Jakarta, Kompas - Target angka partisipasi kasar
pendidikan anak usia dini pada tahun 2014 sebesar 75 persen dari total
30 juta anak usia dini, yakni berumur 4-6 tahun, akan sulit tercapai.
Sampai saat ini saja baru tercapai 34 persen. Salah satu penyebabnya,
masih ada 15.382 dari total 67.172 desa di Indonesia yang belum memiliki
satu pun lembaga PAUD.
”Dari 33 provinsi, baru 10 provinsi yang
semua desanya sudah memiliki PAUD (pendidikan anak usia dini),” kata
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Lydia Freyani Hawadi, Rabu (20/6),
di Jakarta.
Ke-10 provinsi itu adalah Sumatera Barat, Kepulauan
Bangka Belitung, DKI Jakarta, Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Kepulauan Riau. ”Akan ada
kebijakan satu desa satu PAUD,” kata Lydia.
Pihaknya, lanjutnya,
juga mengimbau lembaga pendidikan dan tenaga kependidikan membuka
program studi PAUD. ”Kalau tidak ada yang khusus menangani anak-anak
usia dini, saya khawatir target APK tidak akan tercapai,” kata Lydia.
Untuk
mempercepat capaian target, Lydia akan meminta tambahan alokasi
anggaran untuk PAUD nonformal informal (PAUDNI) dari Rp 3,2 triliun pada
tahun ini menjadi Rp 7 triliun. Tambahan anggaran itu salah satunya
untuk membangun PAUD di 15.382 desa.
Tunjangan
Tambahan
anggaran itu juga diharapkan bisa menyelesaikan tunjangan sertifikasi
352.464 pendidik dan tenaga kependidikan PAUD. Mereka terdiri dari
267.576 guru taman kanak-kanak dan 84.888 pengasuh atau pembimbing
tempat penitipan anak dan kelompok bermain.
Secara terpisah,
Inspektur Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Haryono Umar
mengatakan, PAUD menjadi penting karena Indonesia mempunyai kesempatan
memperoleh bonus demografi, yakni jumlah penduduk usia produktif lebih
besar yang akan diraih pada tahun 2020-2035. Bonus demografi ini bisa
menjadi modal dasar untuk meningkatkan produktivitas bangsa di semua
bidang.
”Karena itu perlu investasi besar-besaran mulai dari
PAUDNI hingga perguruan tinggi. Jangan sampai ada anak yang tidak
sekolah karena alasan ekonomi,” kata Haryono. (LUK)
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
Menghadiri Halal bi Halal Fakultas bagi saya penuh kegembiraan krn bs jumpa dengan para guru/senior yang telah pensiun. Nah salah satu ...
-
Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa manusia membutuhkan hidayah atau petunjuk agar selalu berada diatas jalan keselamatan. Sesun...
-
Foto bareng bersama guru yang saya hormati Prof.Dr. Yaumil Achir, usai wisuda Magister Psikologi@Psikologi UI, Depok. 1989. Saat diw...
-
Akhirnya cita-cita saya untuk ikut Kursus Singkat Angkatan (KSA) atau yang namanya sudah berubah menjadi Program Pendidikan Singkat Angkatan...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)