Makassar.PAUDNI – Alokasi
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD), baik tingkat Provinsi
maupun Kabupaten/Kota untuk membiayai pengembangan pendidikan anak usia
dini (PAUD) masih sangat minim. Padahal, untuk mewujudkan target satu
desa satu PAUD butuh biaya besar, sementara alokasi anggaran dari pusat
terbatas.
“Sharing APBD tingkat
Provinsi maupun Kabupaten/Kota terhadap pengembangan PAUD masih sangat
minim,” kata Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan
Informal (Dirjen PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr
Lydia Freyani Hawadi, Pskolog, saat menjadi nara sumber pada Rapat
Koordinasi Kebijakan Pengembangan Anak Usia Dini Holistik Integratif
tingkat Regional se Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat,di Hotel
Clarion, Makassar, Selasa (4/3/2014), malam.
Untuk menuntaskan target
satu desa satu PAUD di seluruh Indonesia, kata Prof Lydia, perlu
keterlibatan pemerintah daerah, karena kalau hanya mengandalkan alokasi
anggaran dana dari pusat tidak cukup dan butuh waktu lama.
Dikatakan, saat ini, share APBD Provinsi terhadap pengembangan PAUD masih di bawah 4 persen. Bahkan, APBD Kabupaten/ Kota share-nya masih di bawah 2 persen.
Dijelaskan, hingga kini,
masih ada sekitar 27.000 desa di seluruh Indonesia yang belum memiliki
lembaga PAUD. Jika hanya mengandalkan anggaran dari pusat yang terbatas
maka target untuk menuntaskan satu desa satu PAUD butuh waktu sekitar 13
tahun kedepan.
Salah satu strategi yang
ditempuh untuk mewujudkan target satu desa satu PAUD adalah menggandeng
istri kepala pemerintahan dengan menjadikannya sebagai Bunda PAUD.
Dimulai dari istri presiden sebagai Bunda PAUD Nasional. Terus
berjenjang ke bawah, istri gubernur, istri bupati/ wali kota hingga
istri lurah/ desa.
Cara tersebut dinilai cukup efektif. Saat ini sudah ada beberapa kabupaten yang mampu mewujudkan satu desa satu PAUD.
Guru Besar Psikologi
Universitas Indonesia itu juga menyinggung pentingnya inovasi PAUD
sebagai salah satu upaya mencegah buta aksara, serta memberi rasa nyaman
bagi anak sehingga bisa menikmati belajar di sekolah dasar. (Rusdy
Embas/BP PAUDNI Reg. III Makasar)