Senin, 02 Oktober 2017

PAUD Bukan Sekedar Persiapan SD

Prof. Reni saat tampil sebagai pembicara
JAKARTAPendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bukan lagi sekedar sebagai pendidikan persiapan sebelum masuk sekolah (SD).

Hal ini ditegaskan Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, pada saat menjadi pembicara tunggal dalam seminar Peran Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Terhadap Pengembangan Generasi Emas Indonesia di Ukrida, Jakarta, Jumat (19/4).

PAUD, katanya, merupakan pendidikan yang sangat mendasar karena berperan ‘melejitkan’ semua potensi anak yang dibawa sejak lahir. Tahun pertama kehadiran anak di dunia merupakan priode kritis tetapi sekaligus menentukan bagi perkembangannya setelah dewasa.

Oleh karena itu, tambah Guru Besar Universitas Indonesia ini, dalam standar PAUD telah diberikan rambu-rambu bagaimana stimulasi pendidikan harus diberikan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia 0-6 tahun, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai agama dan moral, motorik kasar dan halus, kognitif, bahasa, maupun sosial-emosional.

“PAUD bukan hanya ada di satuan pendidikan TK ataupun lainnya. Sesungguhnya PAUD sudah dimulai sejak anak dilahirkan di dunia,” tambah psikolog keberbakatan ini.

Esensi PAUD, tambah Dirjen lagi, adalah pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh-kembang anak dan dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar.

“Cara pendekatan PAUD seperti ini diyakini mampu merangsang seluruh potensi kecerdasan anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara optimal,  karena anak tidak dihantui oleh rasa takut dan cemas,” tambah Dirjen.

Selain itu, Reni Akbar-Hawadi–sapaan akrab Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog— juga mengatakan anak akan belajar dan berlatih dalam suasana yang menyenangkan sesuai dengan dunianya, seperti dunia bermain.

“Anak yang belajar dan berlatih dalam suasana menyenangkan diyakini akan mampu menumbuh-kembangkan imajinasi, kreativitas, keberanian, dan kemandiriannya. Esensi PAUD yang seperti ini akan melahirkan generasi cerdas, tangguh, ulet, dan kreatif,”paparnya.

Semua Pihak
Saat menjawab pertanyaan peserta seminar yang yang sebagian besar para mahasiswa ini, Dirjen mengatakan mencetak generasi emas tidak bisa secara tiba-tiba. PAUD pada khususnya, dan pendidikan pada umumnya, merupakan investasi jangan panjang.

Menanamkan kejujuran, disiplin, cinta sesama, cinta tanah air, dan semua nilai yang positif pada anak perlu pembiasaan dan harus dilakukan secara terus menerus. Ini semua memerlukan keteladanan yang baik dan konsisten disamping penguasaan yang baik pula tentang prinsip-prinsip PAUD yang benar.

Untuk itu, kata Dirjen PAUDNI, persiapan dan pengembangan generasi emas ke depan perlu keterlibatan dan dukungan semua pihak, mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, perguruan tinggi, dan pemerintah.

“Peran orang tua sangat penting dalam posisinya sebagai pendidikan pertama dan utama. Keberhasilan PAUD dalam menyiapkan generasi emas ke depan akan terganggu tanpa adanya dukungan dari mereka semua,” paparnya.

Peran guru PAUD, katanya, juga sangat menentukan. Keterbatasan fasilitas lembaga PAUD sesungguhnya masih bisa diatasi jika guru atau pendidik piawai dapat memberdayakan semua yang ada di sekitar anak sebagai media atau sarana bantu pembelajaran.

“Mereka bisa memanfaatkannya menjadi alat permainan edukatif yang menyenangkan dan mencerdaskan bagi anak,” tambah Dirjen lagi.

Selain itu, Dirjen berharap semakin banyaknya perguruan tinggi yang memiliki jurusan PAUD atau konsentrasi PAUD akan sangat membantu peningkatkan kualitas ke depan, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan kualitas bangsa Indonesia. “Dengan banyak mahasiswa yang memahami PAUD berarti juga akan mempersiapkan mereka sebagai pendidik. Paling tidak untuk anak mereka kelak,” tukas Dirjen. (Sugito/HK)

Sumber:  www.paud-dikmas.kemdikbud.go.id

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia