Rabu, 19 Januari 2022

Selalu yang Terbaik untuk Universitas Indonesia

 Oleh: Dr. Muhammad Luthfi Zuhdi,M.A.

Wakil Rektor UI Bidang SDM&Aset  Tahun 2019-2020; Direktur SKSG UI  Tahun 2017-2019

Atase Pendidikan dan Kebudayaan  KBRI Riyadh Tahun 2009-2013

 

Di mana bumi dipijak kita akan dipertemukan dengan teman, sahabat yang memiliki ide dan pemikiran yang sama. Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.Si., M.M.,Psikolog adalah salah satu sahabat yang dipertemukan ketika menjadi kolega di Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam UI (PKTTI UI) sejak tahun 2003an. Sebagai Sivitas Akademika Universitas Indonesia, kami mempunyai pemikiran yang sama untuk mencari cara bagaimana memajukan dan mengembangkan Universitas Indonesia. Pemikiran tersebut membawa kami bersama kolega yang lain, Dr. Ramzy Tadjuddin, menghadap Dekan Fakultas Psikologi UI, Prof. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono (1997-2004) untuk membicarakan perihal pembukaan  kajian Psikologi Islam di Program Studi Kajian Timur Tengah dan Islam. Berawal dari diskusi tersebut, pada tahun 2004 di Program Studi KTTI secara resmi dibuka pengkhususan Kajian Islam dan Psikologi. Istilah Psikologi Islam dalam hal ini tidak digunakan dengan pertimbangan untuk menghindari polemik dan perdebatan.

Momen lain yang saya ingat bersama Prof. Reni adalah setahun ketika kepemimpinan Kajian Timur Tengah dan Islam vakum dengan berakhirnya masa jabatan Dr. Mustafa Edwin Nasution, S.E., M.Sc., pada tahun 2009 kami menghadap ke Rektor UI pada masa itu Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri. Dalam perbincangan tersebut Rektor mendorong Prof. Reni (yang baru beberapa bulan memperoleh gelar guru besarnya) untuk menjadi Kaprodi KTTI. Pada mulanya Prof. Reni menolak dengan alasan Kaprodi KTTI biasa dipimpin oleh akademisi laki-laki karena terkait kajian keislaman. Dalam pandangan Prof. Reni dirinya tidaklah pantas menjabat sebagai Kaprodi KTTI hanya karena perempuan. Pada saat seperti itu, bersama kolega dari Program Studi KTTI yang lain, kami memberi dukungan dan dorongan kepada Prof. Reni untuk mau menerima jabatan Kaprodi KTTI karena kami percaya pada kemampuan beliau. Akhirnya beliau menjabat sebagai Kaprodi KTTI periode 2009-2012 dan saya sendiri tidak lama kemudian mendapat amanah menjadi Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di KBRI Riyadh. Walau sudah jauh, saya masih mengikuti dan mendengar kabar tentang kiprah Prof.Reni mengelola KTTI, yang semakin maju di bawah kepemimpinannya.

Ada saja ide yang dijalankannya untuk mengenalkan KTTI lebih luas pada khalayak seperti lecture series baik dari pakar lintas bidang ilmu dari dalam negeri sampai mengundang ambassador. Pembicara dari yang di undang bukan hanya terbatas Duta Besar negara-negara Middle East saja  namun juga   H.E. Scot Marciel  Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Amerika Serikat untuk Indonesia  dan H.E. Martin Hartfull Duta Besar Kerajaan Inggris untuk Indonesia pernah menjadi pembicara tamu KTTI yang di siarkan secara bauran yaitu audiens hadir langsung dan juga secara video confreence.

Saya juga mendengar bahwa Prof.Reni berhasil mengajak Rektor UI ke Iran untuk melakukan penanda tanganan MOU dengan  empat perguruan tinggi disana  antara lain Univesity of Teheran. Namun sayang program tersebut belum sempat terlaksana karena  setelah tiga tahun memimpin Prodi KTTI, di hampir penghujung masa jabatannya pada tahun 2012 Prof.Reni dilantik Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I.  sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Non-Formal, dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Masih banyak momen lain selain dalam kegiatan akademis yang mempertemukan dengan Prof Reni. Salah satu yang berkesan saat saya bertugas sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di KBRI Riyadh. Prof. Reni berkabar bahwa beliau sedang umroh dan andaikan bisa bertemu dengan saya. Bukan suatu kebetulan jadwal saya saat itu ada  meninjau penyelenggaraan pendidikan masyarakat Indonesia di Makkah,   jadi bertemulah kami di tempat Prof. Reni menginap di Hotel Hilton Mekkah. Akhirnya saya dan istri juga Prof. Reni dan suami berbincang tentang banyak hal, termasuk tentang keluarga. Dari pertemuan ini kesan saya menjadi bertambah tentang Prof.Reni. Beliau seorang pribadi yang terbuka, hangat dan memiliki keinginan tahu yang besar ..selalu bertanya  dan bertanya..

Inilah momen-momen baik kami, Prof. Reny adalah sahabat dan kolega di mana saya banyak belajar dari beliau. Selamat ulang tahun, semoga Allah swt selalu memberikan karunia kebahagiaan dan keberkahan bersama seluruh keluarga. Amin ya rabbal alamin.

Jakarta. 17 Januari 2022

Salam hormat

Muhammad Luthfi Zuhdi


Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia