Tampilkan postingan dengan label Narasumber. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Narasumber. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Maret 2023

Pakar: Pemda-masyarakat perlu duduk bersama bahas sekolah jam 05.30


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) perlu duduk bersama untuk membahas mengenai kebijakan jam masuk sekolah pukul 05.30 Wita.

"Kebijakan ini perlu dibahas bersama, mulai dari Muspida NTT, Dewan Pendidikan Provinsi, hingga masyarakat," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.

Prof Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional 2012-2014 itu menjelaskan pembahasan bersama diperlukan agar banyak pihak memahami alur pikir kebijakan tersebut secara komprehensif.

"Selain itu, pemerintah setempat perlu juga masukan dari sisi anak, guru, dan orang tua mengenai penerapan kebijakan tersebut," katanya.

Prof Lydia menambahkan dari sisi psikologis sebenarnya kebijakan tersebut bisa dimaknai positif sebagai keinginan dari seorang kepala daerah untuk makin meningkatkan kualitas peserta didik.

"Saya mencoba memahami dari sisi psikologis, mengenai kegalauan sekaligus keprihatinan seorang kepala daerah terhadap masa depan lulusan peserta didik SMA/SMK. Asumsi beliau karena pagi hari tubuh dan otak masih segar," katanya.

Kendati demikian, dia juga mengakui bahwa banyak faktor yang harus dilihat terkait kebijakan tersebut.

"Bahwa jika siswa harus mulai belajar di sekolah jam 5 pagi, maka dia harus bangun paling tidak jam 03.30. Ini berarti dia harus tidur jam 20.00 paling telat agar dapat terpenuhi kebutuhan pola tidur 8 jam bagi anak usia remaja. Dengan tidur jam 20.00 berarti sekolah harus mengukur pemberian PR," katanya.

Prof Lydia juga berpendapat bahwa kebijakan sekolah jam 06.00 mungkin lebih bisa diterima

"Karena pukul 06.00 matahari sudah mulai terbit, kendaraan umum sudah banyak di jalan dan cukup waktu bagi orang tua dan anak bersiap, selain itu yang terpenting adalah anak sempat sarapan di pagi hari," katanya.

Sebelumnya, Gubernur NTT Viktor B. Laiskodat dalam pertemuan dengan sejumlah guru dan kepala sekolah di kantor Dinas Pendidikan NTT mengeluarkan kebijakan yang cukup kontroversi dan menimbulkan reaksi dari masyarakat soal penerapan jam sekolah mulai pukul 05.00 Wita bagi SMA/SMK di Kupang.

Dalam perjalanannya, kebijakan itu berubah dari semula jam 05.00 menjadi 05.30 Wita dan berlaku hingga saat ini.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Zita Meirina
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Kamis, 02 Maret 2023

Guru Besar UI Ingatkan Orangtua Berikan Kasi Sayang untuk Mencegah Bullying

Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengingatkan orang tua agar banyak memberikan kasih sayang pada buah hati mereka guna mencegah perilaku bullying. 


"Salah satu upaya mencegah perilaku bullying pada anak adalah dengan cara mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Minggu. Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menambahkan bahwa anak yang menjadi pelaku bullying atau perundungan biasanya adalah mereka yang pernah menjadi korban perundungan. 

"Misalkan seorang anak yang pernah menjadi korban bully di rumahnya, karena tidak berani melawan otoritas maka si anak melampiaskannya di luar. Biasanya yang menjadi sasaran atau korban bully adalah anak yang lemah," katanya. 

Karena itu, kata dia, salah satu cara mengatasi anak agar tidak menjadi pelaku atau korban perundungan maka tugas orang tua dan juga tugas masyarakat yang ada di lingkungan sekitar adalah mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang. 

"Anak yang dibesarkan dengan cinta kasih dan rasa kasih sayang maka akan tumbuh sebagai individu yang utuh. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting karena akan menjadi modal untuk dia berinteraksi baik dengan teman-teman atau sebayanya," katanya. 

Prof Lydia Freyani Hawadi menambahkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa pembentukan yang akan menentukan kepribadian dan karakter anak pada masa yang akan datang. "Masa pembentukan ini menentukan akan menjadi sosok individu apa dan bagaimana kelak. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama berkewajiban mendampingi proses tumbuh kembang anak dan memberikan hal-hal yang menjadi kebutuhan anak sesuai tahap perkembangan," katanya.

 Orang tua, tambah dia, juga memiliki tugas mengawal perkembangan anak dengan berlandasan nilai-nilai religius untuk jadi pegangan hidup sang anak pada masa yang akan datang. "Selain itu yang juga penting adalah pemberian kasih sayang mutlak tanpa syarat atau unconditional love," katanya. Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Dr Seto Mulyadi atau lebih akrab disapa Kak Seto mengatakan penguatan pendidikan karakter merupakan kunci utama agar anak tidak jadi pelaku perundungan atau bullying. 

"Pendidikan karakter menjadi kunci utama agar anak memiliki karakter yang berakhlak mulia dan penuh cinta kasih," katanya. (Ant/OL-12)


Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/538804/guru-besar-ui-ingatkan-orangtua-berikan-kasi-sayang-untuk-mencegah-bullying

Lydia Freyani Hawadi: Orang Tua Harus Dibekali Pengetahuan Saat Dampingi Anak Belajar di Rumah


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA
- Dalam mendampingi anak belajar dengan sistem jarak jauh dari rumah pada masa Pandemi Covid-19, orangtua perlu dibekali pengetahuan bagaimana menjadi pendamping yang baik. Tanpa mengerti bagaimana mendampingi anak belajar, akan mengakibatkan anak cepat lelah dan mudah stres.

Demikian diungkapkan oleh Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, M.SI, M.M.,

Psikolog dalam Webinar yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Pusat, Selasa (15/12/2020) untuk memperingati Hari Ibu.

Prof Lydia dalam webinar yang dibuka Ketua Umum IKWI Pusat, Indah Kirana, menjelaskan sebagai ibu harus memahami multiperan dirinya dalam keluarga.

Suasana Webinar yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Pusat

Karena multiperan ini sangat berat, supaya tidak jatuh sakit, ibu harus mempersiapkan dirinya dengan mengkonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan olahraga rutin sehingga muncul kekebalan tubuh dalam menjalankan tugas, termasuk mendampingi anak dalam belajar jarak jauh.

Sebagai ibu harus memahami bahwa anak memiliki kebutuhan fisik, rasa aman, dan kebutuhan kasih sayang.
Harus merasa nyaman dan aman di rumah, supaya anak betah berada di rumah.

“Tempat belajarnya harus nyaman,” kata Lydia.

Selain itu seorang ibu harus paham soal strategi pendampingan, antara lain mengendalikan emosi dengan cara baik seperti menarik napas panjang ketika terjadi kejengkelan.

Mengendalikan emosi ini harus latihan, katanya. Kemudian sebagai pendamping harus luwes, tidak kaku, lalu menyimpan nama dan telepon teman-teman anak, orangtua anak dan guru untuk berkomunikasi, ketika ada sesuatu perlu ditanyakan.

Tidak kalah penting bagi sang ibu adalah membuat perencanaan untuk menentukan yang harus didulukan sebagai prioritas, dan mana yang dikerjakan belakangan.

Pengelolaan lingkungan belajar supaya anak betah belajar berlama-lama adalah penting. Namun seorang ibu harus paham seberapa lama kekuatan konsentrasi anak.

Anak umur 4 tahun rata-rata lama konsentrasi 8- 20 menit, umur 5 tahun 10- 25 menit, 6 tahun 12-30 menit, 7 tahun 14- 35 menit, 8 tahun 16- 40 menit, 9 tahun 18- 45 menit, 10 tahun 20- 50 menit, 11 tahun 22- 55 menit, 12 tahun 22- 55 menit.

Webinar yang dimoderatori oleh Dr Hediati, diikuti para pengurus IKWI pusat antara lain Sekretaris Umum Yani Rosdiana, Rabiatun, Leli Yuliawati, Rahmayulis Saleh, Ning Gerald, dan Rahmi Mulyati, serta anggota IKWI dari 23 provinsi di Indonesia. Jalannya acara dikendalikan dari pusat kegiatan di kantor PWI Pusat, Jakarta.



Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Lydia Freyani Hawadi: Orang Tua Harus Dibekali Pengetahuan Saat Dampingi Anak Belajar di Rumah, https://www.tribunnews.com/metropolitan/2020/12/16/lydia-freyani-hawadi-orang-tua-harus-dibekali-pengetahuan-saat-dampingi-anak-belajar-di-rumah.

Guru Besar UI: Gerakan pramuka efektif untuk bentuk karakter positif


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan gerakan pramuka sangat efektif untuk membentuk karakter positif pada diri anak.

"Aktivitas kepramukaan ini sarat dengan muatan nilai-nilai baik yang dapat membentuk karakter positif," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Senin.


Oleh karena itu, Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menilai perlunya penguatan gerakan pramuka karena memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung pendidikan karakter bagi generasi muda.

Menurut dia, gerakan pramuka menanamkan nilai-nilai toleransi, kemandirian, jujur, gotong royong, dan nilai-nilai moral lain yang diperlukan seorang anak agar tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter baik.


"Kendati demikian, fokus utama tidak hanya terkait dengan penguatan program namun juga memastikan bahwa pesan pendidikan karakter melalui kegiatan pramuka bisa tersampaikan dengan baik kepada para peserta didik," katanya.

Prof Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional periode 2012-2014 itu juga mengingatkan mengenai perlunya memastikan bahwa nilai-nilai karakter tersebut telah terinternalisasi dalam diri setiap peserta didik.

"Pastikan bahwa nilai-nilai pendidikan karakter menjadi bagian dari diri peserta didik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.


Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Didik Suhardi mengatakan bahwa Kemenko PMK mendorong penguatan implementasi nilai-nilai revolusi mental dalam kegiatan pramuka.

Didik menjelaskan kegiatan pramuka sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah sangat bagus dan strategis karena menanamkan nilai-nilai penting seperti gotong royong, kemandirian hingga kejujuran.

Kemenko PMK sebagai koordinator Gerakan Nasional Revolusi Mental, kata dia, terus mendorong penanaman nilai-nilai revolusi mental melalui kegiatan pramuka.

"Penanaman nilai-nilai revolusi mental dalam satuan pendidikan dapat direalisasikan melalui kegiatan pramuka," katanya.

Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Pakar: Hari Guru Nasional momentum tingkatkan kompetensi


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi mengatakan Hari Guru Nasional yang diperingati setiap 25 November merupakan momentum untuk meningkatkan kompetensi pada era digital.


"Hari Guru Nasional merupakan momentum untuk terus mengembangkan kompetensi, keterampilan, dan sikap," kata Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Jumat.

Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini. Non-Formal dan Informal (PAUDNI) itu mengatakan peringatan Hari Guru Nasional juga momentum untuk melakukan refleksi sekaligus evaluasi.


"Dalam konteks peringatan Hari Guru Nasional maknanya adalah sebagai pengingat sejauh mana guru telah menjalankan fungsi, yang melekat erat dengan kata kompetensi. Kompetensi adalah komponen utama yang harus dimiliki guru sebagai pengajar, yang diberi amanat untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswanya," kata dia.

Dengan melakukan evaluasi diri dan refleksi diri, kata dia, seorang guru akan selalu terpanggil untuk memberi yang terbaik bagi siswanya.

"Sebagai contoh, selama masa pandemi sektor pendidikan tanpa disengaja dipercepat untuk masuk era 4.0 dengan mau tidak mau mendorong seorang guru untuk menguasai teknologi digital dalam mengajar dan ini harus menjadi gaya mengajar, tuntutan mengajar dalam new era," katanya.


Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menambahkan, peningkatan kompetensi, keterampilan, dan sikap harus terus dikembangkan pada era digital seperti sekarang ini.

"Kendati saat ini sudah tidak ada lagi pembelajaran jarak jauh atau PJJ namun keterampilan baru seperti menggunakan aplikasi zoom, google meetquizziz, gform, google classroom, dan lain sebagainya dalam proses belajar mengajar harus terus tetap digunakan. Karena memang ini era digital dan tuntutan mengajar semakin canggih," katanya.

Sementara itu, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) juga menekankan pentingnya peningkatan kompetensi digital bagi guru.

Plt. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Aris Darmansyah Edisaputra mengatakan bahwa era teknologi digital yang berkembang pesat menjadi tantangan di bidang pendidikan yang perlu menjadi perhatian utama.


Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Guru Besar UI: Sekolah garda terdepan kawal perkembangan karakter anak


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan sekolah merupakan garda terdepan dalam mengawal perkembangan karakter peserta didik.


"Setelah peserta didik memperoleh pendidikan karakter di rumah dari orang tua atau keluarga terdekat, maka sekolah akan menjadi garda terdepan yang mengawal berkembangnya karakter baik bagi seorang anak," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Minggu.

Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menambahkan bahwa sekolah akan makin memperkuat pendidikan dan nilai-nilai karakter bagi peserta didik agar dapat tumbuh sebagai pribadi yang berakhlak mulia.


Menurut dia, pendidikan karakter yang diberikan sejak dini yang bertujuan agar anak tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berintegritas menjadi tugas orang tua.

"Orang tua yang berperan meletakkan fondasi akhlak, moral, dan perbuatan baik sebagai bekal sang anak untuk berinteraksi di lingkungan sosial yang lebih luas," katanya.

Setelah itu, pengetahuan moral baik atau pendidikan karakter yang diperoleh anak dari orang tua, keluarga atau lingkungan terdekatnya akan diperkuat oleh lingkungan yang lebih luas yang ada di sekitar anak.

"Lingkungan di sekitar anak yang dimaksud yaitu sekolah, tetangga sekitar, tempat ibadah, tempat les anak, intinya komunitas yang dapat menjadi pendukung bagi nilai-nilai baik yang diterima anak di rumah," katanya.


Dengan demikian, kata dia, agar pendidikan karakter di sekolah berjalan baik maka perlu kemitraan yang baik antara sekolah dan orang tua.

"Keluarga menjadi mitra sejajar untuk tercapainya tujuan pendidikan bagi seluruh siswa. Hubungan harmonis antara sekolah dengan keluarga merupakan hal esensial yang perlu dibangun untuk optimalisasi pendidikan anak di ranah akademik, sosial, dan emosional," katanya.

Prof Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional periode 2012-2014 itu mengatakan keluarga dan sekolah berperan penting dalam mendukung optimalisasi tumbuh kembang anak, khususnya dalam aspek pendidikan karakter.



"Keluarga dan sekolah memiliki pengaruh pada kinerja siswa secara menyeluruh. Apa yang ditampilkan anak merupakan hasil kerja sama antara sekolah dan orang tua atau keluarga di rumah," katanya.


Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Bambang Sutopo Hadi
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Psikolog: Bentuk karakter anak agar tidak menjadi pelaku bullying


Jakarta (ANTARA) - Psikolog keluarga Ketti Murtini mengingatkan bahwa orang tua perlu membentuk karakter anak sejak dini agar tidak menjadi pelaku bullying atau perundungan.


"Orang tua dan anggota keluarga lain perlu mendampingi tumbuh kembang anak dan membentuk karakter anak sejak dini agar tidak memiliki perilaku bullying, atau juga tidak menjadi korban bully," katanya ketika dihubungi dari Jakarta, Minggu.

Psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Jawa Tengah Cabang Barlingmascakeb itu menambahkan pendampingan orang tua akan membentuk konsep diri yang matang sehingga anak siap menghadapi berbagai permasalahan.

"Pendampingan orang tua harus dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang, namun dengan cara yang tepat," katanya.

Misalkan, kata dia, orang tua tidak boleh memberikan anak fasilitas dan bantuan yang berlebihan agar anak memiliki ketangguhan dan ketahanan diri jika suatu saat menghadapi kesulitan.

"Anak perlu juga merasakan kesulitan dan kegagalan agar dia memiliki daya tahan untuk menjalani kehidupannya di masa yang akan datang. Pendampingan orang tua diperlukan namun hanya dalam artian pendampingan, bukan membantu menyelesaikan semua masalah anak," katanya.


Dengan demikian, diharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tangguh.

"Bahkan jika suatu saat si anak menjadi korban bully diharapkan dia akan dapat menghadapi situasi tersebut dengan baik karena telah memiliki konsep diri yang juga baik," katanya.

Selain itu, kata Ketti, orang tua juga perlu mengajarkan anak agar memiliki empati dan kasih sayang terhadap sesama.


"Misalkan memberikan contoh keteladanan dengan cara orang tua mengajak anak membantu orang lain yang sedang kesusahan, atau memberikan teladan dengan berkata lemah lembut dan tidak menunjukkan kekerasan depan anak agar anak tumbuh menjadi pribadi yang lemah lembut," katanya.

Dengan berbagai upaya tersebut, kata dia, diharapkan anak akan tumbuh menjadi pribadi berkarakter mulia yang jauh dari perilaku bullying.

Sementara itu, Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengingatkan orang tua agar banyak memberikan kasih sayang pada buah hati mereka guna mencegah perilaku bullying.

"Salah satu upaya mencegah perilaku bullying pada anak adalah dengan cara mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang," kata Prof Lydia.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari

Editor: Heru Dwi Suryatmojo
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Pakar: Beri anak banyak kasih sayang guna mencegah perilaku bullying


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengingatkan orang tua agar banyak memberikan kasih sayang pada buah hati mereka guna mencegah perilaku bullying.


"Salah satu upaya mencegah perilaku bullying pada anak adalah dengan cara mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Minggu.


Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menambahkan bahwa anak yang menjadi pelaku bullying atau perundungan biasanya adalah mereka yang pernah menjadi korban perundungan.

"Misalkan seorang anak yang pernah menjadi korban bully di rumahnya, karena tidak berani melawan otoritas maka si anak melampiaskannya di luar. Biasanya yang menjadi sasaran atau korban bully adalah anak yang lemah," katanya.

Karena itu, kata dia, salah satu cara mengatasi anak agar tidak menjadi pelaku atau korban perundungan maka tugas orang tua dan juga tugas masyarakat yang ada di lingkungan sekitar adalah mengajarkan dan memberikan banyak kasih sayang.

"Anak yang dibesarkan dengan cinta kasih dan rasa kasih sayang maka akan tumbuh sebagai individu yang utuh. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat penting karena akan menjadi modal untuk dia berinteraksi baik dengan teman-teman atau sebayanya," katanya.

Prof Lydia Freyani Hawadi menambahkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa pembentukan yang akan menentukan kepribadian dan karakter anak pada masa yang akan datang.

"Masa pembentukan ini menentukan akan menjadi sosok individu apa dan bagaimana kelak. Orang tua sebagai lingkungan pertama dan utama berkewajiban mendampingi proses tumbuh kembang anak dan memberikan hal-hal yang menjadi kebutuhan anak sesuai tahap perkembangan," katanya.

Orang tua, tambah dia, juga memiliki tugas mengawal perkembangan anak dengan berlandasan nilai-nilai religius untuk jadi pegangan hidup sang anak pada masa yang akan datang.

"Selain itu yang juga penting adalah pemberian kasih sayang mutlak tanpa syarat atau unconditional love," katanya.

Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Dr Seto Mulyadi atau lebih akrab disapa Kak Seto mengatakan penguatan pendidikan karakter merupakan kunci utama agar anak tidak jadi pelaku perundungan atau bullying.

"Pendidikan karakter menjadi kunci utama agar anak memiliki karakter yang berakhlak mulia dan penuh cinta kasih," katanya.


Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2022

Guru Besar UI: Hari Anak Sedunia momentum penuhi hak pendidikan

Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi MSi MM Psikolog mengatakan Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap 20 November mengingatkan pentingnya pemenuhan hak anak untuk memperoleh pendidikan.


