Selasa, 08 Desember 2020

BERHAJI


Kami naik haji tahun 1996 dan saat itu telah memiliki lima anak, terkecil Ali saat kami tinggal masih berumur 15 bulan. Alhamdulillah kami ikut kloter terakhir dan bisa kembali bersama kloter pertama.

Kami tiba dini hari di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Cukup waktu untuk mandi, dan sholat Subuh. Sekitar jam 07:00 kami digiring ke parkiran bus, memasukan koper dan tas kami masing-masing di perut bus. Bus yang kami tumpangi ke Makkah benar-benar nyaman. Sepanjang perjalanan rombongan kami melafazhkan talbiyah " Labbaik Allahumma labbaik..Labaika laa syarika laka labbaik..Innal Hamda wan ni'mata laka wal mulk. laa syarika lak.." berulang-ulang..Suami saya dengan semangat mengeraskan suara, sementara saya dan jamaah perempuan hampir-hampir tidak terdengar suaranya, cukup bersuara didengar orang disampingnya.
Perjalanan dari Jeddah ke Makkah yang berjarak 87 km sangat saya nikmati. Saat itu mata saya terus menerus melihat ke kiri dan kekanan sambil berdecak kagum. Bus kami beberapa kali berhenti, ada beberapa tempat saat itu yang toiletnya belum bagus. Ini yang bikin "stress"..
Rombongan kami tinggal di apartemen dengan kasur, bantal dan gulingnya masih rapih dalam plastik, yang susah dibuka. Diantara teman-teman rombongan, rasanya kami yang paling santai. Mereka membawa beras dkk, rice cooker, ember, gayung, tali jemuran, rinso sachet, dls. Saya bilang dari awal sama suami kita fokus ibadah. Jadi makan di luar dan pakaian di londri.Suami sepaham. Jadi kami di apartemen tersebut hanya 5 jam, abis Isya langsung tidur dan kembali jalan jam 3 pagi. Terus seharian di Masjidil Haram sholat pindah-pindah gate dan lantai. Pas break mampir ke lounge Hotel Hilton, sambil sekalian numpang ke Rest Roomnya. Kami beruntung saat itu masih bisa gunakan toilet mereka. Alhamdulillah naik haji dimudahkan dari awal berangkat sampai pulang lancar.
Dari Aziziah ke Masjidil Haram 3 km, dan kalau berjalan kaki bisa 40 menit'an. Setelah drop koper di kamar, saya yang ga sabar ingin lihat Masjidil Haram bilang ke suami "kita jalan sendiri saja yuk sekarang..nunggu rombongan kelamaan". Suami setuju dan kami pamit ke ketua rombongan, yang baru sekali itu pergi naik pesawat dan ke luar negeri.
Menunggu shuttle bus kelamaan saya ga betah, jadi naik omprengan yang kebetulan sliwar sliwer di depan kami. Sekali jalan kena 5 Saudi Riyal.
Hal yang menguntungkan kami tinggal di kawasan Aziziah adalah dekat dengan Arafah dan Mina. Kami belum lama di Mekkah, tahu-tahu sudah tanggal 9 Dzulhijjah.
Kami naik bus lagi di tengah lautan manusia yang menuju Arafah, baik berjalan kaki maupun berkendaraan mobil dan bus. Masih jelas dalam ingatan saat mabit di Muzdalifah, lempar jumrah aqabah 7 kali, lempar tiga jumrah di hari tasyriq, mabit pada malam tasyriq, saat ihram dari miqat, dan melakukan tawaf wada.
Hal yang berkesan saat wukuf ada pengumuman Ibu Tien Soeharto wafat, kami jamaah semua berduka cita dan menengadahkan doa dipimpin pak Kyai agar Almarhumah masuk dalam jannahNya yang tertinggi diampuni dosa kesalahannnya, dan diterima semua amal ibadahnya.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia