Jumat, 05 Juli 2019

Reni Hawadi: Di Tingkat Provinsi Perlu Tetap Ada Sekolah Unggulan


Pro kontra terkait sistem zonasi  dalam PPDB 2019 terus bergulir. Sejumlah orang tua siswa di beberapa kota seperti Cimahi, Solo, Surabaya, Bandung melakukan aksi demontrasi. Mereka menyampaikan aspirasi agar jalur zonasi dihapuskan karena membingungkan dan cenderung menyulitkan masyarakat.
Sebelumnya sejumlah tokoh memberikan pandangannya. Sebagian setuju dengan sistem zonasi dan sebagian lain menolaknya mentah-mentah. 

Psikolog yang juga Guru Besar Universitas Indonesia,  Reni Akbar- Hawadi menyatakan setuju sistem zonasi dengan alasan berkeadilan.  Maksudnya sistem zonasi tidak memandang siswa dengan  perolehan nilai UNBK tinggi otomatis bisa masuk ke sekolah yang bagus dalam zona rumahnya.  

“Selama ini  kita tahu bahwa hanya siswa tertentu yang bisa masuk sekolah yang dikenal sekolah favorit. Dengan sistem zonasi hal itu tidak bisa lagi terjadi. Hal ini yang saya maksud dengan berkeadilan,” ujarnya. 

Ia menambahkan dampak positif zonasi akan melecut setiap Kepala Sekolah untuk memperhatikan mutu pengajarannya. Guru juga ekstra kerja keras karena siswa yang masuk sangat heterogen. 

“Bagi siswa yang tergolong berbakat Intelektual dengan tingkat kecerdasan tinggi IQ 130 ke atas tetap membutuhkan penanganan yang berbeda. Layanan yang sama untuk setiap siswa justru memunculkan tidak berkeadilan. Menurut saya, di tingkat provinsi masih diperlukan sekolah unggulan khusus bagi para siswa berbakat intelektual,” ujar mantan Dirjen PAUDNI itu.

Menurutnya anak-anak berbakat intelektual tidak bisa dicampur dengan siswa lain. “Sistem grouping bagi mereka yang bagus adalah homogenous,” tegasnya. Tujuannya untuk mempertahankan tingkat kinerja akademik mereka.

Ia tak menampik bahwa ada satu literatur yang menyebutkan kalau  dicampur dengan  siswa  biasa  maka IQ mereka akan turun sekira 15 point. 

DKA/CMH

Rabu, 03 Juli 2019

GURU PIANO DAN MURID PIANO


Menghadiri Halal bi Halal Fakultas bagi saya penuh kegembiraan krn bs jumpa dengan para guru/senior yang telah pensiun. Nah salah satu "guru" Psikologi UI yg signifikan dlm hidup saya adalah Prof.Dr. Suprapti Soemarmo Markam.

Kebetulan sy pas duduk satu meja. Jd bs ngobrol tanya kabar beliau sekeluarga. Termasuk dlm obrolan Prof Prapti bilang "piano sy yg dr sy usia 11 tahun masih ada lho..coba sdh berapa tahun tuh". Jd tertarik nulis ttg pengalaman sy berpiano..
Foto ini bukan spesial foto berduaan namun hsl crop dari foto berame-rame, yg kebetulan sy berdiri berada di ujung barisan dan persis d samping Prof Prapti.

Sy mengenal beliau pertama kali saat sy di kelas 3 SMP, tahun 1972. Beliau adalah ibu dari Santi, teman adik saya Erwina yg sama-sama bersekolah di SD Lab School-Rawamangun, Jakarta. Entah bagaimana pasalnya, tahu-tahu sy privat les piano d rumah - yg kala itu sy panggil- Tante Prapti. Buku yg sy gunakan msh Beyer Op 101.
Anak tante Prapti lumayan banyak, lima orang. Pokoknya kl mengajar sy, tante Prapti sering ninggalin sy sendiri dan berlalu masuk kedalam ruang sebelah yg sll tertutup. Saat kembali Tante Prapti sdh menggendong anaknya dan kmd nunjuk buku piano sambil bilang "ulangi dari sini ya " kamu jgn lupa perhatikan tanda staccato...artinya kamu hrs main pendek pendek disentak..nah ini ada tulisan allegro..kamu hrs cepat..jgn lambat gitu.. "
Saat itu sy tidak tahu sama sekali siapa Tante Prapti hanya tahu sbg Ibunya Santi. Jd saat berhenti les piano, sy tdk terpikir akan jumpa lg satu hari kemudian.

Tahun 1976 sy jd mahasiswa baru Fakultas Psikologi UI. Salah satu tugas adlh minta tanda tangan dosen. Sy begitu excited saat dr jauh melihat sosok guru piano saya. Jadi sy lgs berlari-lari ke arah beliau yg sdg berdiri d ujung Bagian Psikologi Klinis.. dgn polos sy menyapa " Halo Tante Prapti..selamat siang..sy Reni kakaknya Erwina temannya Santi... murid piano Tante bbp tahun lalu.." Pokoknya lengkap sy sebut...SKSD (sok kenal sok dekat)

Dengan datar dijawab.."oh yaa..jd skr kamu kuliah disini ya..kl gt panggil sy Ibu.. jangan panggil saya Tante Prapti lagi y" .Hening sejenak"bbbaaiik Bu ..ehmm mhn maaf y bu ". Trus sy salting..permisi bu. Sampe lupa minta tanda tangan.

Peristiwa itu terekam baik dlm diri sy dan kl sy ingatkan kembali ke Prof Prapti (sekarang jd sejawat saya sesama guru besar) beliau senyum-senyum kecil seraya bilang..."masa sih..masa sih..gitu ya Ren..sy koq ga ingat ya".
Semoga Prof Prapti selalu diberi kesehatan yang baik dan kebahagiaan bersama suami, anak, mantu dan semua cucu.

TALI TEMALI PERTEMANAN


Masih d acara HBH Idul Fitri 1440 H di Fakultas Psikologi UI. Saat dipintu masuk Cafe Kaca merasa sangat gembira bs berfoto berempat, dengan Dr. Yati Utoyo Lubis, Dr. Tjut Rifameutia, dan Dr. Bullie.

Tali temali pertemanan Mbak Ti dgn sy lumayan banyak. Mbak Ti bukan sekedar senior sy tp jg kakak sulungnya Indra Bambang Utoyo teman saya d FKPPI, Bang Saut suami Mbak Ti mrp dosen anak sy Ceniza d ITB, suami mbak Tini adiknya mbak Ti, bang Simon mrp teman dr bang Ismail, abangnya Idjul di Trisakti, suami mbak Tari, mas Arie jg mrp senior sy d FKPPI.Dan besannya mbak Tini mrp teman Idjul d SMA3...

Tidak heran tali temali yg banyak ini membuat hubungan emosional sy dgn mbak Ti menjadi lbh dekat. Dibawah kepemimpinan mbak Ti sebagai Dekan, sy diminta jd Manager Ventura, sy jg dipercaya jd Kepala Pusat Keberbakatan,bahkan jd Kepala Bagian Psikologi Pendidikan. Dan msh ada lg.. sy pun menjadi anggota SAF dan juga anggota SA UI. 

Tia jg bukan sekedar junior saya. Tali temali sy dg TR jg banyak. Salah satu adik Mama Tia menikah dgn Tante Ad, famili dari mama Idjul. Kmd dua adik Tia, yang laki maupun perempuan adalah teman sekolah adik-adik saya, Bibin, Ade dan Wina. Tia sendiri junior Idjul d SMA. Anak sulung Tia, Rana satu sekolah dgn anak sy, Ozu di SMA Lab School Rawamangun, Jakarta.

Tali temali pertemanan dgn Mbak Bulie, melalui Tio keponakan mbak Bulie yg mrp teman Idjul d SMA, suami mbak Bulie mantan mhs mertua sy dr.H. Ali Akbar saat d FKUI.Mbak Bulie bukan sekedar senior sy.

TEMAN ADIK

Salah satu teman adik saya yang tiba-tiba bertemu kembali setelah puluhan tahun tidak berjumpa adalah Lucky Ali Murfiqin. 

Lemhanas tepatnya IKAL, Ikatan Alumni Lemhanas yg mempertemukan kami. Pertama kali jumpa Lucky kembali tahun 2017 saat Ketua Umum IKAL Jenderal TNI Purnawiran Agum Gumelar memperkenalkan satu persatu pengurus IKAL yg dtg sosialisasi IKAL dan Program Kerjanya pada kami peserta PPSA XXI. Lucky mrp salah satu wakil sekjen IKAL Pusat.

Kemudian hari ini, Rakernas III IKAL saat rehat sy ketemu Lucky kembali. Lucky msh spt yg dulu pertama sy kenal saat bermain dgn adik saya Ade Hawadi. Ia menyapa dengan suara halus dan sopan.

Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya


Sy dan suami dengan penuh gembira melihat video Reya cucu kami yang berusia 5tahun meliuk-liuk menari bersama temannya.

Semua anak begitu masuk PAUD akan memperoleh berbagai macam kegiatan yang akan memperkuat tahapan perkembangan yang sedang dijalaninya. Salah satunya adalah perkembangan fisik motorik.

Salah satu aktivitas yg kerap dilakukan adalah menari. Semua murid sebisa mungkin dilibatkan dalam kegiatan menari. Namun dari gerakan yg dilakukan anak orangtua bs lgs menilai kedalaman kecerdasan tubuh kinestetik yg dimiliki anak, berbakat tidaknya. Termasuk dari motivasi yg ditunjukan anak.

Anak yg suka menari akan mengulang-ulang tarian yg diajarkan guru setibanya di rumah tanpa disuruh. Ia jg bs spontan menggoyangkan badannya secara luwes begitu mendengar lagu. Dan dgn meningkatnya usia anak ia jg akan memilih ekskul tari atau minta dimasukan dlm sanggar tari.

Sy mau berbagi cerita lagi ttg masa kecil, kali ini ttg menari. Saya berusia 8tahun. Di satu pagi hari Minggu saya dijemput tante Hadiyin bersama anak perempuannya yang sebaya saya, Mardiati namanya. Mar panggilannya, murah senyum dan ramah.Mami menitipkan sy utk belajar tari Jawa di Sanggar Tari Sampan Hismanto. 

Begitu turun dr mobil persis di depan Bali Room Hotel Indonesia, sy dan Mar bergegas masuk. Sy menyingkap gorden tebal dan lgs terlihat segerombolan anak seumuran saya yang sibuk mengikatkan selendang polos warna-warni yg ujung-ujungnya bercorak batik ke pinggangnya. 

Saya dan Mar berjalan mendekati anak-anak tersebut, di antara mereka ada mbak Tati, kakaknya Mar dan temannya.

Mereka berdua ini kelak memperoleh peran sbg Rama dan Shinta dalam lakon Ramayana. Saya dan Mardiati menjadi kijang. Amal dan Gunung dua adik Mar yg laki-laki juga menari. Mereka berperan sebagai kethek. Ada kethek jahat dan ada kethek baik (Anoman) yg berbulu putih. 


Kami sempat pentas d Istora Senayan, Lapangan Banteng di area Patung Pembebasan Irian Barat. 

Entah kenapa tempat latihan kami kmd pindah ke Sekretariat IDI, Jalan Samratulangi,Menteng, Jakarta. Sy hanya ingat belajar tari Gambyong dan tari Bondan Payung.

Sayangnya setelah papi kembali ke kesatuan,ditempatkan d Kostranas sy berhenti belajar tari Jawa. Sy ingat kmd sy belajar tari Sumatra bsm teman-teman d satu rumah di Jalan Bangunan Barat,Rawamangun. Saat ada acara pentas seni di SMA Santa Ursula sy ikut manggung menari tari selendang yg sangat dinamis yg hrs fokus utk masuk kemananya agr selendang yg banyak itu bs terjalin bagus dan terurai kembali.

Semoga Reya bisa menekuni menarinya yang bisa membuat dirinya lbh ceria, dan luwes. 

Menari adalah bagian dr kecerdasan tubuh kinestetik. Apap Reya, Ardha memiliki passion besar dlm kegiatan olah raga yg ditekuni secara rutin bsm teman-temannya yaitu sepak bola, futsal, dan basket sepulangnya dari kantor dan atau pada akhir pekan.

Tidak heran kalau Reya memiliki ketertarikan pada menari.

DARI MESJID KE MESJID

Begitu masuk waktu sholat, otomatis supir diminta suami saya untuk berhenti di mesjid yang terdekat. Kebiasaan ini sudah saya rasakan sejak kami "pacaran", saat masih ber vespa ria. Tidak terhitung berapa banyak mesjid yang sudah kami datangi di Jakarta sampai dengan hari ini. 

Saat sy menjabat Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI kebiasaan sholat di mesjid raya/mesjid agung/ mesjid jami kami lanjutkan.

Kami sholat Magrib di Landmark kota Banda Aceh, Mesjid Raya Baiturrahim. Saat di Medan, seusai acara resmi kami sholat Ashar di Mesjid Raya Al Mashun. Demikian pula usai acara d rumah Gubernur Sumbar, saya minta aagar bisa sholat Dzuhur di Mesjid Raya Kota Padang. Saat di Palembang dalam perjalanan ke tempat acara d BPKB Sumbagsel rombongan sholat Dzuhur di Mesjid Agung Mahmud Badaruddin II. Dan saat datag yang ketiga kalinya kami berdua sempat sholat Ashar di Mesjid Al Islam Muhammad Cheng Ho yang terletak di kawasan Jakabering, Palembang. Hal yang cukup terkesan saat kami sholat di mesjid yang disebut Mesjid 1000 Tiang, Kota Jambi, padahal jumlah tiang yang ada hanya berkisar 200 an.

Sholat di Mesjid Agung Jawa Tengah (MAJT) memberi kesan sendiri karena saat itu Idul Adha. 

Saat menjenguk Ali sebagai mahasiswa UGM, kami mengajak Ali untuk sholat di Mesjid Gedhe Kauman Mesjid Raya Kasultanan Yogyakarta. 

Demikian pula saat wisata ke Cirebon bersama para sahabat Wanita Fkppi salah satu tempat yang ada dalam itinerary kami Mesjid Agung Cipta Rasa yang dikenal unik.
Makassar salah satu kota yang paling sering dikunjungi sehingga banyak mesjid yang bisa saya kunjungi. Pertama dari lt 10 Hotel Aryaduta tempat saya selalu bermalam terlihat jelas Mesjid Apung pertama di Indonesia, namanya Mesjid Amirul Mukminin yang berada di tepi bibir Pantai Losari. Setelah kedatangan kedua baru saya bisa sholat dhuha di sana.

Sholat tarawih di Mesjid Al-Markaz Al-Islami Jenderal M.Yusuf, Makassar juga telah saya alami. Dan banyak mesjid saat kami berjalan darat menuju Toraja.
Kota Ternate dengan mesjid apungnya juga memberi kesan tersendiri. Dua kali datang kesana, dua kali pula saya sempatkan sholat.

MUSIM-MUSIM'AN

Biasanya istilah musim kita kaitkan dengan kondisi suhu dan cuaca yang mempengaruhi lingkungan bumi tempat kita tinggal secara keseluruhan. Kita kenal musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. 

Namun kita jg bisa menggunakan istilah musim utk buah-buahan. Pada saat musim buah naga, yg banyak dijual di pasar adalah buah naga. Dan harganya bs murah, namun spt bbp bulan terakhir ini buah naga menjadi mahal karena tidak lagi musimnya. Konsumen pun menyesuaikan, lg dg musim buah yg lain misal duku, mk yg dibeli duku. Dst dst... Nah..istilah musim yg lain sy gunakan utk "mood" sy beraktivitas dlm minat. Bagi sy yg "mau"nya banyak..pasti ada kendala waktu utk melakukannya semua. Ditambah sifat "boredom" sy yg parah. Jd diri sy hrs selalu menyesuaikan dg mood yg ada.


Namanya jg aktivitas waktu luang jd dilakukan 'just for fun', utk kesenangan semata. Semua sy lakukan scr amatir..krn mmg bukan utk jd seorang pro.Intinya hrs ada energi yg sy keluarkan dlm aktivitas yg memberi sy satisfaction.

Mood sy melakukan sesuatu berubah krn ada faktor pemicu. Biasanya pemicu berganti musim beraktivitas waktu luang bs beragam. Dari faktor eksternal yaitu biasanya latah, sy lihat teman melakukan aktivitas tsb. Ada model yg sukses jd ingin jg.."ikut-ikut"an. Bisa jg krn jadwal mengajar yg membuat bubar jalan aktivitas wkt luang. Utk alasan internal, tiba2 sj muncul 'panic attack'.. kesadaran hrs jd bener, disiplin, ajeg utk spy sehat di usia lansia..haddoh pokoknya hrs sehaaaat.. So, sjk Januari 2019 sy switch dr yoga ke zwemmen. Faktor utama krn tiba-tiba ada jadwal mengajar yg pas banget dgn jadwal beryoga sy d FIB. Kmd ditambah krn ipar sy lg getol renang shg dia tampak lbh bugar. Musim yoga sy pun berganti dgn musim renang. Sy nampangin dg foto diatas, walau diprotes suami utk d upload..tp kan cuma tampak lengan doangan..masa siiih.. Msh ada energi berlebih...
 

Pas ditraktir maksi di Mang Engking.."lhoo ada fasilitas driving range d UI nih.." Akhirnya muncul kenangan berstick ria saat belajar d Pulo Mas.. Musim yoga lewat... diganti dgn musim renang dan golf.

DOSEN MUDA

Inilah debut sy pertama di dunia internasional. Dalam foto ini sy bersama keempat guru saya. Prof Singgih dan istrinya Bu Yulia Singgih, Prof Ediasri, dan Prof Hera mengapit Prof Jan Dewitt, psikolog bekend dr Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda. Ada satu lagi guru sy yg tdk ada dlm foto ini yaitu Dra. Pamugari. Kami menghadiri The Second Asean Workshop on Child and Adolescence Development (AWCAD) di Bangkok. Saat itu saya baru saja lulus enam bulan sebagai Sarjana Psikologi dengan gelar Dra. Dan belum lama penempatan jd dosen tetap di Bagian Psikologi Perkembangan.
Sy tahu konsekuensi logis jd dosen hrs lah menghadiri banyak konferensi dlm bidang yang ditekuni. So sy sll alert dan exited thd info ttg konferensi, lokakarya, seminar dls yg hrs sy penuhi utk isi kum Bidang 2 dari Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Penelitian.


Pengumuman konferensi selalu di tempel di papan komunikasi bagian. Jd setiap kali ada urusan dgn sekretariat, mau tidak mau mata tertumbuk dgn brosur yg di tempel di soft board tersebut.

Sebagai fresh graduate yg belum ada penghasilan, impossible lah mau pergi..Begitu juga minta dgn mami yg sdh jd single parent dengan tujuh anak yg semua msh hrs dibiayainya.


Tiba-tiba sj ahaaa..pikiran sy terang..sy mencoba peruntungan dengan bersurat ke Presiden R.I Soeharto selaku Ketua Umum Yayasan Super Semar, yang berkantor d Bina Graha. Dalam surat sy sampaikan maksud dan tujuan saya bersurat dan harapan berikut lampiran foto copy brosur.

Sy antar sendiri "by hand" ke Bina Graha saat hari menjelang jam 11 pagi. Sy diterima oleh Bapak B dengan ramah. Beliau minta sy scr singkat menceritakan isi surat yg sy beri. Setelah mendengar dan ada tanya jawab sedikit, Pak B bilang akan telpon sy bbp hari kedepan utk hasilnya. 

Alhamdulillah, sy memperoleh bantuan utk tiket pesawat pp dan biaya registrasi.


Sy urus semua sendiri dan sengaja berangkat dgn hari jadwal keberangkatan yg bbd dgn para senior saya. 

Keberangkatan ke Bangkok ini jg menjadi yg pertama kali bagi sy pribadi ke luar negeri, stlh tahun 1967 melanglang buana bersama papi. 


AWCAD pembuka jalan utk sy melihat dunia lebih luas, khususnya bidang ilmu psikologi perkembangan.

MAGISTER PSIKOLOGI

Foto bareng bersama guru yang saya hormati Prof.Dr. Yaumil Achir, usai wisuda Magister Psikologi@Psikologi UI, Depok. 1989.
Saat diwisuda sy sudah memiliki tiga orang anak. Dalam foto, yg digendong ayahnya anak kedua kami yaitu Chica, berusia 5 tahun. Saat ini Chica sudah memberikan kami cucu laki-laki dua orang. 


Chica lulusan ITB yang tertarik terjun ke sosial humaniora. Jadilah ia melanjutkan S2 nya di UI dalam jurusan Marketing Komunikasi. Pengalamannya mendampingi suaminya selama lima tahun di AS membuat Chica memiliki waktu mengisi hari-harinya selain mengasuh anak menjadi volunteer d komunitas tempat tinggalnya.

Sepulangnya ke Indonesia menjadi modal utk mengembangkan dirinya lbh luas.

Pengaruh aybunnya yg psikolog ternyata menetes ke Chica. Kegiatan yg ia lakukan seolah melanjutkan mimpi saya yg belum terwujud sepenuhnya.
Dan fotonya bsm kami dan "Mbak Ade" di selasar Fakultas Psikologi UI membawanya kembali dtg d satu semester utk menjadi dosen tamu yg membagi ceritanya terjun dlm dunia literasi anak, sbg bagian program pengayaan dlm kecerdasan intelektual. 

Doa bun menyertai kamu selalu anak ku. Untuk guruku "Mbak Ade" telah kutunaikan amanah saat kau berbaring lemah d tempat tidur dengan suara pelan seperti berbisik..."selesaikan Doktor mu ya Ren dan raih Guru Besarmu". Terima kasih uni sayang..guru cantik ku.. Al Fatehah..Semoga telah tenang dan masuk dlm jannahNya yg tertinggi.

GURU BESAR PSIKOLOGI


Saya bersama teman sejawat Bidang Studi Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi UI, Rabu 1 Juli 2009 di Balai Sidang UI, Kampus UI Depok usai acara pengukuhan Guru Besar UI.

Alhamdulillah setelah pengukuhan sy, bertambah lagi satu GB yi Prof. Dr. Frieda Mangunsong. Dan berharap dlm empat tahun kedepan bertambah tiga orang GB dari delapan Doktor yang ada dibawah ini.

Bidang Studi Psikologi terbanyak memiliki Doktor, saya sebut... Dr. Tjut Rifameutia, Dr. Rosemini, Dr. Lucy Royanto, Dr. Wahyu Indianti, Dr. Linda Primana, Dr. Puji Lestari Prianto, Farida Kurniawati, Ph.D. dan Dr. Eva S. Barliana.

Insya Allah segera menyusul..dlm foto berada dibawah yaitu Wuri yg kini sedang berjuang keras d UQ, Fanny dan Airin yg baru sj memulai perjuangan program S3nya d UI.


Keluarga Bidang Studi Psikologi Pendidikan semakin bertambah, jd tdk ada dlm foto diatas yaitu Elok dan Shahnaz.

Elok dlm wkt dekat akan menimba ilmu utk program Doktornya. Sedangkan Shahnaz dlm wkt dua tahun hrs sdh kuliah S3 sesuai ketentuan baru UI bagi dosen baru.

AWAL SUKA MALALA

Saya di Arc de Triomphe, Paris. 1967 saat berusia 10 tahun. Bisa jd ini titik awal dari saya suka malala alias jalan-jalan.
Sebenarnya mami yg diajak menemani perjalanan dinas papi ke Eropa namun tidak mungkin tega utk meninggalkam tujuh anaknya yg bererot seperti anak tangga. Jadilah sy ketiban rezki.. Papi jalan keempat negara yaitu Swiss (Zurich), UK (London), France (Paris), dan Netherland (Amsterdam, Denhaag). Kami berangkat dan pulang dengan pesawat KLM. Saat pulang ke Jakarta via kutub utara, mampir di Anchorage, Alaska. KLM memberi semacam sertifikat keterangan telah keliling dunia utk setiap penumpang. Sy ingat sekali sertifikat digulung dan dimasukan dlm tabung karton.


Kota pertama yg kami singgahi adalah Zurich. Disini papi dijemput Mr Bach berbadan besar dan gemuk. Sore hari sy diajak ke toko utk beli coat. Sy diajak serta meninjau pabrik sepatu B.Hal yg menyenangkan pulangnya sy memperoleh dua pasang sepatu. Di Zurich sy ingat betul melancong ke Rheinfall.

Di London, saya tdk ikut meninjau pabrik. Papi drop sy di rmh Athan. Disana dua anaknya ajak sy main kartu remi, 41 dan cangkulan. Usai dinas papi ajak lihat Buckingham Palace,Tate Museum,Big Ben,Downing Street 10, Tower of London, Trafalgar Square, Hyde Park,Harolds, dan London Zoo. Oia sy jg ingat dibawa ke salon yg membuat dandanan rambut sy spt Doris Day.

Dari London kami ke Paris. Sy suka Paris. Hotel kami terletak di Rue de La Paix, tdk jauh dr Opera House Paris dan pertokoan. Saat itu summer, jd jam 21 masih terang, dan sy buktikan pd Papi sy msh semangat utk jalan. Sy suka hewan dan Papi sll ajak ke Zoo. Paris Zoological Park favourite saya. Sy terkesan dg 'Big Rock'nya, pertama kali inilah sy melihat semua binatang buas tdk dlm kurungan. Hal yg sgt berkesan dr Paris saat kami mengunjungi oom Max Makagiansar d UNESCO. Istri beliau yg biasa sy panggil Tante As msh jalan sepupu dg mami. Prof. Dr. Max Makagiansar kita kenal luas kemudian sbg salah satu orang Indonesia yg menduduki posisi tinggi di UNESCO Paris.
Amsterdam dan Den Haag memberi banyak kesan yg mendalam. Inget sekali makan rijstafel di resto Indonesia sayang lupa namanya..Utk pertama kali sy ke Scheveningen, Madurodam, dan berfoto pakaian khas Belanda d Volendam serta melihat kincir di Zaanse Schaans. de Bijnkorf surga cuci mata sy, disana sy borong benang DMC warna warni utk jahit kruistik. Hal yg sangat berkesan saat papi menengok sepupu mami, dr.Rizal Sini yg sedang menempuh super spesialis obsgyn. Papi rajin silaturahim, ia jg membawa sy ke Alkmaar utk berjumpa dgn tante siapa sy lupa namanya yg sdh menikah dg orang Belanda.

Prajabatan, Nakasone, KORPRI, dan Program Akselerasi

Foto 'genk' Korpri saya, Prof.Dr.Ir.Indra Djati Sidi, Prof.Dr. Sudarsono Hardjosoekarto, dan Dr. Bambang Setiadi saat makan pagi di Grand Hyatt Hotel. 29/08/2018.


Babak 1
Tahun 1982, saya kenal dengan Darsono sebagai sesama peserta Prajabatan. Saya dar i Fakultas Psilogi  UI dan Darsono, alumnus IPB yang kemudian  menjadi dosen d FISIP UI. Kami selal u duduk berdekatan sehingga jadi sohib. Lulus Prajab kita masing-masing sibuk dan tak ada kabar berita. Sampai satu saat kita jumpa tidak sengaja. Darsono bilang , "Saya Minggu depan akan kuliah S2 di Jepang.. Ren bla bla..," Saya ajak suami saya berkenalan sebelum Darsono berangkat ke Jepang. Ia masih tinggal di rumah mertuanya di Kelapa Gading. 


Babak 2
Tahun 1988, saya ke Jepang sebagai salah satu peserta Program Nakasone unsur Youth Leaders. Say a baru saja tiba d Hotel Metropolitan, Tokyo. Dan saat saya mau mandi telpon berdering. Di ujung sana, "Moshi..moshi...welcome to Tokyo Reni San...apa kabar?" Alih-alih jawab "kabar baik, saya jawab duh ini siapa sih..koq tahu saya di sini..," Terus digoda, "tahu dong..kamu kan orang Top" wadduh..makin penasaran..sambil ingat-ingat suara siapa..karena saya tak nyebut nama dia, maka  Darsono bilang,"Saya Sudarsono.. Belum sempat ia lanjutin langsung say a teriak, "Ya Allaaaah Daaar..lo canggih amat siih.. tau-taunya guww ada di sini..gimana ceritanya nih"? Lantas dia cerita," Saya di Tokyo lagi S3, dan sekarang jadi Ketua PPI Jepang. Saya memiliki info tentang giat pemuda Indonesia yang ke Jepang. Saya baca ada nama kamu.. saya mau jahilin bikin surprise" hahaha..sukses ya ngerjain orang lo..Bla bla akhirnya Darsono menawari saya dkk Program Nakasone untuk ketemu dengan teman-teman PPI di Sekolah Indonesia Tokyo.


Babak 3
Tahun 1997 suami saya ikut Diklat SPAMEN LAN. Dia tinggal di asrama dan kembali ke rumah hanya akhir pekan saja. Satu waktu Idjul telpon saya bilang,"Kapusdiklatnya masih muda kayaknya seumuran kita...gayanya sengak..kepalanya dongak ke atas serius...disiplin dan pinter."  "Siapa namanya yah?"..waa siapa ya... kalau tak salah....ini ni Su dar sono" "Haaah..jangan-jangan temen guwe tuh..coba cek alumni Jepang nggak dia?" Masa ngga inget yah"..itu lho temen guwe Prajab" Hmm ya juga..kalai inget houdingnya....sekarang dia gemukan jadi pangling juga". " Coba jij telp saja ke sini cek dengan sekretarisnya" Akhirnya saya telpon..dan dr Lola memang betul Ka Pusdiklat LAN itu sahabat saya Dr. Ir. Sudarsono. Sejak itu silaturahim nyambung lagi dan saya dibebaskan ikut Ladies Program SPAMEN..karena memang lagi hamil anak ketujuh..."rajin amat siih..tujuh? Wah hebaat..salute.. ok gpp gak ikut ke Bogor khusus Bu Doktor" komentar Darsono di telpon.


Babak 4
Sabtu sore di tahun 1999 usai menghadiri resepsi anaknya Prof. Singgih D. Gunarsa d Ballroom Grand Melia Hotel saya dan suami menuju Gran Via Cafe d lt.2 bergabung dengan adik saya dan suaminya yang baru datang dari Hongkong. Saat mendekati escalator suami saya melihat sosok yang dikenalnya saat d SPAMEN sedang bergegas ke atas yaitu Pak Makhdum. Idjul lantas menegur dengan suara keras agar terdengar " Pak Makhduuuum apa kabaaar..." Pak Makhdum seperti buru-buru sambil telunjuk tangan kanannya keatas...bos bos katanya" ...suami saya mahfum dengan isyarat tersebut  lantas bilang " Salam untuk Bapak... tapi bilang dari Dr. Reni Akbar-Hawadi. Karena Pak Darsono lebih kenal dengan istri saya."


Babak 5
Siapa sangka setelah titip salam ke Pak Makhdum untuk Pak Darsono, bossnya.. nasib saya jadi berubah...Dua hari kemudian yakni Senin sore tiba-tiba telpon genggam saya berdering.. " Sudarsono di sini...setelah basa basi tanya kabar saya...lantas serius menanyakan saya apakah masih ada waktu untuk organisasi lantas saya ketawa sambil tanya organisasi apaan siih Dar..dia jawab KORPRI. " Haah Korpriiiii??? nggak  salah lo ngajak guwe..itu bukannya untuk pejabat aja ya.. kan guwe cuma level kampus aja Dar.." Eh..saya juga belum pernah di Korpri..yang penting kamu mau dulu..tapi jgn GR dulu ya..kalau kamu yang dipilih baru nanti Kamis sore dilantik sekalian. Sekarang segera kirim CV ke no fax ini. Selanjutnya sekretaris saya Lola yang akan urus ya Ren. Terima kasih banyak kesediaan kamu.

Babak 6
Hari Kamis pagi Lola telpon saya minta datang sore nanti di Hotel Indonesia dengan seragam Korpri. Di ruang tersebut saya tidak kenal satupun kecuali Darsono. Semua berseragam Korpri dan mayoritas laki-laki. Perempuan cuma tiga orang. Akhirnya sampailah di acara pembacaan susunan pengurus DPP Korpri Periode 1999-2004. Saat pembacaan Wakil Ketua II membidangi Departemen OKK, Litbang dan Pemberdayaan Perempuan Dr.Ir. Indra Jati Sidi..saya kaget luar biasa. Ya Allah..selama ini saya cari Dirjen Dikdasmen untuk urus legalitas program akselerasi tahu-tahu ketemu disini. Dan saya sebagai anak buahnya, Ketua Departemen Pemberdayaan Perempuan DPP Korpri.


Babak 7
Satu hari di bulan Desember 1997 ada rapat kecil di SMA Labschool Rawamangun Jakarta dipimpin Wakil Kepala Sekolah. Bu Ullya menyampaikan keinginan Yayasan ada program pembinaan untuk anak-anak berbakat dalam bentuk lain karena yang selama ini berjalan (Labschool salah satu Sekolah Rintisan Anak Berbakat) tidak ada civil effectnya. Saya menyebutkan ada dalam bentuk percepatan. Saya punya buku dewanya "Acceleration" karya Southern and Jones yang saya bawa dr AS saat studi literatur di Purdue University. Singkat cerita saya diminta untuk menyiapkan segala sesuatu dari sisi Psikologi. So SMA Labschol jelang TA 1998/1999 membuka pelatihan guru tentang persiapan kelas akselerasi. Saya juga membawa gagasan aksel ini ke SMP dan SMA Al Azhar Syifa Budi yang sama-sama secara historis telah memberi layanan untuk anak berbakat. Pihak yayasan menyadari bahwa belum punya "restu" pemerintah. Jadi Pak Arief pendekatan ke Ka Kanwil DKI Jakarta dan say a bersama Ketua Yayasan Al Azhar Syifa Budi ke Ka Kanwil Jabar. Kedua Ka Kanwil mensupport tapi menyebutkan kewenangan ada di tangan Dirjen Dikdasmen Kemendikbud.


Babak 8
Persoalan legalitas program akselerasi yang belum jelas menjadi satu kecemasan sekolah. Saya juga merasa bertanggung jawab dan langsung puter otak...siapa yang bisa membantu. Suami saya yang selalu jad i teman diskusi saya mengingatkan "itu Jimly kan pernah jadi Staf Ahli Mendikbud. Hubungi saja dia"  Saat saya kontak Jimly sudah berkantor di Kantor Wapres. Betul...bismillah..saya bersurat ke Dr. DJimly Ashiddiqi (lupa y a sdh Prof belum di tahun 1998) dan alhamdulillah direspons cepat. Ia memberi surat yang ditujukan ke Dr.Ir. Indra Djati Sidi.


Babak 9
Detik-detik saya menanti jawaban surat Pak Jimly ke Pak Indra tentang nasib Program Aksekerasi yang dikirim by fax tahu-tahu saya dilantik jadi bawahan Pak Indra di DPP Korpri. Subhanallah..rahmat Allah..Melalui Korpri jalan terbentang luas untuk legalitas program akselerasi. Tahun 2000 Program Akselerasi dicanangkan Mendikbud secara resmi sebagai program nasional layanan pendidikan anak berbakat intelektual. Saya bangga bisa ikut membidani lahirnya Program Percepatan Belajar di Indonesia.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia