Kamis, 22 November 2018

Ragam Gaya Pendidikan Budi Pekerti

Peran Guru, Orangtua, Anak (GOA) sangatlah penting dalam menciptakan anak berakhlak mulia, cerdas, intelektual, dan berpikiran positif. Beragam gaya diperkenalkan dalam pendidikan budi pekerti. Ada storytelling (mendongeng), cerita bergambar dengan karakter Didgit Cobbleheart serta nyanyian kartun sambil olahraga berformat edutainment.   

Karakter positif seorang anak tidak didapat secara instan. Orang tua, khususnya ibu, harus menempuh proses panjang untuk bisa menciptakan anak yang berakhlak mulia, cerdas, memiliki intelektual, dan berkarakter positif.
  
Semuanya bisa dicapai melalui pembangunan karakter yang dimulai sejak anak berusia satu hingga enam tahun. Salah satu cara membangun dan menciptakan karakter positif adalah melalui storytelling atau mendongeng.
   
“Mendongeng merupakan cara ampuh untuk membangun karakter dan memasukkan nilai-nilai tentang kesopanan, kepatuhan, menjadi pribadi non bullying kepada yang lebih muda, dan semua kebaikan yang mengacu pada moral,”jelas Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Lydia Freyani Hawadi saat membuka acara pelatihan mendongeng untuk guru PAUD di Depok beberapa waktu yang lalu.
   
Sementara Direktur PT Panen Cipta Kreasi Perkasa, Helena Muljanto menambahkan, pada saat sekarang storytelling digunakan sebagai sarana pendidikan karakter di sekolah-sekolah. Melalui perusahaan yang dipimpinnya pada tahun 2012 lalu telah diluncurkan serial buku bergambar berbahasa Inggris “The Tale of Didgit Cobbleheart” dimana serial ini mengemas pengajaran budi pekerti dalam format edutainment yang dinikmati oleh komunitas G-O-A (Guru-Orangtua-Anak).
   
Sejak perusahaan yang juga dikenal sebagai Lily & Eddy yang dipimpin Helena berdiri Februari 2012, lalu storytelling seperti dituturkan Helena, telah dengan antusias diterima lebih dari 70 sekolah dan institusi di Jabodetabek dimana lebih dari 5000 anak telah mendengarkan cerita pertama Didgit Cobbleheart secara live, di luar panti asuhan dan rumah sakit yang dikunjungi serta melalui kerjasama dengan media-media yang mengajarkan anak jalanan.
   
Lebih lanjut Helena menambahkan situs www.didgitcobbleheart.com atau www.bukubudipekerti.com, dirancang khusus guna mendukung buku-buku dalam serial ini dan telah mendapatkan lebih dari 6.000 kunjungan, dengan jumlah keanggotaan yang telah melampaui 1.000 anggota. Website ini juga berhasil menarik keanggotaan dari manca negara seperti Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa, Australia, Singapura, Kanada, dan lain-lain.
   
“Bagi Anda yang ingin anaknya mendapatkan pendidikan budi pekerti yang baik, silahkan bergabung di komunitas ini,”pinta Helena.
   
Intinya menurut Helena pihaknya ingin pengajaran budi pekerti ini bisa diberikan sebanyak-banyaknya kepada anak-anak bangsa Indonesia, di tengah carut-marutnya kondisi moral bangsa yang menghiasi berita-berita terkini di media massa seperti kasus korupsi, perkosaan, premanisme, dan lain-lain.
   
Di dalam storytelling cerita Helena, mereka juga melakukan game-game interaktif dan bertanya kepada anak-anak soal cerita dongeng tersebut mengenai tema apa yang menyentuh mereka. Games tersebut menjadi teman bersahabat, bergandengan tangan dan menyanyi bersama sehingga menjadi kelompok yang bahagia atau happy family. Selain storytelling, pihaknya juga kata Helena membagi-bagikan poster Didgit Cobbleheart, dimana di dalam poster tersebut memuat foto-foto aktifitas putra-putri mereka.     
   
“Cerita dalam storytelling dari Didgit Cobbleheart membangkitkan daya kreatif. Biasanya berdurasi 30 menit dan sisanya diisi dengan games dan sesi foto bersama anak-anak dengan guru mereka,”tutur Helena.
   
Setelah setahun tepatnya 14 Februari 2013 lalu, pihaknya kata Helena mengumumkan peluncuran lagu perdana Didgit Cobbleheart yang berjudul “My Name is Didgit” (Namaku Didgit).  Lagu mengenai karakter Didgit Cobbleheart ini merupakan pengembangan dari serial buku bergambar anak-anak berbahasa Inggris “The Tale of Didgit Cobbleheart” yang diluncurkan 15 Februari 2012 lalu.
   
Dikemas dalam format karaoke animasi menarik, agar anak-anak dan orang dewasa dapat bernyanyi bersama. Lagu ini dapat dilihat dan dinikmati di situs www.didgitcobbleheart.com- klik logo YouTube di kanan bawah, di Facebook Didgit Cobbleheart atau di Twitter/ Twitter @cobbleheart.
   
“Versi lagu karaoke ini mencoba menghadirkan “ajakan-ajakan” budi pekerti secara sederhana. Penggunaan bahasa Inggris dimaksudkan agar semakin banyak anak di dunia yang dapat memahami ajakan Didgit untuk menjadi anak yang berbudi baik dan berhati besar,”ujar Helena.
   
Format lagu edutainment interaktif tambah Helena ini dapat memudahkan orangtua dan pengajar dalam mengajarkan budi pekerti ke anak-anak atau murid-murid mereka. Anak-anak pun dapat lebih cepat membantu menyebarluaskan cerita-cerita budi pekerti kepada teman-temannya jika mereka menyukai apa yang mereka dengar dan nyanyikan.
   
Karenanya diharapkan dengan kehadiran lagu ini sambung dia akan semakin banyak komunitas GOA (Guru-Orangtua-Anak) yang akan terlibat secara aktif dalam pengajaran budi pekerti generasi muda bangsa Indonesia.

Daya Imajinatif
Salah satu manfaat dari storytelling adalah mengembangkan daya imajinatif anak selain mencerdaskan anak-anak bangsa melalui cerita-cerita yang mengandung nilai moral dan budi pekerti. Storytelling bisa dijadikan alat atau jembatan untuk tercapainya misi dan visi pendidikan karakter.  Selain dapat mengasah fantasi dan imajinasi anak didik di sekolah, mendongeng juga sebagai metode penyampaian pesan-pesan moral yang sangat efektif kepada siswa. Bukan hanya itu, kegiatan mendongeng juga merupakan alat terbaik dalam proses peyegaran dari suasana yang menegangkan kembali ke suasana yang menyenangkan.
   
Pemerhati Anak Usia Dini Lely Tobing mengatakan, dongeng bisa dilakukan kapan saja sesuai keinginan ibu dan anak. “Biasanya lebih nyaman dilakukan pas mau tidur, karena kondisi sudah sangat tenang. Anak-anak juga nyaman mendengarkan. Harus diceritakan hal-hal yang berisi pendidikan moral, akhlak, budi pekerti atau cerita yang ringan saja. Pokoknya harus kreatif bercerita,” kata Lely.
   
Pendidikan anak usia dini kata dia sangat penting dilakukan karena hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan otak anak berlangsung pesat pada usia tiga tahun pertama. Orang tua dalam hal ini harus menyiapkan anak usia pra-sekolah mencapai kematangan guna mengikuti pendidikan dasar.
   
PT Frisian Flag Indonesia misalnya aktif mendukung pembangunan karakter anak-anak usia pra-sekolah melalui pelatihan mendongeng dan pelatihan karakter bagi tenaga pengajar PAUD  di empat kota besar di Indonesia, yakni Depok, Semarang, Purwokerto, dan Surabaya.
   
Corporate Communication Manager PT Frisian Flag Indonesia, Andrew F. Saputro mengatakan, program pelatihan itu dilatarbelakangi oleh pemahaman bahwa orang tua selalu ingin dan mengupayakan yang terbaik agar dapat dapat tumbuh dan berkembang cerdas secara optimal.
   
Agar tumbuh kembang anak optimal, mereka  harus mendapat asupan nutrisi yang baik dan stimulasi dari lingkungan.
   
“Pemberian nutrisi ini berupa makanan bergizi, termasuk susu, vitamin, dan suplemen. Sedangkan stimulasi yang diberikan adalah memasukkan anak usia dunia ke sekolah, memberi kursus tambahan, dan melalui permainan edukatif seperti mendongeng,” kata Andrew beberapa waktu yang lalu.

Sumber: Harian Sinar Harapan, edisi Selasa 16 April 2013

Editor: Farida Denura

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia