JAKARTA - Penggunaan bahasa ibu di era globalisasi
akhir-akhir ini sudah mulai luntur. Padahal, penggunaan bahasa ibu di
lingkungan keluarga sangatlah penting. Dengan menggunakan bahasa ibu,
seorang anak dapat diarahkan untuk belajar bahasa Indonesiadan bahasa
daerah dengan baik.
Kondisi ini mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar “Seminar Internasional dalam meningkatkan keaksaraan berbasis bahasa Ibu dan Teknologi dan Komunikasi (TIK)”.
Acara yang digelar di Hotel Atlet Century Senayan, dihadiri oleh Ichiro
Miyazawa dari Unesco Bangkok, Ulrike Mette Haneman dari Unesco
Institute for lifelong learning, Aliou Boly dari Unesco Education
Quality Analisys Framework, dan Menteri Pendidikan Timor Leste Benedito
Dos Santos Freitas. Selain itu, hadir pula Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini (Paudni) Kemendikbud Lydia Freyani Hawadi dan
juga Arief Rahman selaku ketua Harian Komite Nasional Unesco Indonesia.
Dalam seminar ini, para pemateri membahas tentang pengaplikasian
bahasa ibu serta fungsi penggunaan bahasa ibu di beberapa negara yang
tergabung dalam E-9, yaitu Indonesia, Bangladesh, Brazil, China, Mesir,
India, Meksiko, Nigeria dan Pakistan; serta negara-negara ASEAN+ yaitu,
Brunei Darussalam, Kamboja, Laos PDR, Malaysia, Myanmar, Filipina,
Singapura, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste. Kamus besar bahasa
Indonesia (KBBI) mendefinisikan bahasa ibu mempunyai arti bahasa pertama
yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama
anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat
lingkungannya.
Menurut Arief Rahman, di Indonesia harus
ada peraturan daerah untuk bahasa ibu, agar masyarakatnya tidak lupa
pentingnya bahasa ibu. “Indonesia adalah multilingual, masalahnya kita
masih fokus dalam penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, jadi
lupa pada bahasa ibu,” ujar Arief Rahman, saat ditemui Okezone, di Hotel Century, Jakarta, Rabu (31/10/2012).
Sementara
menurut Lydia, Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information ,
Communication and Technology (ICT), adalah strategi untuk penerapan Mother Tongue (Bahasa Ibu).
“Jadi,
selain membahas tuna aksara, kami juga membahas bahasa ibu, yang selama
ini sudah dilupakan. Saat ini yang lebih terkenal justru bahasa alay
dan prokem,” tutur Lydia.
Lydia juga berharap, Bahasa ibu
yang selama ini sudah dilupakan oleh masyarakat, harusnya sudah mulai
digunakan kembali melalui buku-buku dan strategi ICT itu sendiri.
(mrg)
Sumber: https://news.okezone.com/read/2012/10/31/373/711776/bahasa-ibu-jangan-sampai-pudar
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog Makalah ini disampaikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan Kurikulum dan Silabu...
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
-
Periode emas merupakan periode yang sangat vital atau sesuatu yang sangat penting di dalam suatu siklus. Periode emas pada anak yaitu ma...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M. Psikolog Dalam buku Understanding Your Life Through Color yang ditulis oleh Nancy Tappe (1982...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)