Oleh: Rio Sarwono
Saya sudah mengenal beliau sejak SMA, karena satu sekolah dengan dua kakak saya dan satu adik saya di SMA Santa Ursula. Waktu itu saya pacaran dengan Siska, adik Reni yang paling cantik. Alhamdulillah menjadi istri saya sampai sekarang, dan memberikan tiga anak serta tujuh cucu. Sebagai anak sulung dari enam adik, Reni tampak diandalkan oleh mami terlebih setelah papi wafat. Saya hanya sempat sebentar mengenal papi Doelli Hawadi, mertua saya, kalau tidak salah baru tiga bulan pacaran dengan Siska. Saat ditinggal papi, Reni baru kelas 3 SMA namun ia sudah diberi tanggung jawab besar oleh mami untuk mengurus semua adik-adiknya maupun hal-hal lain berkaitan dalam pekerjaan mami sebagai pengusaha konveksi.
Sepengamatan saya sejak
SMA itu Reni sudah terlihat sangat-sangat rajin belajar, sehingga menjadi juara
terus di kelasnya. Kerajinan belajarnya itu diteruskan hingga mahasiswa, sehingga
dengan mudah mendapatkan beasiswa untuk pendidikannya baik di jenjang S1, S2
dan S3. Namun Reni bukan anak yang hanya melulu belajar di dalam rumah karena Reni
itu juga suka berorganisasi. Semasa mudanya Reni sangat giat berorganisasi,
baik di kampus (Senat Mahasiswa, BPM dan Dewan Mahasiswa) maupun di lingkungan rumah (Karang Taruna).
Setelah lulus perguruan tinggi bahkan sudah berumah tangga Reni masuk dalam banyak
organisasi seperti Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI
POLRI (FKPPI), Himpunan Wanita Karya (HWK), SOKSI, Kowani, dan lain-lain.
Karena kepandaiannya, maka dalam semua organisasi itu beliau selalu dipilih
menjadi pengurus.
Bagi Reni, organisasi itu
bisa jadi hanya ajang bergaul saja, bagaimanapun Reni tetap menomor satukan karirnya
sebagai dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Jadi saya tidak heran,
ditengah kesibukannya berorganisasi dan membesarkan keenam anaknya, Reni berhasil
menyelesaikan gelar Doktornya di usia dibawah 40 tahun. Bahkan saya salut saat Reni meraih gelar Profesor
yang merupakan gelar jabatan fungsional tertinggi dalam dunia pendidikan.
Artinya Reni berhasil mencapai puncak karier dalam pekerjaan dosen yang dia tekuni sejak muda. Saya pun ikut bahagia bahwa dalam
keluarga saya mempunyai tiga orang, yaitu kakak kandung dan kakak ipar yang mempunyai
gelar Profesor.
Salah satu keberhasilan
Reni yang membanggakan keluarga besarnya
adalah ia menjadi wanita pertama yang menjadi
Direktur Jenderal PAUDNI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan R.I.
(sekarang disebut Ditjen PAUD dan Dikdasmen). Capaian ini boleh diacungin
jempol, karena jabatan Dirjen itu adalah jabatan Eselon 1, satu tingkat di
bawah Menteri. Dan jabatan itu sama dengan jabatan almarhum ayah saya yang
menjabat sebagai Inspektur Jenderal Departemen Pertahanan R.I. (sekarang
disebut Kementerian Pertahanan R.I.). Semoga semua hal baik yang pernah
dikerjakan dan diraih Reni dapat diikuti bahkan dilampaui oleh putera-puteri
dan menantu-menantunya.