Oleh: Dr.Rahmat Ismail, Psikolog | Ketua PP HIMPSI Periode 2000-2004 dan 2004-2007
Suatu siang Reni menelpon saya selaku Ketua HIMPSI PUSAT. Tujuannya untuk konsultasi terhadap nama asosiasi yang akan dilahirkan.
Pada tahun 2000 bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, pemerintah meluncurkan program percepatan belajar. Selaku psikolog yang ikut membidani lahirnya program percepatan belajar, Reni merasa bahwa perlu ada asosiasi yang mengayomi psikolog yang bekerja menangani kasus siswa berbakat intelektual. Dalam pembicaraan melalui telpon meminta saran saya tentang nama asosiasi yang ia pikirkan yaitu Asosiasi Psikolog Keberbakatan. Saya mengatakan tahan dulu saya coba googling di American Psychological Association (APA), mungkin ada nama yang tepat. Akhirnya saya menelpon balik Reni dan memastikan bahwa nama yang pas yaitu Asosiasi Psikologi Sekolah Indonesia (APSI). Reni langsumg bisa menerimanya seraya menyebutkan ini memang cocok namum berarti fokus perhatian asosiasi jadi luas, tidak terbatas pada masalah gifted.
Sebelumnya saya juga menanyakan kenapa Reni tidak bergabung saja dengan APPI. Ia spontan menjawab, APPI bukan untuk psikolog tapi lebih tepat untuk guru. Jika psikolog bekerja di sekolah melakukan asesmen, diagnosa, dan intervensi dengan instrumen psikologi maka seharusnya bukan berada d APPI. Bagi Reni pendidikan profesi yang diberi di Fakultas menghasilkan psikolog sekolah, bukan psikolog pendidikan. Jadi penamaan asosiasi untuk psikolog yang bekerja di sekolah lebih tepat didalam APSI.
APSI dibawah kepemimpinan Reni sangat aktif dan tertib. Pada tahun 2006, mereka menyelenggarakan Temu Ilmiah dan Rapat Kerja Nasional dengan mengundang pihak Dirjen Man Dikdasmen Kemendiknas dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan di Jakarta.