Sabtu, 26 Februari 2022

RENI TEMAN TARI JAWAKU

Oleh: Mardiati Nadjib-Hadiyin Rifai |Guru Besar Universitas Indonesia

Mengenang kepingan kenangan masa kecil yang menyenangkan meski sudah lebih dari setengah abad lalu tetap saja melekat dan bersyukur. Punya lingkungan dan teman sobat kecil yang baik pasti melekat di kenangan. Reni teman kecil ku..seperti apa yaaa sosok yang bernama lengkap Lydia Freyani Hawadi jaman dulu?

Orangtua kami bekerja di PT Sepatu BATA, yang area pabriknya kala itu berada di Kalibata, Jakarta Selatan. Kalau dilihat dari sejarahnya  BATA  di Indonesia  sudah ada sejak tahun 1931…yang jaman dulu terkenal banget sepatunya ya... Saya ingat pernah ibu Hartini Soekarno dan putra-putranya Taufan-Bayu kunjugan ke pabrik sepatu BATA. Masa itu bisnis belum seheboh sekarang... jumlah penduduknyapun sepertinya separuh dari jumlah penduduk sekarang ini. Jakarta nyaman, quiet menyenangkan, udara bersih bebas polusi,  ke sekolah pun -SD Waringin- aku berjalan kaki. Namun saat itu rasanya dari rumah ke kantor bapak ku di Kalibata jauhhhhh banget hehehe....

Tidak jauh dari pabrik PT Sepatu BATA, selanjutnya ku singkat BATA saja ya.. melewati rel sedikit ada perumahan untuk para pimpinan/direksi. Di lingkungan BATA ini saya ingat memiliki teman bermain di rumah yang seru.. ada putra putri om-tante Kunto, yang seumuran aku namanya Yuni (Sri Yuni Kuntari) ...ada putri om Sumampauw  (Karen ya kalau ngga salah)... Dan kenalan aku bertambah saat ada nasionalisasi perusahaan asing..Untuk BATA, pemerintah menunjuk Kepala Kuasa Usaha nya adalah  Bapak Doelli Hawadi, seorang tentara. Om Hawadi begitu saya memanggilnya  memiliki putra-putri nahhhhh neng Reni satu ini yang sepantaran saya. Dari saat kenal sudah kelihatan “beda” hehe.. Reni itu berani, supel, smart...

Walau ortu Reni tidak menetap tinggal di kompleks Kalibata, namun ortunya disediakan rumah dinas. Dan secara berkala saat para direksi  berkumpul di rumah dinas Om Hawadi, aku diajak Bapak Ibu juga…sehingga bisa  ketemuan di Kalibata dengan anak-anak sebayaku. Biasanya anak-anak bermain  dan berenang di kolam renang yang memang ada di town house  rumah dinas BATA. Berasa mewah lo saat itu....Pikir pikir kita dulu itu dalam lingkungan kecil yang akrab ya Ren.... Belum lagi sesekali ortu kita naar bovend ke villa BATA di Puncak..waah tambah asik! Kami naik mobil masing-masing, masih ingat Reni dan adik-adik naik mobil kalau ga salah Impala yaa (aku coba googling Ren..untuk tahu persis) dan aku beserta keluargaku naik mobil Holden yang belum pakai AC sehingga kaca jendela harus selalu terbuka.  Perjalanan puncak terasa jauuuuh..kami melewati Cililitan terus ke jalan raya Bogor..dan berhenti sejenak di Bogor Permai untuk minum dan makan jajanan khas Bogor. Setelah cukup istirahat perjalanan dilanjutkan…Kami melewati Istana Bogor dan sebagai anak kecil seneng sekali  rasanya melihat banyak rusa  di halaman Istana. Aku masih ingat saat jalan kaca mobil sengaja kubuka untuk merasakan semilir angin  dari udara sejuk Puncak (aku googling lagi, suhu udara di Puncak rata-rata 14-20 derajat Celcius).

Villa BATA kalau tidak salah ingat berada diatas, mungkin di Cipanas.. masih penuh dengan deretan pohon-pohon Cemara. Begitu sampai  kami masing-masing menju bungalow yang disediakan untuk setiap keluarga. Fasilitas villa boleh dikata cukup lengkap. Ada permainan  meja soccer kayu, karambol, meja pingpong…dan juga kolam renang. Aku kakak beradik, bersama kamu dan adik-adik kamu Nita dan Siska, juga Yuni  bersama dua adiknya tidak sabar untuk berenang sementara orang tua kita memilih menikmati jagung bakar sambil ngobrol. 

Ada satu pengalaman bersama Reni yang tidak terlupakan adalah belajar menari bersama  dengan guru Bapak dan Ibu Sampan Hismanto, guru tari Jawa yang terkenal saat itu... Kayaknya peran aku dan kamu Ren.. itu jadi kijang-kijang kecil hehe  dan ada tante mbak cantik yang jadi kijangnya…Oia di kedua  pergelangan kaki  kami dipakaikan kerincingan klintingan tembaga lonceng (kalau aku googling, disebutkan  ukurannya 1,5 cm dan biasa disebut  kerincingan klintingan Unyil). Jadi setiap kali  kami berdua bergerak akan  terdengar suara nyaring kerincingan klintingan dari pergelangan kaki kami. Suara  kerincingan klintingan ini menambah semarak suasana  di tengah suara demung, saron, gambang, kendang, bonang dan gong dari gamelan.

Boleh dikata kami waktu kecil memang sering diajak pentas Ramayana…Di Istora pernah juga.. Ingat-ingat lucuuu yaa menari Jawa jadi kijang kreasi pak Sampan, hitung-hitung olah raga dengan melenturkan badan dan mencintai budaya Jawa.... Sampai sekarang saya suka lo Ren dengar gending Jawa, ingat almarhumah Ibu yang  konsisten menyemangati (setelah nikah dengan urang Sunda sadar deh  gending Sunda juga ternyata indah juga,, juga gending Bali... pokoknya Indonesia kaya budayanya).... Inget ya Ren..latihan narinya sering di kantor IDI Menteng.. Kamu tuh Ren rajin dan semangat ...kalau hari Minggu pas latihan sudah siap-siap di pinggang mengikat selendang tari…. Ternyata sampai sekarang memang begitu modelnya kamu ya Ren hehehe..

Lucunya, ternyata profesor satu ini kok ya nikah dengan teman SMP saya, Ijul hehehehe.... Beneran ngga nyangka ketemu lagi dengan Reni puluhan tahun kemudian sudah jadi orang pula.... saya panggil Reni, wong seumuran adik saya Amal Fuadi, kayaknya mereka juga termasuk yang gaul deh, ngga seperti saya yang cenderung “ngumpet’ hehehe.... Tante Hawadi saya ingat cantik, rapi dandannya, baik, sedangkan om Hawadi itu serius ya, nah anak-anaknya terbukti berpendidikan dan sukses.. Sampai sekarang Reni dan Ijul Alhamdulillah teryata ngga lupa sama kami teman masa kecilnya.. Sukses selalu ya Ren, sehat, bahagia dengan keluarga, semoga Allah memberi karunia usia barokah, selamat dunia akherat.

 

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia