Senin, 30 November 2020

HARI LAHIR


Hari Sabtu, 21 Maret 2020 saya tidak kemana-mana, tidak juga ber pjj dengan mahasiswa. Sabtu hari 'me time', biasanya saya meni pedi dan creambath di salon dekat rumah. Namun kali ini karena harus di rumah, saya memilih memenuhi hobi saya berkebun dan nonton film.

Setelah beres di luar sambil berjemur matahari, saya ganti baju saya dengan kaftan dan mulai duduk di sofa menghadap TV. Saya meneruskan nonton seri film tentang virus. Jika sehari sebelumnya nonton Contagion, kali ini The Flu dan disambung dengan Outbreak.
Selesai nonton film rasanya lelah sekali, selesai sholat Isya berjamaah bersama suami dan anak-anak, sayapun tidur.
Tiba-tiba saya mendengar suara Gladyz memanggil "bunda..bunda...bunda.." sayapun membalikan badan ke arah suara yang datang..tahu..tahu Gladyz sudah membuka suara untuk menyanyikan lagu Happy Birthday. Saya lgs bangun dan melihat dibelakang Gladyz ada Ali yang membawa cake dengan dua lilin yang menyala serta ayah mereka ada d belakang Ali..dengan kedua tangan siap bertepuk. Setelah diam sejenak, saya mengajak mereka keluar kamar seraya mencari jilbab dan pashmina untuk menutupi baju tidur saya.
Saya ke dapur untuk mencuci tangan dan saat kembali melihat jam..lhooo koq jarum jam masih jauh di bawah angka 12:00. Eeh..ini belum tanggal 22 Maret lho..walau ga aci hehe..acara tiup lilin terus berlanjut dan langsung potong kue dan menyantapnya.. Hal unik di acara ulang tahun saya kali ini, tidak pake cipika cipiki Suami dan anak-anak kompak bilang kan social distancing hehe...ya sudah sayapun iya saja..sambil mikir..lucu juga nih Mungkin ini satu cara juga utk mengingat tahun 2020 sbg tahun musibah dunia dengan virus Corona.
Saya jadi teringat momen saya berusia 5 tahun dipangku mami. Mami sambil membuka album, halaman demi halaman berkertas hitam yang ada foto-foto saya masih bayi, menunjuk setiap foto saya, ada yang digendong zuster, ada yang lagi di timbangan, dls...Foto-foto saya di album tersebut khususnya di Ruang Bayi Rumah Sakit Santo Borromeus, Bandung kemudian menjadi inspirasi saya untuk membuat foto dengan gaya yang sama untuk keenam anak saya.
Setiap kali melihat tumpukan album, saya selalu membuka lagi album dan bertanya lagi demikian terus sampai saya jadi memahami asal nama saya, lahir dimana, dokternya siapa dan berapa tinggi badan dan berat badan saya saat lahir serta perkembangan tahun pertama saya.
Saya lahir dengan bb 2,5 kg dan tb 48 cm, dan karenanya saya dimasukan dalam inkubator, tidak bisa langsung dibawa pulang ke Jalan Bali No.15 Bandung. Dokter yang menolong saya masih dokter Belanda, saya tidak ingat namanya. Namun saya ingat dokter kandungan mami untuk adik-adik saya yaitu Prof.Dr. Iman Suyudi, Sp.OG yang praktek di Jalan Surabaya. Adik saya Nita lahir di RS Carolus, selebihnya mulai dari Siska sampai Dian dilahirkan di RS.PGI Tjikini.
Saat saya tanya mami bagaimana perkembangan tahun pertama saya, mami bilang saya terlambat jalan. Anak seusia saya sudah bisa berjalan saya masih belum lancar, namun satu hari mami kaget tiba-tiba saya langsung bisa lari..saat saya tanya di usia berapa, mami menjawab kira-kira usia 15 bulan. Mami punya alasan kenapa saya telat berjalan, mungkin Reni sering digendong-gendong orang di rumah. Maklum rumah orang tua saya di Wahidin, Jakarta banyak penduduknya. Dan kata Mami lagi, saat kecil saya lucu sekali, rambut saya yang curl seperti bintang kecil Amerika Shirley Temple, dan ceriwis membuat orang yang kost di rumah ingin juga mengendongnya.
Tentang nama, saya juga tanya pada mami. "Nama Lydia dari mana mih.." Mami cerita kalau itu diambil dari nama di film. Saat ditanya film apa, mami lupa. Wadduh..
"Nah kalau Freyani ..darimana mih?" Ternyata dari Vrijdag..hari Jumat. Dan memang semua anak mami yang lahir hari Jumat pakai Frey...yaitu adik saya Rina Freyantina Hawadi dan Renaldi Freyar Hawadi.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia