
Peran
Guru, Orangtua, Anak (GOA) sangatlah penting dalam menciptakan anak
berakhlak mulia, cerdas, intelektual, dan berpikiran positif. Beragam
gaya diperkenalkan dalam pendidikan budi pekerti. Ada storytelling
(mendongeng), cerita bergambar dengan karakter Didgit Cobbleheart serta
nyanyian kartun sambil olahraga berformat edutainment.
Karakter
positif seorang anak tidak didapat secara instan. Orang tua, khususnya
ibu, harus menempuh proses panjang untuk bisa menciptakan anak yang
berakhlak mulia, cerdas, memiliki intelektual, dan berkarakter positif.
Semuanya
bisa dicapai melalui pembangunan karakter yang dimulai sejak anak
berusia satu hingga enam tahun. Salah satu cara membangun dan
menciptakan karakter positif adalah melalui storytelling atau mendongeng.
“Mendongeng
merupakan cara ampuh untuk membangun karakter dan memasukkan
nilai-nilai tentang kesopanan, kepatuhan, menjadi pribadi non bullying
kepada yang lebih muda, dan semua kebaikan yang mengacu pada
moral,”jelas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Lydia Freyani Hawadi saat
membuka acara pelatihan mendongeng untuk guru PAUD di Depok beberapa
waktu yang lalu.
Sementara Direktur PT Panen Cipta Kreasi Perkasa, Helena Muljanto menambahkan, pada saat sekarang storytelling
digunakan sebagai sarana pendidikan karakter di sekolah-sekolah.
Melalui perusahaan yang dipimpinnya pada tahun 2012 lalu telah
diluncurkan serial buku bergambar berbahasa Inggris “The Tale of Didgit Cobbleheart”
dimana serial ini mengemas pengajaran budi pekerti dalam format
edutainment yang dinikmati oleh komunitas G-O-A (Guru-Orangtua-Anak).
Sejak
perusahaan yang juga dikenal sebagai Lily & Eddy yang dipimpin
Helena berdiri Februari 2012, lalu storytelling seperti dituturkan
Helena, telah dengan antusias diterima lebih dari 70 sekolah dan
institusi di Jabodetabek dimana lebih dari 5000 anak telah mendengarkan
cerita pertama Didgit Cobbleheart secara live, di luar panti asuhan dan
rumah sakit yang dikunjungi serta melalui kerjasama dengan media-media
yang mengajarkan anak jalanan.
Lebih lanjut Helena
menambahkan situs www.didgitcobbleheart.com atau
www.bukubudipekerti.com, dirancang khusus guna mendukung buku-buku dalam
serial ini dan telah mendapatkan lebih dari 6.000 kunjungan, dengan
jumlah keanggotaan yang telah melampaui 1.000 anggota. Website ini juga
berhasil menarik keanggotaan dari manca negara seperti Amerika Serikat,
negara-negara Uni Eropa, Australia, Singapura, Kanada, dan lain-lain.
“Bagi Anda yang ingin anaknya mendapatkan pendidikan budi pekerti yang baik, silahkan bergabung di komunitas ini,”pinta Helena.
Intinya
menurut Helena pihaknya ingin pengajaran budi pekerti ini bisa
diberikan sebanyak-banyaknya kepada anak-anak bangsa Indonesia, di
tengah carut-marutnya kondisi moral bangsa yang menghiasi berita-berita
terkini di media massa seperti kasus korupsi, perkosaan, premanisme, dan
lain-lain.

Di dalam storytelling
cerita Helena, mereka juga melakukan game-game interaktif dan bertanya
kepada anak-anak soal cerita dongeng tersebut mengenai tema apa yang
menyentuh mereka. Games tersebut menjadi teman bersahabat, bergandengan
tangan dan menyanyi bersama sehingga menjadi kelompok yang bahagia atau
happy family. Selain storytelling, pihaknya juga kata Helena
membagi-bagikan poster Didgit Cobbleheart, dimana di dalam poster
tersebut memuat foto-foto aktifitas putra-putri mereka.
“Cerita dalam storytelling
dari Didgit Cobbleheart membangkitkan daya kreatif. Biasanya berdurasi
30 menit dan sisanya diisi dengan games dan sesi foto bersama anak-anak
dengan guru mereka,”tutur Helena.
Setelah setahun tepatnya 14
Februari 2013 lalu, pihaknya kata Helena mengumumkan peluncuran lagu
perdana Didgit Cobbleheart yang berjudul “My Name is Didgit” (Namaku
Didgit). Lagu mengenai karakter Didgit Cobbleheart ini merupakan
pengembangan dari serial buku bergambar anak-anak berbahasa Inggris “The Tale of Didgit Cobbleheart” yang diluncurkan 15 Februari 2012 lalu.
Dikemas
dalam format karaoke animasi menarik, agar anak-anak dan orang dewasa
dapat bernyanyi bersama. Lagu ini dapat dilihat dan dinikmati di situs
www.didgitcobbleheart.com- klik logo YouTube di kanan bawah, di Facebook
Didgit Cobbleheart atau di Twitter/ Twitter @cobbleheart.
“Versi
lagu karaoke ini mencoba menghadirkan “ajakan-ajakan” budi pekerti
secara sederhana. Penggunaan bahasa Inggris dimaksudkan agar semakin
banyak anak di dunia yang dapat memahami ajakan Didgit untuk menjadi
anak yang berbudi baik dan berhati besar,”ujar Helena.
Format
lagu edutainment interaktif tambah Helena ini dapat memudahkan orangtua
dan pengajar dalam mengajarkan budi pekerti ke anak-anak atau
murid-murid mereka. Anak-anak pun dapat lebih cepat membantu
menyebarluaskan cerita-cerita budi pekerti kepada teman-temannya jika
mereka menyukai apa yang mereka dengar dan nyanyikan.
Karenanya
diharapkan dengan kehadiran lagu ini sambung dia akan semakin banyak
komunitas GOA (Guru-Orangtua-Anak) yang akan terlibat secara aktif dalam
pengajaran budi pekerti generasi muda bangsa Indonesia.
Daya Imajinatif
Salah satu manfaat dari storytelling
adalah mengembangkan daya imajinatif anak selain mencerdaskan anak-anak
bangsa melalui cerita-cerita yang mengandung nilai moral dan budi
pekerti. Storytelling bisa
dijadikan alat atau jembatan untuk tercapainya misi dan visi pendidikan
karakter. Selain dapat mengasah fantasi dan imajinasi anak didik di
sekolah, mendongeng juga sebagai metode penyampaian pesan-pesan moral
yang sangat efektif kepada siswa. Bukan hanya itu, kegiatan mendongeng
juga merupakan alat terbaik dalam proses peyegaran dari suasana yang
menegangkan kembali ke suasana yang menyenangkan.
Pemerhati
Anak Usia Dini Lely Tobing mengatakan, dongeng bisa dilakukan kapan saja
sesuai keinginan ibu dan anak. “Biasanya lebih nyaman dilakukan pas mau
tidur, karena kondisi sudah sangat tenang. Anak-anak juga nyaman
mendengarkan. Harus diceritakan hal-hal yang berisi pendidikan moral,
akhlak, budi pekerti atau cerita yang ringan saja. Pokoknya harus
kreatif bercerita,” kata Lely.
Pendidikan anak usia dini kata
dia sangat penting dilakukan karena hasil penelitian menunjukkan bahwa
perkembangan otak anak berlangsung pesat pada usia tiga tahun pertama.
Orang tua dalam hal ini harus menyiapkan anak usia pra-sekolah mencapai
kematangan guna mengikuti pendidikan dasar.
PT Frisian Flag
Indonesia misalnya aktif mendukung pembangunan karakter anak-anak usia
pra-sekolah melalui pelatihan mendongeng dan pelatihan karakter bagi
tenaga pengajar PAUD di empat kota besar di Indonesia, yakni Depok,
Semarang, Purwokerto, dan Surabaya.
Corporate Communication
Manager PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro mengatakan, program
pelatihan itu dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa orang tua selalu
ingin dan mengupayakan yang terbaik agar dapat dapat tumbuh dan
berkembang cerdas secara optimal.
Agar tumbuh kembang anak optimal, mereka harus mendapat asupan nutrisi yang baik dan stimulasi dari lingkungan.
“Pemberian
nutrisi ini berupa makanan bergizi, termasuk susu, vitamin, dan
suplemen. Sedangkan stimulasi yang diberikan adalah memasukkan anak usia
dunia ke sekolah, memberi kursus tambahan, dan melalui permainan
edukatif seperti mendongeng,” kata Andrew beberapa waktu yang lalu.
Sumber: Harian Sinar Harapan, edisi Selasa 16 April 2013
Editor: Farida Denura