Minggu, 22 Oktober 2017

Dirjen PAUDNI: Pentingnya Edukasi Gizi Sejak Dini

JAKARTA – Pemahaman pentingnya asupan gizi yang baik dan mencukupi melalui edukasi gizi sejak dini perlu dilakukan tidak hanya di rumah, namun juga di lembaga pendidikan, termasuk pendidikan anak usia dini.
 
“Karena di tempat ini anak-anak mendapatkan pengalaman, sosialisasi, serta pengajaran pada masa terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka” kata Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, pada acara Event Nutritalk dari Sarihusada di Jakarta, Selasa (21/5).
 
Menurut Dirjen, esensi dari PAUD adalah pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai dengan  tahap tumbuh-kembang anak dan dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar.
 
“Penanaman kejujuran, disiplin, cinta sesama, cinta tanah air, dan semua nilai yang positif lain termasuk pengetahuan mendasar mengenai gizi perlu pembiasaan dan harus dilakukan secara terus menerus,” tambahnya.
 
Ini semua, jelas Reni-Akbar-Hawadi—sapaan akrab Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, memerlukan keteladanan yang baik dan konsisten disamping penguasaan yang baik pula tentang prinsip-prinsip PAUD yang benar.
 
Untuk itu, persiapan dan pengembangan generasi emas ini memerlukan keterlibatan dan dukungan semua pihak, mulai dari orangtua, keluarga, masyarakat, perguruan tinggi yang memiliki jurusan atau konsentrasi PAUD, dan tentunya pemerintah.
 
Gizi, tambah Dirjen, merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian Direktorat Jenderal PAUDNI karena untuk  tumbuh kembang anak usia dini, segala kebutuhan esensi anak harus terpenuhi seperti gizi, kesehatan, pendidikan, perawatan, pengasuhan, kesejahteraan, dan perlindungan.
 
“Untuk itu Ditjen PAUDNI mendorong penyelenggaraan PAUD Holistik integrative yaitu PAUD yang mencakup pendidikan dan layanan terhadap pemenuhan seluruh kebutuhan dasar anak, termasuk kesehatan dan gizi mereka,” ujarnya.
 
Semua Zat Gizi
Hal senada disampaikan ahli gizi Dr. Elvina Karyadi. Dia  mengatakan pada dasarnya, makanan anak usia dini antara usia 2-6 tahun harus memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan sesuai tahapan tumbuhkembang mereka.
 
“Saat ini salah satu masalah gizi yang dihadapi anak Indonesia bukan melulu  karena kekurangan gizi makro seperti protein, karbohidrat, lemak, namun kekurangan gizi mikro atau vitamin dan mineral,” kata Dr. Elvina Karyadi yang juga Direktur Micronutrient Initiative Indonesia (MII).
 
Di tengah kenyataan anak Indonesia masih menghadapi beban gizi ganda, katanya, kurang gizi dan kelebihan gizi, dukungan dan stimulasi orangtua dalam menanamkan pola makan sehat dengan gizi seimbang pada anak, sangat penting karena status gizi anak akan membawa dampak pada kehidupan mereka selanjutnya, dari mulai masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut.
 
Hal inilah yang dicanangkan Sarihusada yang saat ini sudah mendukung 13 PAUD percontohan di Yogyakarta baik dalam bidang pembinaan tenaga pengajar maupun pengembangan materi pengajaran tambahan berbasis nutrisi sebagai bagian dari  program ‘Ayo Melek Gizi’.
 
Salah satu program yang dikembangkan adalah ‘Kebun Nutrisi’ mini sebagai bagian dari kegiatan belajar di PAUD Rumah Srikandi Kemudo, Klaten. Program ini mengajak anak belajar tentang pentingnya gizi sejak dini dengan cara yang menyenangkan yaitu belajar menanam dan dan merawat tanaman sumber pangan bergizi.
 
Menurut Head of Corporate Affairs Division Sarihusada Arif Mujahidin, kini pihaknya melakukan kegiatan sosial  yang memfokuskan pada edukasi gizi ke berbagai pihak termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat, juga organisasi masyarakat di tingkat akar rumput untuk meningkatkan pemahaman tentang zat gizi dan kebutuhan pemenuhan zat gizi dalam pola makan sehari-hari khususnya pada 360 minggu pertama dalam kehidupan mulai pra kehamilan hingga anak usia 6 tahun. (Sugito/HK)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia