S
234 C yang kelak menjadi 234 SC mempunyai arti yang tidak sekedar letterlijk
an sich. Huruf S diambil dari Siliwangi, angka yang berderet 234 berasal
dari merk rokok kretek, dan C diambil dari kata Complex. Tidak sekedar itu. Apa
makna yang diinginkan dari penggabungan angka dengan dua huruf ini oleh
anak-anak kompleks Siliwangi yang merokok dengan merk Dji Sam Soe saat
itu? Jaman dimana rumah kami jadi base camp or markas anak-anak
Siliwangi. Bisa jadi tidak ada intensi di luar itu, hanya sekedar menjadi merk.
Merk dari anak-anak tepatnya remaja maupun pemuda yang beralamat rumah di
wilayah kompleks Siliwangi, yang punya kegemaran merokok keretek 234.
Belakangan,terjadi perubahan makna tentang 234SC. Jika kita googling 234 SC
maka akronim SC dalam 234 jadi berbeda, bukan lagi Siliwangi Complex.
234 SC yang saya tulis dalam cerita ini adalah 234 SC yang asli, sesuai historisnya. Siliwangi Complex, berikutnya saya sebut Kompleks Siliwangi, adalah kompleks perumahan Angkatan Darat. Perumahan dinas ini ada di Siliwangi yang berbatasan dengan Kalilio, Rumah Kapal yang berseberangan dengan parkiran Hotel Borobudur, Balai Prajurit yang berada di Jalan Dr. Wahidin serta semua rumah yang berada di Jalan Dr. Wahidin 1 dan 2.
Anak-anak
Kompleks Siliwangi saat itu sering banget ngumpul main ke rumah kami, di Jalan
Dr. Wahidin 1 /D2. Mengutip kata Mas Ben “ anak-anak Siliwangi yang jaman
itu, posnya ya di rumah papi semua
karena BTH disenengin. Yapto belum apa-apa karena masih ada almarhum mas Naryo
kakaknya dan galak ke adik-adiknya”
Sehingga
tidak heran kalau ada yang bilang abang saya BTH adalah dedengkot jagoan
Siliwangi jaman itu. Dedengkot itu bahasa Jakarta, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia berarti tokoh (pemimpin) dalam suatu perkumpulan dan sebagainya, baik
dalam arti yang baik maupun yang buruk. Kerennya kata dedengkot adalah kepala
geng. Geng S 234 C ini boleh kata disegani, karena kalau jalan kemana-mana
bersama mereka ada RPKAD. Meminjam istilah Mas Ben… “Dia biasanya pegang
pistol haha.. mas Yapto belum pegang, dia sudah mainan gituan sama AK punyanya
Fritz RPKAD”
Bisa
jadi karena Bambang seorang Menwa, ia punya pistol. Seingat saya pistol FN 45,
dan juga ada senapan AK 74. Bayangkan pada malam takbiran, orang-orang bakar
petasan, mereka nembak keatas pake AK dengan peluru api.
Sejumlah
teman-teman abang saya Bambang, yang masih saya ingat sering main ke rumah
seperti Yan, Djajat, Abang, Ade, Tagor, Bambang Iko, Aldi, Gatot, Nami, Tjutju
dan Unus. Ada juga Fritz, dari RPKAD. Mereka itu nongkrong…mendengarkan
lagu-lagu The Beatles, main gitar, ngobrol, ngegaple, main kartu
remi..dan cerita perang. ”Bambang suka cerita tentang Perang Dunia II,
cerita mengenai Jenderal Patton, juga Perang Permesta “ .
Menurut
Benrih..begitu papi memanggil Benny, Bambang dkk dulu itu selain suka jalan
ke pesta-pesta rumahan, suka ngebut di Jalan Thamrin, bunderan Teuku Umar,
bunderan Senayan.
Kegemaran
Bambang dengan teman-teman SCnya suka jalan bareng. Papi memiliki
beberapa mobil saat itu yaitu Jeep Willys nya, Holden EJ Special, Chevrolet
Impala, dan Mercedez-Benz W111. Bersama teman gengnya S 234C, Bambang suka
jalan ke pesta-pesta rumahan, yang biasanya ada band. Mereka ber twist
dance, dansa yang diinspirasi oleh musik rock and roll, dan ngetrend
di awal tahun 1960. Saya ingat saat itu kakaknya Abeb, Raaf Firmansyah,
tetangga dua rumah sebelah kanan kami jarig ke 17 tahun. Malam hari
ruang tamu temaram, hanya sedikit cahaya, yang terdengar hanya musik rock roll
yang diputar dengan volume keras. Dan saya bersama Abeb mengintip dari pintu
yang menghubungkan ruang belakang ke ruang atas rumahnya itu, dari dekat saya
bisa melihat mereka bertwist.
Salah
satu pesta yang didatangi Bambang dan gengnya S 234C, di Jalan Surabaya,
Menteng, Jakarta Pusat. Entah bagaimana ceritanya…ada yang bilang berantem
dengan anak-anak Selendang Boys (anak-anak Gang Tengah Salemba), tapi ada juga
yang bilang berantem sama anak Ams ( anak-anak Ambon Kwini). Yang jelas salah
satu dari teman abang saya itu, bernama Tagor menembak seseorang, dan berakibat seseorang meninggal.
Akhirnya
Bambang bersama sejumlah temannya yang datang ke pesta tersebut yaitu Tagor
Lumbanradja, Yan Anwar, Abang Naim, Djajat Sayuti, Gatot Latief ditahan di
Polsek Metro Tanah Abang, Jalan Karet Tanah Abang, Jakarta Pusat. Namun baru
sehari di sel, mereka dipindahkan ke Polsek Metro Menteng, yang berada di Jalan
Gresik, Menteng, Jakarta Pusat. Ruang tahannya gak dikunci, alasnya kasur
semua, dan supply makanannya dari Hotel Indonesia…karena kita pada waktu itu
dekat dengan Pak Nasution. Namun Keberadaan mereka di Seksi 5 tersebut juga
tidak lama, konon karena kedekatan dengan Jendral A.H. Nasution mereka
dipindahkan jadi tahanan rumah yaitu di rumah orang tua Yapto Soerjosumarno, di
Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.