Senin, 30 November 2020

REGENT VAN PADANG


Foto Tuanku Panglima Marah Oejoeb gelar Marah Maharadja Besar beserta empat anak laki-lakinya dan lima cucunya, yang ada dibawah ini ketelingsut entah dimana. Saya kemudian memperolehnya dari Poeti Draga Rangkuti.

Saya berterima kasih sekali pada akhirnya bisa mendapatkan profil lengkap angku (kakek) mami yang Regent van Padang terakhir itu. Blog Dr.Suryadi dan tulisan Akhir Matua Harahap di Poestaha Depok sangat membantu sekali. Alhamdulillah...
Babak 1
Regent Van Padang hanya ada empat orang, yaitu Soetan Mansoer Alam Shah, Soetan Iskandar, Marah Indra, dan Marah Oejoeb.
Saya hanya ingin bercerita kakek buyut saya saja, yaitu Toeankoe Marah Oejoeb gelar Maharadja Besar.
Ia merupakan Panglima ke-23 sejak terjadinya pengusiran Aceh dari Padang oleh Belanda, yang kemudian menduduki kursi Regent Padang, menggantikan mamaknya Toeankoe Panglima St.Sui gelar Marah Indra yang meninggal. Pengangkatannya menurut Sumatra-courant: nieuws-en advertentieblad 22-03-1876: "Hari ini pagi, baru diangkat menjadi Regent Padang Toeankoe Marah Oejoeb menempati kursi Regent pukul setengah 9 bergabung hadir setiap pejabat sipil dan militer, dan warga lainnya, sangat banyak pribumi".
Sesaat setelah baca itu, saya kaget melihat tanggal pengangkatan kakek mami, karena 22 Maret adalah hari lahir saya. Hal kedua yang bikin kaget angku mami ini pernah menjadi cortoleur Air Haji (Painan). Painan, Pesisir Selatan, Sumatra Barat adalah tempat mertua saya dr.H. Ali Akbar, ditempatkan setelah dua tahun memperoleh gelar dokter dari Ika Daigaku di Jakarta.
Dari tulisan Dr.Suryadi, Minang Saisuak #189-Regent terakhir, saya memperoleh gambaran lengkap tentang diri kakek buyut saya ini. Berbagai jabatan di pemerintahan didudukinya. Marah Oejoeb adalah seorang penghulu yang cakap, sehingga tiga kali merangkap jabatan Hoofdjaksa di Padang.Ia juga dianugerahi penghargaan Bintang Mas tanda kesetiaan pada pemerintah.
Pada tahun 1920an terjadi gelombang perubahan di Minangkabau, Angku Regent yang berupaya mempertahankan hak-hak istimewa kaum bangsawan Padang tidak berhasil.
Orang-orang tua urang awak, seumuran mami jika tahu saya dari Minang, dan menyebut asal saya dari Alang Lawas mereka secara otomatis menyebut " ooh turunan bangsawan ya..Poeti-Poeti, Soetan-Soetan". Dan Idjul yang saat diceritakan latar belakang keluarga saya saat PDKT hmmm...spontan menyebut "turunan darah biru dong" Sambil ngangguk saya lgs bilang "ya tapi ga bekas-bekasnya berupa apalah apalah seperti di tempat lain, yang ada hanya foto angku Regent ini dan itu sambil nunjuk foto yg ada dinding di ruang tamu Jalan Trijaya".
Babak 2
Angku Regent -begitu angah (Poeti Dahniar) kakak mami, selalu menyebutnya demikian jika bercerita ke saya dan adik-adik, memiliki lima anak. Empat anak laki-laki yaitu Soetan Basri, Soetan Sjafei, Soetan Ismael, Soetan Achmad dan satu perempuan, Poeti Atang. Jika saya bisa menyebut lengkap kelima anak Angku Regent bukan karena saya daya ingat yang kuat, tapi ada catatan tulisan tangan Angah sedikit cerita tentang kakeknya tersebut.
Angah selalu mengingatkan oom Awaloeddin Djamin itu (Mantan Kapolri) adalah cucu dari Soetan Basri. Papa oom Awal yang bernama Djamin adalah salah satu dari anaknya Soetan Basri, yang dipanggil Manda.
Soetan Syafei mempunyai anak antara lain tante Gadih, oom Bujang, tante Ana, tante Emma, oom Harun al Rasyid dan oom Mas Agus. Dari kesemua ini yang saya ingat bangets adalah Oom Mas yang tinggal di Jalan Kebon Binatang III. Rumahnya di hoek, dan disamping depannya tempat gado-gado Bonbin favourite saya dan Idjul.
Soetan Ismael, anak ketiga Angku Regent memiliki anak antara lain Mr Nazarudin, Marah Sofyan, Marah Akif, Marah Oscar dan Marah Firman. Dan dari lima oom ini, saya paling ingat dengan Mr Nazarudin yang rumahnya di Cideng. Salah satu mantu oom adalah Prof.Dr. Max Makagiansar, yang pernah jadi Dirjen Dikti Kemdikbud dan menduduki posisi tinggi di Unesco Paris.
Soetan Achmad, anak keempat Angku Regent memiliki lima anak yaitu tante Ana, tante Tila, tante Rosma, dan tante Moliar dan satu anak laki-laki. Dari empat tante ini saya selalu diingatkan prestasi tante Rosma yang pada eranya menduduki jabatan Karo Hukum Kemdikbud.
Sibungsu Angku Regent adalah satu-satunya perempuan yang bernama Poeti Atang, ibunya mami saya.
Demikianlah kisah kakek buyut saya Marah Oejoeb yang beristrikan Siti Zainab.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia