Senin, 30 November 2020

MUSHOLLA


Hari Selasa minggu lalu tim pansus revisi statuta UI dari organ DGB yang dipimpin Prof Harkristuti Harkrisnowo menetapkan rapat di Pasca Hukum, Gedung IASTH Lantai 2, Salemba Jakarta. Sambil menunggu rapat dimulai di Ruang Dosen Pasca Hukum UI, pandangan saya jatuh pada ruang sholat yang hanya cukup untuk satu sajadah. Itulah musholla dosen, sedangkan musholla yang berukuran lebih besar untuk mahasiswa disediakan di ujung sebelah kiri lantai yang sama.

Ingatan saya melayang ke tahun 2009 saat ditunjuk Rektor UI Prof.Dr. Gumilar R. Sumantri menjadi Ketua Prodi Kajian Timur Tengah dan Islam Pascasarjana UI.
PSKTTI menempati Lantai 4 Gedung IASTH.Saat itu kalau mau sholat saya yang lebih memilih tetap d lantai 4 merasa tidak afdol jika sholat di ruang kerja saya. Hal yang sama yang saya lihat dari tiga staf saya yang perempuan kalau sholat di sela antara meja setengah biro satu dengan lainnya. Pokoknya di mata saya gak proper.
Satu sore saat mau ambil wudhu mata saya tertumbuk pada ruang yang ada didepan saya. Ruang ini selalu tertutup. Dan saya tanya pada Desti, salah seorang staf yang mengetahui bahwa ruang tersebut untuk sekretariat Iluni Pascasarjana namun sudah dua tahun kosong. Sebagai pimpinan di lantai tersebut saya minta agar ruang tersebut dibuka dan digunakan sementara untuk musholla bagi dosen, mahasiswa, tendik dan siapa saja yang ingin sholat saat waktunya.
Alhamdulillah..sampai hari ini ruang tersebut masih berfungsi untuk musholla. Dan dua foto mesjid, Masjidil Haram dan Mesjid Nabawi yang saya bawa dari rumah ortu saya msh tergantung di dinding.
Tidak bermaksud riya, saya bersyukur bisa membuat tempat sholat lain yang layak d Gedung C Lantai 2 Fakultas Psikologi UI. Ruang kecil yang awalnya untuk "perpustakaan" Bagian Psikologi Pendidikan yang lebih banyak kosong terlihat mubazir. Jadi sebagai Kepala Bagian Psikologi Pendidikan saat itu, saya memutuskan menjadikannya sebagai musholla. Alhamdulillah..sampai sekarang selalu ramai di isi oleh banyak mahasiswi.
Dan terakhir, tempat sholat yang saya "bangun" di ruang makan saya selaku Dirjen PAUDNI, Gedung E Lantai 3. Saat ditawarkan untuk di rombak jadi ruang tidur, saya katakan saya tidak memerlukannya. Namun saya lebih membutuhkan satu space untuk bisa sholat yang bersih, baik dan khusyuk. Proper dan comfortable. Saya senang walau hanya cukup satu sajadah namun saya rasanya bisa beribadah dengan nyaman dan tenang.
Sayang saat saya kembali kesana tahun 2017 untuk bertamu, ruangan telah berganti dengan desain baru yang sama sekali tidak lagi saya kenali dan tentu saja tidak ada ruang sholat di dalam ruang Dirjen.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia