Oleh: Dr.dr.Basuki Supartono, Sp.OT.,FICS., MARS
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Belum
lama ini saya dikontak oleh mbak Reni (Prof. Dr. Lydia Freyani
Hawadi, M.M., Ketua Dewan Guru Besar Fakultas Psikologi UI). Saya terkejut, sebab lama nian kami tak bertegur
sapa. Mungkin sudah lebih 40 tahun. Apalagi di masa pandemi ini. Covid-19
membuat kesibukan saya sebagai tenaga kesehatan sedikit meningkat. Untuk panggilan, saya biasa menyapa beliau dengan mbak Reni -
mohon maaf, Prof. Karena beliau sudah
berpesan, “Yang nyaman saja, Bas.”
Komunikasi
terakhir justru dengan suami mbak Reni, yang saya sapa dengan Bang Zul (Drs. H. Zulkifli Akbar, Psi., M.Si). Waktu itu kami sama-sama ngebirokrat
di Kemenpora dimana beliau merupakan salah satu pejabat.
Memori
saya berselancar. Di tahun 1980, saya adalah mahasiswa fakultas Psikologi
Universitas Indonesia. Mbak Reni senior
saya. Ketika itu Senat Mahasiwa membuat
program tentiran untuk para mahasiswa baru. Saya masih ingat bagaimana
beliau menentir kami. Tutur kata, cara mengajar, ketrampilan
menyampaikan pesan pembelajaran dan lain-lain sungguh inspiratif. Saya belajar
bagaimana berkomunikasi yang efisien dan efektif. Saya juga mendapat framing
belajar yang enak dan mudah tapi sukses. Hal itu terbawa sampai sekarang.
Memang
mbak Reni sangat kampiun prestasinya, baik di kampus maupun di luar kampus. Sampai
sekarang pun terbukti beliau sukses mengemban amanah di berbagai bidang. Di bidang pendidikan sebagai guru besar, di
bidang birokrat, di aktifitas sosial kemanusiaan, bahkan di media sosial. Profil masa depan beliau sepertinya tergambar sejak
mbak Reni menentir dan berinteraksi dengan kami para yuniornya. Saya melihatnya
demikian.
Dinamika
kampus tahun 80 di era orde baru ditambah dengan kesibukan perkuliahan membuat kami jarang bertemu. Saya sibuk di
bangku kuliah, diseling dengan demo aksi kemahasiswaan. Sampai akhirnya pada 1983 saya meninggalkan
kampus Rawamangun menuju ke Surabaya. Kami tidak sempat bertukar salam ketika
itu. Interaksi di masa perjuangan mahasiswa di
era 80 an memberi warna dan dasar bagi kehidupan saya selanjutnya. Sari
patinya adalah ketekunan, kesabaran, keuletan, dan fokus pada tujuan. Saling
berbagi, memberi manfaat, dan peduli sesama menjadi karakter saya. Dan ini
menjadi landasan yang kuat bagi kehidupan saya sekarang. Terima kasih, Prof.
Dua
puluh lima tahun kemudian baru berjumpa lagi, itupun dengan suami beliau, bang Zul. Persahabatan masa lalu tak lekang oleh masa. Tali silaturrahim terjalin kembali, walau
secara tidak langsung.
Prof.
Reni, mbak Reni, semoga selalu eksis dan bermanfaat bagi rahamat alam semesta.
Sebagaimana sabda Rasulullah: “Sebaik-baik
orang adalah yang panjang umurnya dan banyak amalnya”. Selamat Prof. Semoga terus mengalir hasil
karya memberikan kesejukan buat kita semua. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Wassalaamu’alaikum
Wr Wb.
Tertanda,
Murid
tentiran
Basuki
Supartono (Ketua Angkatan Mahasiswa Psikologi UI tahun 1980/Ketua Angkatan Mahasiswa
UI tahun 1980)
Wassalamualaikum warohmatullahi
wabarokatuh