"Hari Anak Sedunia pengingat bagi orang tua, kondisi apapun anak harus dipenuhi haknya untuk memperoleh pendidikan yang baik," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Minggu.


Prof Lydia yang juga dikenal dengan sebutan Prof Reni menambahkan, bahwa bagi pemerintah, Hari Anak Sedunia dapat menjadi momentum yang tepat untuk memastikan semua anak usia dini memperoleh pendidikan melalui program Satu Desa Satu Paud.

Dia juga menambahkan bahwa masyarakat juga turut memiliki peran penting dalam upaya pemenuhan hak anak untuk memperoleh pendidikan.

"Orang-orang yang ada di lingkungan sekitar anak tentunya akan menjadi contoh dan teladan bagi anak sehingga perlu memberikan teladan yang baik," katanya.

Menurutnya, berbagai faktor yang ada di luar diri anak akan memengaruhi tumbuh kembang anak. Kendati demikian meskipun anak akan bertumbuh dan berkembang sesuai zamannya namun pendampingan orang tua dan masyarakat di sekitar sangat diperlukan.

"Tujuannya untuk memastikan bahwa anak bertumbuh dan berkembang tetap berbasis pada norma-norma agama dan adat istiadatnya," katanya.

Kemudian, dia menambahkan bahwa Hari Anak Sedunia juga menjadi momentum yang tepat untuk makin memperkuat program perlindungan terhadap anak.



"Program perlindungan anak perlu terus diperkuat, khususnya bagi anak perempuan agar dapat terlindungi dari perkawinan anak usia dini, kekerasan seksual pada anak, trafficking maupun pornografi," katanya.

Hal itu, kata dia, sangat penting, untuk mendukung implementasi Sustainable Development Goals (SDGs) terkait dengan kesetaraan gender.

Sementara itu, Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Dr Seto Mulyadi atau lebih akrab disapa Kak Seto mengatakan peringatan Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap 20 November mengingatkan pentingnya pemenuhan hak-hak anak.

"Perlu menjadi perhatian bersama bahwa terdapat sejumlah hak dasar anak yang harus dipenuhi antara lain hak untuk hidup, hak untuk tumbuh dan berkembang, hak perlindungan dan hak untuk berpartisipasi," katanya.


Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Triono Subagyo
COPYRIGHT © ANTARA 2022




UNESCO: Indonesia panutan penuntasan tunaaksara


Jakarta (ANTARA News) - Organisasi dunia di bidang pendidikan (UNESCO Institute for Lifelong Learning/UIL) menilai Indonesia sebagai panutan untuk negara-negara lain dalam penuntasan tunaaksara.


"Ini berkat kerja keras kita dalam membasmi buta aksara dan berhasil meraih King Sejong Award tahun lalu," ujar Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Lydia Freyani Hawadi di Jakarta, Selasa.


King Sejong Literacy Award adalah penghargaan yang diberikan UNESCO atas keberhasialan Indonesia dalam mengurangi jumlah tunaaksara lebih cepat daripada waktu yang ditargetkan, yaitu 7,5 juta orang pada tahun 2015. Namun, Indonesia sudah bisa mencapainya pada tahun 2010.

"Kita patut berbangga hati. Namun, tidak boleh lupa karena masih ada 11 juta warga Indonesia yang buta huruf dan ini harus segera dituntaskan," tambah Lydia.

Dalam kesempatan yang sama Lydia mengumumkan bahwa Indonesia menjadi anggota editorial Laporan Global Pembelajaran dan Pendidikan Orang Dewasa Ke-2 (Grale II), di samping menjadi tuan rumah dalam penyelenggaraan Forum Kebijakan Internasional Pendidikan Keaksaraan dan Kecakapan Hidup bagi Remaja Rentan melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

"Forum ini menjadi ajang untuk Indonesia berbagi pengalaman dalam menuntaskan tunaaksara," jelas Lydia.

Forum internasional yang berlangsung pada tanggal 20--22 Agustus 2013 di Jakarta ini, diikuti oleh 120 peserta dan 19 negara dari kawasan Asia, Afrika, Eropa, Australia, dan Arab.

Forum itu bertujuan membuat kertas kebijakan internasional dalam memberikan kesempatan belajar bagi remaja rentan agar dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Forum tersebut juga mengundang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau CLC (Community Learning Center) sebagai pusat edukasi literasi dan kecakapan hidup untuk masyarakat yang kurang beruntung karena keluar atau tidak mendapat sistem pendidikan formal.

"Di sinilah peran PKBM ditunjukkan bahwa pembelajaran sepanjang hayat itu penting dan memegang peranan yang strategis untuk pemberantasan tunaaksara," kata dia.

Pewarta: Maria Rosari
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2013

Tumbuhkan kecintaan anak pada gizi sejak dini


Jakarta (ANTARA News) - Kecintaan anak pada gizi dan makanan bergizi perlu ditumbuhkan agar mereka bisa tumbuh dan berkembang secara optimal.

Kecintaan pada gizi bisa dilakukan melalui kegiatan belajar dan bermain baik di dalam ruang kelas maupun di luar ruang melalui praktek langsung di lapangan.

Hal ini dikemukakan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, pakar gizi Dr Elvina Karyadi PhD dan Corporate Affairs Head Sarihusada Arif Mujahidin dalam acara diskusi Nutritalk Sarihusada.

Prof Lydia Freyani Hawadi menyatakan esensi dari pendidikan anak prasekolah dalam hal ini PAUD adalah pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak dan dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar.

"Semua nilai positif termasuk pengetahuan mendasar mengenai gizi perlu pembiasaan dan harus dilakukan secara terus menerus," kata Prof Reni Hawadi.

Gizi merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian Ditjen PAUDNI. Untuk mendukung  tumbuh kembang anak usia dini, segala kebutuhan esensi anak harus terpenuhi baik gizi, kesehatan, pendidikan, perawatan, pengasuhan, kesejahteraan dan perlindungan.

Program Ditjen PAUDNI adalah mendorong penyelenggaraan PAUD holistik integratif yang mencakup pendidikan dan layanan terhadap pemenuhan seluruh kebutuhan dasar anak termasuk kesehatan dan gizi mereka.

Sementara itu, Arif Mujahidin mengatakan, sebagai perusahaan penghasil nutrisi untuk ibu dan anak, Sarihusada memiliki kegiataan sosial yang memfokuskan pada edukasi gizi melalui program Ayo Melek Gizi dengan menggandeng berbagai pihak termasuk kalangan NGO, institusi pendidikan, maupun pemerintah.

"Kerjasama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai zat gizi dan kebutuhan pemenuhan zat gizi dalam pola makan sehari-hari khususnya pada 360 minggu pertama dalam kehidupan, mulai dari pra kehamilan hingga anak berusia 6 tahun," ujar Arif kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

Salah satu kegiatan yang dilakukan Sarihusada adalah pengembangan PAUD dengan materi ajar edukasi gizi langsung di lapangan pada PAUD Rumah Srikandi di Kemudo, Klaten. Pada PAUD ini memiliki Kebun Nutrisi dimana anak-anak bisa belajar menanam dan merawat sayur sayuran yang nantinya akan dipanen dan dikonsumsi oleh mereka. (*)

Editor: Tasrief Tarmizi
COPYRIGHT © ANTARA 2013

Sumber: Antara 

Guru Besar UI: Perkuat program peningkatan keterampilan peserta didik


Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi menekankan pentingnya upaya memperkuat program peningkatan keterampilan peserta didik.

"Program peningkatan kapasitas keterampilan peserta didik merupakan hal yang sangat penting guna mencetak generasi unggul dan berdaya saing," kata Prof Lydia Freyani Hawadi ketika dihubungi di Jakarta, Selasa.

Prof Lydia yang pernah menjabat Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan Nasional periode 2012-2014 itu, menjelaskan peserta didik perlu memiliki keterampilan sebagai bekal dirinya saat memasuki dunia kerja.

Dia menambahkan program peningkatan keterampilan peserta didik juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

"Terlebih lagi bangsa Indonesia akan segera menyambut bonus demograf, sehingga peningkatan kualitas SDM menjadi salah satu prioritas bersama," katanya.

Terkait bonus demografi, kata dia, dengan adanya peningkatan jumlah usia produktif, pemerintah harus berupaya membuka peluang lapangan pekerjaan seluas-luasnya agar potensi kreatif produktif penduduk tersebut bisa membawa kesejahteraan bagi dirinya dan keluarga.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Warsito menambahkan bahwa program peningkatan kualitas SDM terus digencarkan guna mewujudkan generasi emas dan berkualitas.

Dia menjelaskan bahwa program pembangunan SDM menjadi prioritas utama pemerintah untuk mewujudkan cita-cita menjadi negara maju pada tahun 2045.

Menurutnya, semua pihak harus berkolaborasi dalam menyukseskan program peningkatan kualitas SDM mengingat momentum bonus demografi harus dimanfaatkan dengan baik.

"Mulai dari pemerintah di tingkat pusat dan daerah, akademisi, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, hingga media massa berperan sangat besar dalam upaya meningkatkan kualitas SDM, sehingga perlu sinergi dan kolaborasi yang kuat di antara seluruh pihak," katanya.


Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Endang Sukarelawati
COPYRIGHT © ANTARA 2023

Sumber: Antara 

Jumat, 25 Desember 2020

Webinar IKWI, Pakar Ungkap Rahasia Dampingi Anak Belajar Jarak Jauh

 


DETAKKaltim.Com
, JAKARTA : Dalam mendampingi anak belajar dengan sistem jarak jauh dari rumah pada masa pandemi Covid-19, orang tua perlu dibekali pengetahuan bagaimana menjadi pendamping yang baik. Tanpa mengerti bagaimana mendampingi  anak belajar, akan mengakibatkan anak cepat lelah dan mudah stres.

Bekal mendampingi anak belajar di rumah itu diungkapkan oleh Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof Dr Lydia Freyani Hawadi, dalam Webinar yang diselenggarakan Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Pusat, untuk memperingati Hari Ibu, Selasa (15/12/2020).

Prof Lydia dalam Webinar yang dibuka Ketua Umum IKWI  Pusat Indah Kirana menjelaskan, sebagai ibu harus memahami multi peran dirinya dalam keluarga. Karena multi peran ini sangat berat, supaya tidak jatuh sakit, ibu harus mempersiapkan dirinya dengan mengkonsumsi makanan bergizi, tidur cukup, dan olahraga rutin sehingga muncul kekebalan tubuh dalam menjalankan tugas, termasuk mendampingi anak dalam belajar jarak jauh.

Sebagai ibu harus memahami bahwa anak memiliki kebutuhan fisik, rasa aman, dan kebutuhan kasih sayang. Harus merasa nyaman dan aman di rumah, supaya anak betah berada di rumah.

“Tempat belajarnya harus nyaman,” kata Lydia.

Selain itu seorang ibu harus paham soal strategi pendampingan, antara lain mengendalikan emosi dengan cara baik seperti menarik napas panjang ketika terjadi kejengkelan.

“Mengendalikan emosi ini harus latihan,” katanya.

Kemudian sebagai pendamping harus luwes, tidak kaku, lalu menyimpan nama dan telepon teman-teman anak, orang tua anak dan guru untuk berkomunikasi, ketika  ada sesuatu perlu ditanyakan.

Tidak kalah penting bagi sang ibu adalah membuat perencanaan untuk menentukan yang harus didulukan sebagai prioritas, dan mana yang dikerjakan belakangan.


Pengelolaan lingkungan belajar supaya anak betah belajar berlama-lama adalah penting. Namun seorang ibu harus paham seberapa lama kekuatan konsentrasi anak.

Anak umur 4 tahun rata-rata lama konsentrasi 8- 20 menit, umur 5 tahun 10- 25 menit, 6 tahun 12-30 menit, 7 tahun 14- 35 menit, 8 tahun 16- 40 menit, 9 tahun 18- 45 menit, 10 tahun 20- 50 menit, 11 tahun 22- 55 menit, 12 tahun 22- 55 menit.

Webinar yang dimoderatori Dr Hediati diikuti para Pengurus IKWI Pusat antara lain Sekretaris Umum Yani Rosdiana, Rabiatun, Leli Yuliawati, Rahmayulis Saleh, Ning Gerald, dan Rahmi Mulyati, serta anggota IKWI dari 23 provinsi di Indonesia. Jalannya acara dikendalikan dari pusat kegiatan di kantor PWI Pusat, Jakarta. (DK.Com)

Sumber : PWI Pusat

Editor    : Lukman

Rabu, 12 Juni 2019

Film Horor Bisa Terekam di Alam Bawah Sadar Anak

TEMPO.CO, Jakarta - Film horor semakin sering bermunculan di layar perak. Jumlahnya pun biasanya meningkat menjelang perayaan Halloween yang jatuh pada 31 Oktober. Suara khas tontonan film horor dan layar besar di bioskop menambah nuansa mengerikan saat menonton film horor.

Salah satu film horor yang sedang naik daun akhir-akhir ini adalah "IT'. Film yang berkisah tentang badut yang bisa berubah wujud sesuai hal yang ditakutkan seseorang berhasil membuat beberapa penonton bioskop ketakutan, ataupun menjerit. 

Psikolog Reni Akbar Hawadi menyarankan menonton film horor sebaiknya tidak bersama anak di bawah tujuh tahun. Walaupun anak itu belum mengerti jalan cerita film horor itu, menurut Reni, adegan film itu bisa terekam di alam bawah sadar si anak.

Bila berkali-kali menonton film horor, ada yang nantinya merasa terbiasa menonton film horor, sehingga saat dewasa ia tidak akan takut. Sebaliknya, ada pula anak yang justru menjadi introvert setelah menonton bernuansa gelap itu. "Itu semua tergantung kondisi si anak," katanya.

Yang perlu dikhawatirkan adalah kondisi ketika anak jadi introvert setelah menonton film horor. Mereka bisa menjadi takut saat mengalami situasi mirip seperti pada film horor. "Gambaran film horor itu akan terekam di alam bawah sadar otak mereka. Dan bisa timbul kapan saja," katanya. 

Efek lain yang juga bisa dialami si anak adalah melakukan hal yang sama seperti pada film horor. Misalnya ada adegan pembunuhan yang tergambar dalam film horor itu, yang terekam di alam bawah sadar mereka. Ketika mengalami situasi yang sama, bisa saja si anak akan melakukan pembunuhan itu mencontoh adegan di televisi.

Reni menyarankan agar orang tua sebaiknya tidak menonton film horor dengan anak yang berusia di bawah tujuh tahun. "Anak di bawah usia tujuh tahun itu sebaiknya dicontohkan dan diberikan energi positif saja, jangan energi negatif seperti film horor," katanya.

Menurut Reni, anak yang sudah berusia 7-11 tahun boleh saja diajak menonton film horor. Pada usia itu, anak sudah bisa berpikir dan diajak diskusi. Orang tua tentu perlu menjelaskan makna film itu. "Mereka perlu mendapatkan penjelasan detail tentang film horor," kata Reni.
MITRA TARIGAN

Sumber: Tempo

Deddy Corbuzier Komentari Prostitusi dan Artis, Ini Kata Psikolog

TEMPO.CO, Jakarta - Presenter Deddy Corbuzier tidak hanya aktif memimpin sebuah talkshow, namun juga sangat rajin membuat konten unik di media sosial. Dalam konten media sosial YouTube-nya, Deddy Corbuzier mengeluarkan berbagai unek-uneknya tentang berbagai hal termasuk isu yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Salah satu isu yang baru dikomentari oleh Deddy Corbuzier adalah fenomena prostitusi di kalangan artis, terkait kasus yang menyeret Vanessa Angel.


Sebelumnya, Vanessa Angel menjadi sorotan publik. Ia terseret kasus prostitusi online. Bersama tiga orang lain dan seorang yang diduga mucikari, Vanessa diciduk aparat Kepolisian pada Sabtu, 5 Januari 2019, di sebuah hotel di Surabaya, Jawa Timur.

Dalam video berdurasi 7 menit, Deddy Corbuzier menilai ia membahas tentang alasan umum para artis ikut dalam jaringan prostitusi online, yang salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan. Deddy juga menjelaskan bagaimana tekanan masyarakat yang selama ini juga menjadi salah satu penyebab artis dan seseorang memilih untuk ikut dalam prostitusi online. “Tekanan hidup dari masyarakat ketika Anda bersosial, temenannya sosialita-sosialita, itu brengsek semua," kata Deddy.
Ia pernah mengomentari tentang kebiasaan seorang artis yang harus memiliki barang bermerek dalam semua busana yang dikenakannya. "Ketika mereka nggak pakai branded, mulai banyak yang ‘wah lu nggak punya job, mulai nggak laku’. Akhirnya, tekanan masyarakat yang dia anggap penting itu menjadi masukan buat dia mendapatkan uang secara maksimal dalam waktu sesingkat-singkatnya, yaitu ngangkang,” kata Deddy dalam video yang diunggah Senin 7 Januari 2019.

Psikolog Lydia Freyani Hawadi setuju dengan pernyataan Deddy Corbuzier bahwa tekanan publik dan kebutuhan yang mendesak sebagai salah satu alasan para artis melakukan prostitusi online. “Banyak faktor yang menyebabkan tak hanya publik figur, namun orang biasa pun melakukan prostitusi. Karena memang ini merupakan hal yang sangat praktis untuk menghasilkan uang," kata Reni, sapaan Lydia kepada Tempo pada 8 Januari 2019.

Khusus untuk artis, Reni mengatakan secara kasat mata orang bisa melihat gaya hidup para pesohor yang tergolong tinggi. Hal itu membuat para artis mendapatkan tekanan agar bisa terlihat sama di antara kelompoknya. "Dia ingin terlihat sama, baik dalam perilaku maupun cara pikir agar diterima oleh kelompoknya. Terutama segala sesuatu yang mengikuti tren, mendorong orang agar terus mengeluarkan uang untuk memiliki produk terbaru,” kata Reni.

Ketika tindakan si artis menjual diri diketahui publik, dampak hukuman sosial pun dapat diresapi secara berbeda-beda. Menurut Reni, hal tersebut tergantung dari kapasitas mental seseorang. “Semua kembali lagi pada mental orang tersebut. Ada yang langsung memberikan respon withdrawal or moving away, dalam artian kapok dan malu sehingga tidak akan melakukan hal yang sama lagi. Namun ada juga yang moving forward, dalam artian memiliki daya tahan mental yang kuat sehingga terus maju," kata Reni.


Dalam kasus Vanessa, Reni menduga, Vanessa bisa melaluinya dan tidak akan memikirkan perkataan orang lain. "Ia termasuk yang percaya diri. Sehingga nggak mungkin depresi dan maju terus,” kata Reni.

Sumber: Tempo


Kamis, 27 Desember 2018

Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi: Selingkuh Tidak Terjadi Tiba-tiba

Psikolog yang juga penasihat pernikahan Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi menyebut rumah tangga bagai mengemudi kapal di lautan. ”Tentu akan menghadapi gelombang, bahkan badai,” katanya.
Tak melulu konflik besar, perkara meletakkan handuk bukan pada tempatnya saja, bisa memicu perceraian. Karenanya kata psikolog yang akrab disapa Reni ini, modal terbesar yang diperlukan dalam sebuah pernikahan adalah keberanian menekan ego diri.
Terutama para wanita yang dalam era modern ini punya banyak peluang untuk lebih maju. Sehingga tak sedikit yang pendidikan dan posisi kariernya lebih tinggi dari laki-laki.
Menurut Reni, itu pula yang membuat tingkat perempuan penggugat perceraian terus naik dalam 3 dekade terakhir.
“Tingginya angka wanita sebagai penggugat perceraian sebenarnya sudah terjadi sejak era 80an. Bahkan informasi lisan yang terakhir saya dapat, meningkatnya tunjangan guru ternyata seiring juga dengan meningkatnya perceraian. Kenapa? Karena banyak wanita yang merasa bisa mandiri, lantas mudah saja ambil keputusan cerai,” ujarnya.
Bukannya tak setuju wanita punya kesempatan lebih maju. Tapi menurut Reni, seorang wanita juga harus pandai memainkan peran. 
Namun yang banyak terjadi, ketergantungan dalam rumah tangga kerap dikaitkan dengan ketergantungan ekonomi. Dia melihat banyak wanita yang mampu secara ekonomi, berpikir terlalu simpel dan pragmatis. Tak masalah bercerai, toh bisa mandiri.
”Padahal pernikahan itu bukan semata-mata dilihat dari sisi ekonominya. Banyak pasangan masa kini, atau disebut generasi X, Y, lupa bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Mereka mau cepatnya saja,” Reni mengingatkan.

Harus Punya Stamina Tinggi
Dosen Fakultas Psikologi UI yang juga pemerhati anak ini mengibaratkan rumah tangga sebagai sebuah seni. Bagaimana mencocokkan dua orang yang berbeda segalanya. 
”Kalau mencari orang yang sama tidak akan pernah ketemu. Jadi bagaimana bisa saling mengisi. Nah ini perlu seni. Yang utama adalah bagaimana menurunkan ego. Memang tidak mudah, tapi ini yang harus disadari oleh masing-masing pasangan suami istri. Bahwa karakter berbeda, ya pasti bedalah. Latar belakang pendidikan beda, orang tuanya beda, keturunanya beda, kesukaan dan seleranya juga beda. Tapi kan dua ini sepakat hidup bersama dalam waktu yang lama,” katanya, panjang lebar.
Karena itu pasangan suami istri harus punya stamina tinggi dan energi besar untuk terus menerus berusaha saling cocok, seperti panci dan tutupnya.
”Kalau sulit, harus cari celahnya. Jangan putus asa begitu saja. Memang perlu perjuangan,” Reni memotivasi.
Yang perlu diingat, suami istri harus menjadi tim yang saling menjaga, mendukung, mengampuni dan memahami. Ini pula strategi untuk menghindari terjadinya perselingkuhan.
”Karena selingkuh atau KDRT itu seringkali merupakan akibat atau hasil. Tidak tiba-tiba terjadi. Hasil dari apa? Salah satunya dari interaksi suami istri yang kurang,” ungkapnya memberi jeda.
Hal yang juga sangat krusial adalah persoalan seksual. ”Wanita banyak berubah apalagi setelah punya anak. Yang cuek merawat diri jadi tidak menarik lagi misalnya. Sementara laki-laki, meski umurnya terus bertambah, secara psikologis tidak berubah banyak. Apalagi dalam hal seksual. Pun dia masih produktif. Ibaratnya jika baru kawin usia 70 tahun saja masih bisa punya anak. Seksual ini memang menjadi salah satu yang krusial. Karena ini sangat dikedepankan oleh laki-laki. Dia ingin wanita tampil cantik, masih oke, masih meladeni dan sebagainya,” urainya.
Sementara banyak wanita melupakan hal itu. Banyak yang berpikiran, ya sudahlah, kan aku sudah kerja, sudah punya anak dan cucu juga.
” Jadi banyak hal yang tidak sama jalan berpikirnya. Ketika tidak ada komunikasi, fatal akibatnya,” Reni mengingatkan. *

Sabtu, 27 Oktober 2018

FORUM ILMIAH PTK PAUDNI TAHUN 2012

Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal

INDONESIA NEGARA BESAR Masuknya Indonesia dalam Kelompok G20 menandakan semakin diperhitungkannya Indonesia dalam kancah global. PDB tahun 2010 sebesar USD 700 Miliar menempatkan Indonesia diperingkat 18 negara dengan ekonomi terbesar dunia. PDB tahun 2011 meningkat menjadi USD 825 Miliar menjadikan negara dengan ukuran ekonomi ke-16 terbesar di dunia.

Pendapatan per kapita Indonesia menigkat dari USD 3000 di tahun 2010 menjadi USD 3542 di akhir tahun 2011. Peningkatan per kapita juga mengakibatkan pertumbuhan kelas menengah Indonesia yang diperkirakan 7 juta per tahun. Tahun 2011 jumlah kelas menengah diperkirakan 53% atau 130 juta jiwa dari total populasi. Dan pertumbuhan ini diperkirakan akan berlanjut hingga periode bonus demografi pada tahun 2040.
 
Laporan Bank Dunia “Global Development Horizon 2011 Multipolarity : The New Global Economy”, menempatkan Indonesia bersama Brazil, India, China dan Korsel sebagai episentrum pertumbuhan global. Ekonomi Indonesia terus menunjukkan gejala pertumbuhan yang memuaskan ketika dunia justru dihantui krisis Eropa yang berkepanjangan, Timur Tengah dengan dinamika politiknya, Amerika fokus pada recovery dan angka pengangguran yang tinggi, dan Jepang menunjukkan penurunan kinerja ekonomi.

Di sisi pembangunan sosial, pencapaian MDGs Indonesia hingga akhir tahun 2011 cukup menggembirakan dengan capaian hingga 75-80%. Dengan dukungan berbagai instrumen kebijakan negara dalam mempercepat pencapaian MDGs seperti Inpres 3/2010 tentang RPJMN 2010-2014,program MP3EI (Masterplan Percepatan dan Pemerataan Pembangunan Ekonomi Indonesia).Optimisme tercapainya target MDGs tahun 2015 merupakan spirit dalam mempercepat pembangunan manusia Indonesia.
 
Terpilihnya Presiden Indonesia bersama PM Inggris dan Presiden Liberia dalam KTT Rio +20 untuk memimpin pembicaraan tingkat tinggi menunjukkan kepercayaan besar yang diberikan dunia kepada Indonesia. Dalam kurun waktu sejak Indonesia melunasi utang IMF tahun 2006,Indonesia menjadi salah satu negara penopang pertumbuhan ekonomi global.

PR KITA : - penguasaan dan pengembangan teknologi diarahkan untuk meningkatkan produktivitas nasional. - percepatan realisasi pembangunan infrastruktur seperti SEKOLAH, jalan tol, pelabuhan laut-sungai-udara, puskesmas, bendungan dan irigasi, pembangkit listrik. - efektivitas birokrasi pusat-daerah perlu ditingkatkan agar pelayanan publik menjadi lebih baik lagi.

TANTANGAN INDONESIA POVERTY INEQUALITY BACKWARDNESS

 TRIPLE TRACK STRATEGY Pro-Poor (pengentasan kemiskinan) Pro- Growth (pertumbuhan) Pro-Job (penyerapan tenaga kerja) Pro-Environment (pelestarian lingkungan)
 
GREEN ECONOMY Pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi rendah karbon (CO2), dengan menekan serendah-rendahnya pemanfaatan bahan bakar fosil,penggunaan sumber daya yang efisisien, dan berkeadilan sosial.
 
BLUE ECONOMY Pembangunan yang menekankan pertumbuhan ekonomi dengan menciptakan lautan yang sehat dan produktif, bebas dari pencemaran, polusi dan perubahan iklim.
 
Dua konsep ekonomi diatas pilar bagi pembangunan berkelanjutan (sustainable growth) menuntut kearifan manusia untuk menyeimbangkan tuntutan menyejahterakan 7 miliar penduduk dunia saat ini (termasuk 240 juta rakyat Indonesia).

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. (World Comission on Environment and Development : Our Common Future)
 
1.PERUMUSAN KEBIJAKAN 2.PELAKSANAAN KEBIJAKAN 3.PENYUSUNAN, NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA 4.PEMBERIAN BIMBINGAN TEKNIS DAN EVALUASI 5.PELAKSANAAN ADMINISTRASI TUGAS FUNGSI MERUMUSKAN SERTA MELAKSANAKAN KEBIJAKAN DAN STANDARDISASI TEKNIS DI BIDANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FORMAL, PENDIDIKAN NONFORMAL, DAN PENDIDIKAN INFORMAL. TUGAS & FUNGSI DITJEN PAUDNI
 
MEWUJUDKAN INSAN INDONESIA CERDAS, KOMPREHENSIF, KOMPETITIF DAN BERMARTABAT (INSAN KAMIL / INSAN PARIPURNA) PERIODE 2005-2009 TEMA: PENINGKATAN KAPASITAS & MODERNISASI PERIODE 2010-2014 TEMA : PENGUATAN LAYANAN PERIODE 2015-2019 TEMA: DAYA SAING REGIONAL PERIODE 2020-2024 TEMA: DAYA SAING INTERNASIONAL VISI KEMDIKBUD 2025 15
 
PETA PTK DIKMAS PAUDNI KEMDIKBUD TAHUN 2012 BPKB: 7 unit SKB: 115 uniT Pamong Belajar 2824 orang Koridor Sumatera BPKB: 3 unit SKB: 99 unit Pamong Belajar 2250orang Koridor Jawa BPKB: 4 unit SKB : 42 unit Pamong Belajar 1408 orang Koridor Kalimantan JBPKB: 3 unit SKB: 29 uni Pamong Belajar 1961 orang t Koridor Bali–NTB-NTT BPKB: 3 unit SKB: 29 unit Pamong Belajar 425 orang Koridor Papua - Maluku BPKB: 6 unit SKB: 81 unit Pamong Belajar 1259 orang Koridor Sulawesi 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6

PERMASALAHAN PTK DIKMAS Program peningkatan kompetensi dan kualifikasi PTK Dikmas yang dilaksanakan selama 5 tahun terakhir jangkauan sasarannya sangat terbatas, sehingga diperlukan waktu panjang untuk menjangkau seluruh populasi yang ada. Penerbitan ketentuan turunan dari Peraturan Menpan RB No. 15 th 2010 ttg Jabfung PB dan No. 14 th 2010 ttg Jabfung Penilik belum seluruhnya tuntas, a.l. Permendikbud ttg Juknis Jabfung PB dan Penilik, Permendiknas ttg formasi jabfung PB dan Penilik
 
Panjangnya birokrasi untuk penerbitan Perpres ttg Tunjangan Fungsional PB dan Penilik serta Perpres ttg Perpanjangan BUP PB Penerbitan ketentuan turunan dari Peraturan Menpan RB No. 15 th 2010 ttg Jabfung PB dan No. 14 th 2010 ttg Jabfung Penilik belum disosialisasikan kepada seluruh pemangku kepentingan

Tim Penilai Angka Kredit (TPAK) Jabfung PB dan Penilik belum terbentuk di sebagian besar prov dan kab/kota, sehingga menghambat pengembangan karier PB dan Penilik Kebijakan yang cenderung diskriminatif antara PTK pada jalur pendidikan nonformal dengan pendidikan formal menyebabkan tidak mendorong tumbuhnya motivasi kerja dikalangan PTK Dikmas, seperti: - Sertifikasi dan pemberian kesejahteraan bagi PTK Dikmas (PB, Penilik, Tutor, Pengelola satuan PNF) belum dapat dilaksanakan sebagaimana telah diberlakukan bagi PTK Pendidikan Formal -
 
Ketidakjelasan karier bagi PTK pendidikan nonformal yang berstatus non PNS Adanya kecenderungan semakin berkurangnya jumlah PB dan Penilik.

 

Pendidik Tidak boleh Marah

Para orang tua dan guru Taman Kanak-Kanak (TK) tidak boleh memarahi anak-anak yang sering bertanya. Sebab, hal tersebut merupakan salah satu ciri bakat intelektual anak.  Itu juga menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi.

Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (PAUDNI) Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi. Psikolog pada persamuhan dengan 33 guru TK dan 31 kepala sekolah TK berprestasi tingkat nasional, Kamis (6/9). Reni, sapaan Dirjen PAUDNI mengakui banyak orangtua yang sering kesal karena putra-putri mereka terlalu sering bertanya tentang segala hal.

Jangan dimarahi, orangtua dan guru harus mau meladeni dan mengarahkan," ujar Reni yang merupakan Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia tersebut. Dirjen PAUDNI juga mengatakan, jangan kesal terhadap anak-anak yang mau mengerjakan segala sesuatunya sendiri. "Banyak anak-anak yang tidak mau dibantu ibunya saat pakai baju, pakai sepatu, dan lainnya. Biarkan saja, itu menandakan kemandirian," imbuh Reni yang merupakan pakar psikologi perkembangan.

Kunci Anak Sukses

Pada pertemuan yang turut dihadiri Sesditjen PAUDNI Dr. Gutama, dan pejabat dari seluruh direktorat di lingkungan Ditjen PAUDNI tersebut, Reni memberikan kunci sukses mendidik anak menjadi persona yang unggul.

Menurutnya, sejak usia dini anak-anak harus dibekali kecerdasan intelektual (intellectual quotient), kecerdasan emosional (emotional quotient), kecerdasan spiritual (spiritual quotient), kreativitas (creativity quotient), dan daya tahan menghadapi tantangan atau kesulitan hidup (adversity quotient).

Percuma jika memiliki anak ber IQ di atas rerata, tetapi tidak memiliki kreativitas dan kecerdasan emosional. Semuanya ini harus dipupuk sejak usia dini," ucap Dirjen PAUDNI.  Selain itu, sejak kecil anak-anak harus dididik agar luwes dalam bergaul dan berani memiliki cita-cita setinggi langit.
Sumber:  http://tk-ummi.blogspot.com

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia