Masa SMA sudah lebih dari 45 tahun yang lalu..ada beberapa kenangan dan catatan
dengan Reni yang masih saya ingat.
Setiap hari tugas kami bertumpuk banyak ; sibuk dengan PR – setiap mata pelajaran harus ada PRnya dan bersiap-siap untuk “ulangan mendadak” yang diwajibkan untuk setiap mata pelajaran…Capek..
Tapi, kami beruntung sekali karena Sanur membekali kami juga dengan “Leadership”.
Awalnya, saya dan Reni ikut di kegiatan Retreat yang diadakan di Sukabumi bersama kira-kira 30 orang kawan yang lain selama 3 hari 2 malam. Tempatnya asri, sejuk, bersih.
Setiap hari tugas kami bertumpuk banyak ; sibuk dengan PR – setiap mata pelajaran harus ada PRnya dan bersiap-siap untuk “ulangan mendadak” yang diwajibkan untuk setiap mata pelajaran…Capek..
Tapi, kami beruntung sekali karena Sanur membekali kami juga dengan “Leadership”.
Awalnya, saya dan Reni ikut di kegiatan Retreat yang diadakan di Sukabumi bersama kira-kira 30 orang kawan yang lain selama 3 hari 2 malam. Tempatnya asri, sejuk, bersih.
Acaranya dengan Noble Silence – alias tidak berbicara, kecuali waktu acara
diskusi… terbayang kan…sulitnya untuk Noble Silence bagi kami… semuanya cerewet…
Acaranya cukup padat dari pagi sekali yang selalu diawali dan diakhiri dengan berdoa di malam hari.
Acaranya cukup padat dari pagi sekali yang selalu diawali dan diakhiri dengan berdoa di malam hari.
Nah, di situ kami belajar dan berdiskusi, ada role play, ada panel diskusi,
belajar pidato, belajar rapat pleno…belajar berdebat…seruuu..Kami diberi kasus seolah berada di suatu tempat yang terkena
bencana, putus komunikasi dengan pihak luar, kondisi kritis tanpa air dan makanan. Hanya
ada dua pilihan : apakah kami membuat pemancar radio untuk berkomunikasi atau
kami membuat peralatan pembuat Oksigen
untuk bernafas dengan sisa peralatan yang ada ???.
Nah, kami berdebat…karena ternyata pilihan berbeda…
Seru ya, Ren.
Setelah Retreat itu, kami mendapat “proyek sosial” dari Suster Fransesco – Kepala Sekolah kami.
Nah, kami berdebat…karena ternyata pilihan berbeda…
Seru ya, Ren.
Setelah Retreat itu, kami mendapat “proyek sosial” dari Suster Fransesco – Kepala Sekolah kami.
Ini sebenarnya bagian dari Latihan “Leadership”. Melatih kepekaan dan tanggung
jawab sosial kami. Perlu kan sebagai seorang pemimpin ?
Saya dan Reni kembali ikut dalam proyek ini.
Saya dan Reni kembali ikut dalam proyek ini.
Seingat saya, setiap 2 atau 3 minggu,
kami jadi relawan di sebuah “Rumah Sakit” di Tangerang yang pasien-pasiennya
adalah orang-orang yang tidak mampu sama sekali untuk membayar biaya berobat.
Tempatnya jauuuh.. Pertama naik kendaraan umum, jalan kaki, naik angkot umum disambung dengan angkot yang kami sewa karena
tempatnya tidak terjangkau angkot umum.
Macam-macam pasiennya; ada yang mengalami gangguan jiwa, ada yang patah tulang
korban kecelakaan dll..
Tempat ini juga merupakan rumah bagi para Lansia yang tidak ada lagi yang mampu
merawat .
Para relawan punya tugas yang cukup banyak . Minggu ini membersihkan kamar
tidur para pasien, menjemur kasur, selimut,
bantalnya, membersihkan kamar mandi
pasien. Minggu depannya mengajak ngobrol
para Lansia, membacakan surat dari keluarga ( kalau masih ada yang ingat mereka…sedih
deh ), atau menuliskan surat untuk keluarga mereka.
Minggu yang lain lagi, kami membantu Suster yang bertugas di RS itu untuk
menyortir pakaian-pakaian sumbangan dari berbagai sumber, menjemurnya, merapikan dll dll.
Tempat yang tidak pernah terbayangkan ; kok ada pasien, Lansia yang tidak ada keluarga yang merawat ?..kok ada Suster yang mau merawat orang-orang ini ..??
Reni masih ingat kan ?.
Dari sana saya mengenal Reni yang tidak mudah menyerah, punya determinasi yang kuat, percaya diri akan pilihannya, tapi menghargai pilihan atau pendapat yang berbeda ( kita kadang berbeda pendapat ya,Ren)
Ren,
Terima kasih untuk “life journey “ bersama di SMA Sanur yang indah…
Laksmi Djuwita
SMA Sanur Angakatan 75
Jakarta Januari 2022
Tempat yang tidak pernah terbayangkan ; kok ada pasien, Lansia yang tidak ada keluarga yang merawat ?..kok ada Suster yang mau merawat orang-orang ini ..??
Reni masih ingat kan ?.
Dari sana saya mengenal Reni yang tidak mudah menyerah, punya determinasi yang kuat, percaya diri akan pilihannya, tapi menghargai pilihan atau pendapat yang berbeda ( kita kadang berbeda pendapat ya,Ren)
Ren,
Terima kasih untuk “life journey “ bersama di SMA Sanur yang indah…
Laksmi Djuwita
SMA Sanur Angakatan 75
Jakarta Januari 2022