Kamis, 21 Juni 2018

Peran PAUDNI Dalam Menyiapkan Kado 100 Tahun Indonesia Merdeka

BANJARMASIN. Bertempat di Hotel Grand Mentari, Dirjen Pendidikan Usia Dini, Nonformal dan Informal  (PAUDNI), Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog memimpin Evaluasi program PAUD Regional VI, Kalimantan Selatan, 6-8 Desember 2012. Kegiatan ini dihadiri oleh 50 peserta terdiri dari Kepala BPKB (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar) 4 provinsi di Kalimantan; Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal Dinas Pendidikan; Kepala SKB (sanggar kegiatan belajar) Kabupaten.

Dirjen PAUDNI saat memimpin rapat evaluasi menekankan agar adanya peningkatan sosialisasi PAUD untuk memperluas pemahaman masyarakat tentang PAUD. Guru Besar Psikologi UI ini mencontohkan bahwa masyarakat sering melihat adanya dikotomi antara Taman Kanak-Kanak dan PAUD. Di masa lalu, TK dimaknai sebagai entitas yang bertugas mempersiapkan anak didik untuk memasuki sekolah dasar. Hal ini berimplikasi dalam metoda pengajaran yang melakukan “drilling” pembelajaran agar alumnus TK menguasai kemampuan calistung (baca, tulis, hitung) untuk memasuki sekolah dasar.

Saat ini TK merupakan bagian dari PAUD, yang tetap mempersiapkan anak didik untuk memasuki sekolah dasar dengan metoda yang menyenangkan sehingga setiap anak tidak akan merasa jenuh dan lelah di usia dini, yang kelak dapat berpotensi mengurangi kemampuan mereka di masa datang.
Dirjen PAUDNI juga menjelaskan dengan angka pertumbuhan anak sebesar 1,5 persen per tahun berarti setiap tahunnya sekitar 3,5 juta bayi lahir, berarti kebutuhan akan PAUD sangat signifikan. Oleh karenanya, Dirjen yang akran disapa sebagai Reni Akbar-Hwadi ini optimistis bahwa sebanyak 30 ribu desa yang masih belum memiliki PAUD, dapat dipenuhi dalam waktu tiga tahun. Dengan upaya yang keras dan fokus ini, makapada tahun 2025 akan muncul generasi pemimpin muda yang sehat dan unggul.

Reni juga mengapresiasi program PAUDNI regional VI Kalimantan yang memiliki tingkat tunaaksara hanya sebesar 4,41 persen, berada di bawah tingkat tunaaksara nasional sebesar sebesar 5, 01 persen. (Devie/UI)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia