Setelah dua hari melepas anak keenam jadi sarjana, saya merefleksi diri tentang yang telah saya lakukan untuk memotivasi kuliah pascasarjana pada enam anak kami setelah mereka jadi Sarjana.
Saya
merasa lebih mudah memotivasi anak yang memilih berkarir di dunia akademik
untuk langsung mengambil jenjang kuliah lanjutan yang lebih tinggi. Nazura,
anak keempat kami ini relatif cepat memutuskan lanjut ke S2 saat dia lulus dari
ITB Jurusan Planologi, karena merasa mantap akan bekerja sebagai dosen. Untuk
itu pula ia jg tidak ragu lanjut ke S3 karena Program Doktor memang sdh jd
tuntutan dunia Pendidikan Tinggi bagi mereka yang bekerja sebagai dosen.
Chica dan
Ardha yang berkarir di swasta, alhamdulillah termasuk yang tidak lama-lama
memutuskan lanjut ke S2. Mereka ada kebutuhan sendiri kuliah lagi tanpa ada
dorongan yang berarti dari aybunnya. Namun Chica yang kemudian lebih enjoy
dengan kerja "wirausaha" nya merasa tidak perlu lanjut ke S3, katanya
untuk apa? Aq kan bukan kerja jadi dosen, begitu jalan pikiran anak kedua kami
ini.So, S3 msh identik kental utk karir di bidang akademik.
Ardha,
anak ketiga yang sebenarnya tertarik jadi dosen. Dia minat sepulang kerja, sore
bisa mengajar. Ia sudah sempat kirim lamaran serta jumpa berbincang banyak hal
dengan Dekan FISIP UAI, Dr. Maya kalau-kalau ada dibuka Kelas Karyawan (saat
bicara dgn Maya belum ada kelas S1 sore). Ardha jg sdh berbagi cita-citanya
kepada saya ancang-ancang keluar kerjaan untuk lanjut Ph.D Program ke Belanda
biar sama-sama temani adiknya Nazura (makanya Ali dan Gladyz secara khusus beri
kado Buku IELTS di ultahnya Ardha ke-32). Ardha mgk terinspirasi bundanya yg jd
Doktor d usia 36 tahun, dan adiknya Nazura yang dlm hitungannya di usia 29 tahun
sdh bergelar Ph.D.Ardha selalu membuktikan pada aybunnya bahwa dia 'one step
ahead'.
Namun
manusia boleh berencana, ternyata Allah memutuskan lain. Kami menerima qadha
Allah, Ardha tidak bisa menuntaskan cita-citanya. Allah maha tahu mana yang
terbaik bagi Ardha dan kami. Bagi kami aybunnya, Ardha seorang anak istimewa,
yang visioner. Tidak saja IQ yang tinggi namun EQ dan TCnya besar. He was
really our Gifted Kid. Love you so much da
Ali, anak
milenial yang sudah dua tahun ngantor...tanda-tanda kuliah S2 semakin ga jelas
Namun bs
jadi ayahnya jd role model Ali dalam karier dan kuliah..Ali bilang ayah baru
klaar S2 UI usia 51 tahun. Wadduh..sy jd susah kl
bandingannya ayahnya.Ayahnya kan PNS yg saat itu empat tahun sekali naik
golongan..Ali ga tahu ya jaman"keemasan" PNS yang di birokrasi sudah
berubah..skr sistem merit nak.
Teman-teman
saya PNS yang berkarier d K/L paham bahwa saat pensiun 58 tahun insya Allah msh
sehat fisik dan otak jg msh kenceng mikir. Jd eman-eman kalau ga dipake..So
strateginya jauh sebelum usia pensiun mereka ambil kuliah lagi sampai S3, untuk
bisa nyambi mengajar d PTS. Nah cerdik bin mantul
Nah,
Gladyz yang Gen Z saya beri wawasan ana ini seputar karier PNS di K/L, tetap
ogah..ga mikir mau jd PNS