya ikut program bergengsi ini dan menjadi satu-satunya peserta dari unsur Karang Taruna sedang 21 lainnya dr KNPI yg Ketumnya saat itu Didiet Haryadi.

Tentunya terima kasih saya tak terhingga pada suami tercinta ku Idjul cinto bundo bersama tiga anak yang masih berusia balita Abang 5 tahun, Chica 4 tahun dan Ardha 2 tahun, yang saya tinggal selama sebulan.

Support dan cinta suami dan anak-anak selalu menyertai langkahku.

Rabu, 23 Desember 2020

VENI..VIDI..VICI


Tiga kata Bahasa Latin ini sudah lama saya kenal sejak belajar sejarah dunia di pendidikan menengah. Secara harafiah jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti "saya datang, saya lihat, saya menang". Frasa ini yang digunakan oleh Julius Caesar dalam suratnya ke Senat Romawi saat ia memenangkan peperangan secara cepat dalam waktu singkat di Zela, mengalahkan Pharnaces II.

Tiga kata ini ingin saya pinjam untuk melukiskan perasaan saya saat berada di balkon atas Ruang Sidang Umum PBB, New York beberapa tahun silam.
Saya berfoto membelakangi logo PBB agar memperoleh suasana yang lama saya simpan dalam ketidaksadaran saya setiap kali melihatnya di pemberitaan TV ataupun koran. Walau saya terlihat tersenyum sebenarnya saya merasa tidak nyaman, karena dihadapan saya sekian ratus orang perempuan dari berbagai bangsa yang tengah serius menyimak paparan di bawah sana.
Saya berjalan masuk ke ruang yang berada di lantai 2 Sidang Umum PBB. Sesaat masih sambil berdiri membelakangi pintu masuk, saya diam terpana melihat kedepan " ya Allah terima kasih... telah banyak nikmat yang Kau berikan..saya diberi kesempatan bisa sampai juga masuk ke ruangan ini". Luar biasa! Inilah momen yang saya tunggu lama sebagai perempuan yang aktif di organisasi.
Setelah sadar saya harus segera duduk, mata saya secara cepat menyapu ruangan mencari kursi yang kosong. Sebagian besar kursi telah padat penuh diduduki para perempuan aktivis dari berbagai belahan dunia. Bersyukur masih kebagian kursi yang letaknya di baris ketiga sisi kiri dari saya berdiri.
Pandangan saya kedepan namun terdistraksi dengan di depan kanan saya beberapa peserta dari negara lain berfoto. Dan ini tidak satu dua orang saja, mereka saling bergantian berfoto. Wah..mau juga saya.. namun saat itu di sesi pembukaan saya sendirian disana, terpisah dari teman-teman rombongan Kowani yang ada di bawah.
Saya teks salah satu teman..bahwa posisi saya diatas dan bagus nih untuk berfoto. Akhirnya di sesi berikut, kami berame-rame bergantian berfoto. Terkesan dengan Caesar, serial film di Netflix membuat saya mengutip frasanya yang ikonik tersebut. Di pas..pas'in lah..haha

Masa Sekolah Dasar


Tugas Bersih-Bersih Kelas

Melihat Mireya Alana Renzulli yang dipanggil Eiiy oleh apapnya, membawa saya ke masa kanak-kanak akhir saya yang penuh padat dengan berbagai aktivitas.
Saya bersekolah di SD. Van Lith yang masuk siang hari dan muridnya perempuan semua. Murid laki-laki masuk pada pagi hari. Di lingkungan sekolah itu pula tinggal kepala sekolah, Ibu Souw namanya. Setiap pergantian kelas, saya dan teman-teman sekelas yang sudah ada roster, bekerja membersihkan kelas pasti mengambil sapu ijuk dari gudang sapu yang ada di pekarangan rumah Ibu Souw.
Roster digantung di dinding dekat pintu masuk dan diatas lemari kayu ukuran 1/2 biro yang berisi buku ulangan anak-anak.
Roster dibuat dari hari Senin sampai Sabtu, terdiri dari dua baris yang masing-masing berisi tiga nama hari. Baris pertama hari Senin, Selasa, dan Rabu. Dan baris kedua untuk hari Kamis, Jumat, dan Sabtu. Masing-masing berisikan nama murid yang ada sesuai buku absen guru.
Saya dan reman-teman sudah tahu pasti jadwal tugas piket kami. Kami masuk jam 13:00 namun biasanya jam 11 sudah di sekolah, untuk main. Kami bermain bekel, bisa juga main samse, main lompat tali atau main ciplek. Mendekati jam 12 siang dan lonceng bubar sekolah dipukul, kami sudah gercep untuk ambil perlengkapan kebersihan kelas.
Badan kami yang kecil lumayan susah menggeser bangku dari jati yang berat sebanyak 24 buah, namun semangat bekerja bergotong royong mengalahkannya. Kami menyapu, memungut sampah kertas yang dibuang anak kelas pagi maupun sampah bekas rautan pensil serta melap.
Usai bersih-bersih bangku, giliran meja guru kami tutup dengan taplak dari batik, dan kadang dari bahan strimin bersulam cantik. Setiap kali ada murid yang bergantian bawa taplak dan vas ber bunga plastik.
Teman-teman yang tidak piket sudah bergerombol diluar dan melongok-longok. Akhirnya merekapun masuk kelas menuju bangku masing-masing yang sudah bersih dan nyaman diduduki.
Bersih-bersih kelas ini saya jalani sejak SD kelas 1 sampai kelas 6. Saya beruntung ada tugas menyapu ini karena inilah satu-satunya kesempatan saya menyapu. Di rumah saya sama sekali tidak memiliki tugas seperti ini.

BEJIBUN LES


Foto dibawah ini tiga dari lima cucu kami, Azka, Khalif dan Mireya bersama inyiknya Mereka saat ini berada dalam tahap perkembangan masa kanak-kanak akhir. Melihat kesibukan para cucu dimasukan les ana ini oleh ortunya masing-masing, membuat sayapun jadi tergugah mengingat-ingat masa sekolah dasar saya.

Masa SD saya sangat menyenangkan. Masa yang penuh dengan karya. Inilah masa terbaik untuk mengembangkan keterampilan anak dalam potensi bidang minatnya.
Aktivitas saya beneran bejibun, namun saya tidak merasa capek dengan jadwal yang padat setiap harinya. Sebaliknya saya justru merasa enjoy..
Semua les yang saya ikuti ada yang datang dari kemauan saya sendiri dan ada yang tiba-tiba saja saya sudah didaftarkan ke dalam kegiatan tersebut.
Saya bersekolah pada siang hari, jadi saat ditawarkan olahraga berkuda di DISC, oleh papi di daerah Warung Buncit pada jam 8 pagi, saya setuju saja. Saya belajar bersama bapak-bapak TNI-AD seumuran papi. Dan saya anak perempuan berusia 9 tahun ditengah mereka. Saya tidak pernah minder. Justru Ini membuat saya merasa istimewa, karena instruktur kami sama yaitu Pak Malik. Dan kuda yang ditunggangipun sama-sama berasal dari Australia, tinggi dan besar. Gagah.
Satu hari mami bilang " Reni belajar piano ya..mami sudah daftarin. Besok mulai les piano di Sancta Ursula. Bukunya sudah mami beli di Toko Buku Tropen, ada dua De Kindervriend dan Schmitt. Ini mami masukan dalam tas, berikut buku note balok, pensil dan rautan serta buku tulis untuk catatan mere nya" Mami pengen Reni pinter main piano, supaya adik-adik nanti juga ikutan belajar". Saya pasrah, dan besok Onsu, supir kami sudah siap mengantar saya.
Sedang Jumat sore, waktunya saya les menggambar dengan Pak Ooq di halaman rumahnya, di daerah Kebayoran Baru. Setelah rajin mengikuti acara menggambar bersama Pak Ooq di TVRI. Saya request "Miii..mi..Reni mo pinter menggambar seperti Pak Ooq dong, biar di rapor dapat nilai 9 untuk menggambar". Saya seneng sekali karena rapor kelas 1 SD saya tertinggi untuk menggambar.
Hari Minggu saya belajar tari Jawa di daerah Menteng menjadi anggota sanggar tari yang dipimpin Pak Sampan Hismanto. Untuk mengikuti ini mami bertanya" Reni mau menari gak, kalau mau mami daftarkan via Ibu Hadiyin. Nanti belajar bersama Kak Tati dan Mar" Saya mengangguk. " Jadi mau ya..ingat harus rajin datang, tidak boleh telat, dan jangan bosenan".
Masa SD saya betul-betul sangat menyenangkan. Berbagai board games disiapkan oleh papi mami, sehingga saya dan adik-adik mahir bermain monopoly, halma, ludo, dam, ular tangga, catur dan scrabble. Meja pingpong juga ada, mau main badminton tersedia net dan raketnya. Saya juga puas bersepeda sepanjang jalan rumah saya. Mami papi juga tidak melarang saya main layangan, naik genteng untuk nyodok buah buni tetangga, maupun nangkring di atas pohon jambu. Mau main di got cari ikan-ikan kecil sepanjang Wahidin II atau cari bekas-bekas kapur tulis dari kelas-kelas SMAN 1. Bebas.
Rumah yang luas, membuat saya bisa leluasa main kejar-kejaran, main tak umpet, main ciplek dan tali tambang yang dibuat karet gelang.
Saya juga punya hewan peliharaan anjing buldog dan boxer, serta berbagai macam jenis burung.
Last but not least masa SD ini pula tepatnya di kelas 4 saya ikut belajar tarekat. Dan satu hal lagi yang masih jarang dilakukan anak seumur saya yang perempuan, belajar mengendarai mobil. Saya telah mahir stir mobil volkswagen saat saya duduk di kelas 6 SD.

Komik Wayang dan Dongeng


Alhamdulillah, kami bisa ke Pustakalana Children Library and Common Room. Ikut bangga dengan kegiatan Chicha anak kedua kami dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Selamat dan Sukses beberapa waktu y.l dapat Penghargaan Walikota Bandung sebagai komunitas yang meningkatkan kualitas hidup. Ini foto dan caption di Instagram, yang telah saya sesuaikan untuk di upload ke FB.

Foto inyik dengan Azka yang asyik membaca, membuat saya masih ingin bercerita tentang masa usia sekolah.
Papi kerap bawa saya ke Toko Buku Gunung Agung Kwitang. Disana lah saya dibelikan komik Ramayana dan Mahabarata karangan R.A. Kosasih. Berkat komik ini membuat saya melek tentang wayang. Akhirnya saya menyukai wayang. Melalui komik wayang, saya belajar pertama kali memahami
karakter seseorang.
Penggambarannya dalam komik amat jelas sehingga saya dengan mudah asosiatif jika
ada orang yang memiliki karakteristik yang sama. Misal jika ketemu laki-laki handsome yang tampan buat orang mudah jatuh hati, itu pasti ingat Ardjuna. Kalau pas ketemu orang yang licik, munafik dan bicaranya tajam kita sebut Sengkuni. Nah kalau jumpa orang yang bijak lgs kita ingat dengan Yudhistira.
Buku lain yang dibelikan papi adalah sekuel Winnetou. Melalui novel karangan Karl May saya menikmati jalinan persahabatan antara Old Shatterhand dengan Winnetoi, si Ketua Suku Indian Apache.
PT. Balai Pustaka cukup dekat dengan rumah kami, kesanalah saya diajak papi belanja buku. Buku-buku Balai Pustaka tidak melulu tentang hasil karya sastrawan besar Indonesia seperti Sutan Takdir Ali Syahbana, Marah Rusli, Armijn Pane, HAMKA, A.A. Navis, dls. Namun juga menjual buku-buku cerita dalam format buku saku dan tipis, yang cepat dibaca, kalau saya tidak salah ingat bernama BAS JAYA.
Koleksi buku saya lumayan cukup banyak dan beragam. Mulai dari komik, buku-buku karya sastrawan besar Indonesia dan buku-buku anak Internasional seperti Grimm Bersaudara (karyanya saya jadikan buku wajib bagi anak saya untuk baca a.l Putri Salju, Cinderella, Hansel dan Gretel,Rapunzel maupun Peniup Seruling).
Buku cerita H.C.Andersen juga menjadi koleksi wajib bacaan saya. Cerita tentang Baju Baru Kaisar, Puteri Thumbelina, Puteri Duyung Ariel, Anak Itik Buruk Rupa beberapa dari banyak cerita dongeng yang saya ingat.
Namun dari semua cerita dongeng anak, Si Topi Merah karangan Charles Perrault yang nanti saat saya jadi Ibu termasuk yang digemari anak untuk diceritakan. Mereka senang mendengar sensasi serigala akan memakan nenek.
Untuk kisah nabi-nabi buku yang diberi papi adalah Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul yang cukup tebal dan tidak ada gambarnya.
Dengan buku yang cukup banyak itu saya iseng buka penyewaan buku di rumah. Namun tidak berumur panjang, saya bosan karena pengunjungnya tidak ada😀
Kamar tidur papi berdampingan dengan ruang bacanya. Disana berjejer Ensiklopedi yang tebal sekali, besar dan berat dalam bahasa Belanda. Dan ada satu set berbahasa Inggris. Buku-buku lain tentang agama, kejiwaan, militer, kesehatan, matematik,dls. Wawasan luas yang saya miliki berasal dari papi rupanya.
Kamar tidur saya hanya dipisahkan dengan kamar mandi. Saat terjaga malam hari, saya masih melihat cahaya lampu dari bawah celah pintu, itu pertanda papi masih jaga. Papi selalu menikmati membaca buku dan mencatat apa yang dibacanya. Tulisannya bagus dan rapih dengan pena yang selalu diisi dengan tinta Parker.

KANGEN


Ini foto saya bersama lima adik saya pada dua tahun silam.Ceritanya kami baru bubar dinner dan berjalan menunju lift. Tiba-tiba Idjul mengingatkan kalau dari tadi belum ada foto khusus kakak beradik. Trus diarahkan "nih disini aja yuuk...klik klik klik..

Moment kebersamaan biasanya saat salah satu dari kami mentraktir dalam rangka syukuran. Nah kali ini giliran saya merayakan 36 tahun usia perkawinan kami@Westin Hotel.
Sayangnya foto bersama saya dan dik adik hampir selalu seberapa yang ada saja. Kali ini lumayan bisa berenam. Si bungsu pas di Jakarta. Dua adik saya bermukim di luar Indonesia.
Sejak tahun 1983 seminggu setelah diwisuda dari Fakultas Bahasa IKIP Jakarta, Jurusan Bahasa Perancis Dian diterima jadi crew Cathay Pacific. Ia memilih secara sadar bekerja melanglang buana dengan homebase di Hong Kong. Satu lagi Wina, sejak tahun 1992 menetap di Maryland, Amerika Serikat dan tahun 2014 pindah ke Huntington Beach, LA.
Saya dan enam adik dibesarkan oleh single mom, sejak tahun 1974. Saat papi wafat saya baru berusia 17 tahun dan Dian berusia 10 tahun. Mami jadi ortu tunggal di usianya yang ke-42.
Mami tidak mempersiapkan diri untuk bekerja dan juga tidak dipersiapkan papi untuk bekerja di luar rumah.
Mami sosok gadis Minang yang bermental baja, tahan banting, berkemauan keras dan pantang menyerah, yang merantau di usianya ke 18.
Mami perempuan tangguh, yang berjalan mengarungi kehidupannya, menjalani takdirnya tanpa pernah mengeluh.
Mami sosok Ibu yang menyandarkan kehidupan sepenuhnya pada Allah semata, meyakini pertolongan Allah itu ada.
Kalau kesuksesan diukur dengan pendidikan maka mami sudah sukses mengantarkan ketujuh anaknya jadi sarjana.
Jika keberhasilan dilihat dari telah menunaikan rukun Islam kelima, maka mami telah berhasil mengajak anaknya berhaji dan umrah.
Terima kasih banyak Allah..
Kangen mami jelang ulang tahunnya ke 88 tahun.Semoga telah bahagia bersama papi kembali diharibaanNya, dikelilingi bunga-bunga indah di SurgaMu ya Rabb..

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia