Reporter:Sarah Ervina Dara Siyahailatua
Editor:Mitra Tarigan
TEMPO.CO, Jakarta - Pemilihan umum
dilaksanakan pada Rabu, 17 April 2019 di seluruh Indonesia . Seolah
menjadi suatu kebutuhan wajib bagi pemilih untuk memamerkan jari bertinta dan mengunggahnya di media sosial.
Mungkin, sebagian dari Anda melakukannya untuk ajang pamer. Namun, menurut psikolog Lydia Freyani Hawadi, hal tersebut lebih dari sekedar pamer. Melainkan, ini menunjukkan identitas seseorang sebagai individu yang memiliki tanggung jawab. “Posting foto jari menunjukkan responsibility-nya sebagai seorang warga negara yang baik. Artinya, mereka secara langsung bilang ‘saya tidak golput’,” katanya saat dihubungi TEMPO.CO pada 16 April 2019.
Lebih dari itu, foto yang nantinya mendapat feedback berupa like juga akan memberikan penghargaan untuk diri orang itu sendiri. Mereka merasa komitmen dan keinginan untuk memajukan negara dengan mencoblos diapresiasi oleh teman-teman di sosial media. “Intinya ada reward yang didapat,” katanya.
Oleh karena itu, ia pun tidak melarang siapapun untuk mengunggah foto jari bertinta setelah pemilu. “Tidak masalah karena dari pandangan saya, hal tersebut positif,” katanya.
Sumber: Tempo
Mungkin, sebagian dari Anda melakukannya untuk ajang pamer. Namun, menurut psikolog Lydia Freyani Hawadi, hal tersebut lebih dari sekedar pamer. Melainkan, ini menunjukkan identitas seseorang sebagai individu yang memiliki tanggung jawab. “Posting foto jari menunjukkan responsibility-nya sebagai seorang warga negara yang baik. Artinya, mereka secara langsung bilang ‘saya tidak golput’,” katanya saat dihubungi TEMPO.CO pada 16 April 2019.
Selain itu, wanita yang lebih akrab dipanggil Reny ini pun mengatakan bahwa mengunggah foto jari bertinta dapat menjadi contoh atau role model bagi teman-teman di sekitarnya. Pasalnya, di era digital ini, orang lebih cenderung menghiraukan sesuatu yang ada di dunia maya. “Kalau kita mengunggah foto di sosial media seperti Instagram yang sedang viral, misalnya. Ini akan menjadikan kita role model agar mereka melakukan hal yang sama,” katanya.
Lebih dari itu, foto yang nantinya mendapat feedback berupa like juga akan memberikan penghargaan untuk diri orang itu sendiri. Mereka merasa komitmen dan keinginan untuk memajukan negara dengan mencoblos diapresiasi oleh teman-teman di sosial media. “Intinya ada reward yang didapat,” katanya.
Oleh karena itu, ia pun tidak melarang siapapun untuk mengunggah foto jari bertinta setelah pemilu. “Tidak masalah karena dari pandangan saya, hal tersebut positif,” katanya.
Sumber: Tempo