Rabu, 03 Juli 2019

AWAL SUKA MALALA

Saya di Arc de Triomphe, Paris. 1967 saat berusia 10 tahun. Bisa jd ini titik awal dari saya suka malala alias jalan-jalan.
Sebenarnya mami yg diajak menemani perjalanan dinas papi ke Eropa namun tidak mungkin tega utk meninggalkam tujuh anaknya yg bererot seperti anak tangga. Jadilah sy ketiban rezki.. Papi jalan keempat negara yaitu Swiss (Zurich), UK (London), France (Paris), dan Netherland (Amsterdam, Denhaag). Kami berangkat dan pulang dengan pesawat KLM. Saat pulang ke Jakarta via kutub utara, mampir di Anchorage, Alaska. KLM memberi semacam sertifikat keterangan telah keliling dunia utk setiap penumpang. Sy ingat sekali sertifikat digulung dan dimasukan dlm tabung karton.


Kota pertama yg kami singgahi adalah Zurich. Disini papi dijemput Mr Bach berbadan besar dan gemuk. Sore hari sy diajak ke toko utk beli coat. Sy diajak serta meninjau pabrik sepatu B.Hal yg menyenangkan pulangnya sy memperoleh dua pasang sepatu. Di Zurich sy ingat betul melancong ke Rheinfall.

Di London, saya tdk ikut meninjau pabrik. Papi drop sy di rmh Athan. Disana dua anaknya ajak sy main kartu remi, 41 dan cangkulan. Usai dinas papi ajak lihat Buckingham Palace,Tate Museum,Big Ben,Downing Street 10, Tower of London, Trafalgar Square, Hyde Park,Harolds, dan London Zoo. Oia sy jg ingat dibawa ke salon yg membuat dandanan rambut sy spt Doris Day.

Dari London kami ke Paris. Sy suka Paris. Hotel kami terletak di Rue de La Paix, tdk jauh dr Opera House Paris dan pertokoan. Saat itu summer, jd jam 21 masih terang, dan sy buktikan pd Papi sy msh semangat utk jalan. Sy suka hewan dan Papi sll ajak ke Zoo. Paris Zoological Park favourite saya. Sy terkesan dg 'Big Rock'nya, pertama kali inilah sy melihat semua binatang buas tdk dlm kurungan. Hal yg sgt berkesan dr Paris saat kami mengunjungi oom Max Makagiansar d UNESCO. Istri beliau yg biasa sy panggil Tante As msh jalan sepupu dg mami. Prof. Dr. Max Makagiansar kita kenal luas kemudian sbg salah satu orang Indonesia yg menduduki posisi tinggi di UNESCO Paris.
Amsterdam dan Den Haag memberi banyak kesan yg mendalam. Inget sekali makan rijstafel di resto Indonesia sayang lupa namanya..Utk pertama kali sy ke Scheveningen, Madurodam, dan berfoto pakaian khas Belanda d Volendam serta melihat kincir di Zaanse Schaans. de Bijnkorf surga cuci mata sy, disana sy borong benang DMC warna warni utk jahit kruistik. Hal yg sangat berkesan saat papi menengok sepupu mami, dr.Rizal Sini yg sedang menempuh super spesialis obsgyn. Papi rajin silaturahim, ia jg membawa sy ke Alkmaar utk berjumpa dgn tante siapa sy lupa namanya yg sdh menikah dg orang Belanda.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia