Sabtu, 18 Agustus 2018

Golden Period (Periode Emas)

Periode emas merupakan periode yang sangat vital atau sesuatu yang sangat penting di dalam suatu siklus. Periode emas pada anak yaitu masa- masa penting dimana otak atau kecerdasan anak sangat berkembang pesat.

Masa emas seorang anak terjadi pada usia 0 – 3 tahun. Pada masa ini otak mengalami perkembangan yang sangat pesat dimana jaringan koneksi otak terbentuk dan aktif sehingga mampu menyerap informasi maupun merespon stimulasi baru dengan kecepatan dua kali lebih cepat dari orang dewasa. 

Sehingga banyak yang bilang bahwa masa balita bagi seseorang merupakan masa yang paling penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Karena itu peran orang dewasa yang ada disekeliling anak terutama orang tua sangat penting dalam perkembangan psikologi anak balita karena akan mempengaruhi perkembangan anak di masa selanjutnya. Pada masa penting ini anak membutuhkan pola asuh dan berbagai stimulasi yang tepat yang akan menentukan tumbuh dan kembang anak termasuk perkembangan tingkat kecerdasan anak itu sendiri.

Menurut Dr Reni Akbar Hawadi Psi, kepala Bagian Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, stimulasi terus menerus pada usia 0-2 tahun, berperan mendongkrak IQ anak secara signifikan, mencapai 15-30 poin saat dia masuk usia 4-5 tahun. ''Perkembangan itu sebenarnya masih dalam gelas potensinya. Artinya, potensinya tumbuh optimal. Sebab dengan ASI dan stimulasi, sinapsnya menjadi cepat nyambung,'' kata Reni.
Usia di bawah tiga tahun, kata dia, merupakan periode emas (golden age), karena pertumbuhan otak mencapai 70-80 persen. Pentingnya periode emas yang oleh sebagian ahli ditetapkan pada usia di bawah tiga tahun (batita) ilmuwan Sigmund Freud malah menetapkan pada masa di bawah lima tahun (balita) karena perkembangan anak sangat pesat. Pada periode emas itu, kemampuan daya serap anak bahkan mencapai 50 persen yang terus menurun pada tahun-tahun berikutnya. Bila periode emas itu dimanfaatkan dengan simulasi.
Reni mengatakan perkembangan otak anak akan semakin baik, simpul-simpul sarafnya akan semakin banyak. Stimulasi ini tak rumit. Panca inderanya hanya dirangsang membedakan bau, bunyi, dan lain. Makin besar, dikenalkan dengan angka, huruf, dan sebagainya.

(Dian Nurhayati)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia