Rabu, 23 Desember 2020

Pasar Cikini


Foto ini saya ambil saat di Public Market Centre@Seattle. Salah satu cara saya untuk memperoleh atmosfir kehidupan orang setempat saat berada di luar negeri dengan cara mendatangi public marketnya.

Datang ke pasar selalu membangkitkan episode ingatan saya di masa kanak-kanak awal, yang masih tinggal di Jalan Wahidin 1/D2 Jakarta Pusat dibawa mami ikut serta jadi asistennya ke pasar, baik Pasar Baru maupun Pasar Cikini.
Setelah mobil masuk halaman pasar, mami dan saya turun persis di belakang deretan para penjual pecah belah atau depan toko buku. Kami masuk di sela para penjual. Dan tidak lama beberapa anak laki-laki tanggung menawarkan jasa untuk mengangkat belanjaan kami nanti. Biasanya sudah ada langganan kami, kalau pas dia nongol kami pakai dia lagi.
Los pertama yang dikunjungi adalah yang pas di depan mata, deretan tukang pisang dengan berbagai pisang. Pisang Tanduk,Pisang Raja, Pisang Kepok digantung, sedang Pisang Susu dan Pisang Mas tersusun rapi pada alas daun pisang kering. Mami memilih pisang susu 2 sisir kesukaan kami, dan tiga pisang tanduk yang biasanya untuk direbus dan dicocol dengan kelapa parut.
Selesai dengan tukang pisang, saya menarik rok baju mami sambil nunjuk nangka yang wanginya mengundang selera. Belahan Nangka yang kuning ditutup atasnya ditutup dengan daun pisang tampak necis berjejer. Mami beli satu buah nangka ukuran seperempat Buah Nangka besar. Baru saja melangkah, matanya melihat susunan jambu bol ukuran besar berwarna merah di pikulan abang sebelahnya.
Sambil megang-megang setengah membungkuk, mami bertanya harganya. Tidak lama saya mendengar tawar menawar. Jambu Bol mmg jarang jadi harganya memang agak tinggi diantara buah2an. Disinilah seni belanja. Biasanya pake tarik ulur dulu kalau dirasa masih tinggi harganya si mami langsung melenggang..namun baru jalan bbp langkah si mamang sudah teriak memanggil "ayo neng ambil..biar jadi aja..naikin sedikit dah..ini penglaris..jambunya baru, noh lihat cakep..
Ga nyesel pokoknya" Si mamang sambil ambil bongsang siap menampung buah jambu yang mami pilih.
Anak laki-laki tanggung berperawakan kecil dan kurus sudah tampak repot membawa barang belanjaan. Mami lanjut berjalan ke arah tukang sayur, yang di depannya persis tukang gudeg. Jadi setiap kali beli sayur, mami mampir beli gudeg. Di depan kanan tukang gudeg, toko kue basah . Nah ini wajib bawa oleh-oleh orang rumah. Favourite yang dibeli itu apa ya namanya dililit daun kelapa warnanya coklat kenyal, kue lumpur dan serabi.
Penataan sayur mayur yang fresh di Pasar Cikini membuat nyaman berbelanja. Mami memberi secarik kertas bergaris dengan tulisan tangannya ke mamang tukang sayur" ini ya bang catatan belanjaan saya. Saya tinggal, nanti abis dari ke tukang daging, saya balik lagi"
Cara belanja cepat mami, saya copas abis. Saya malah buat beberapa kertas utk saya drop di tukang daging, tukang bumbu, dan tukang sayur langganan. Ini saya lakukan saat urusan di pasar misal utk vermaak baju, ganti ritsluiting yang perlu lalalili ngomong banyak dan makan waktu sementara target waktu sy di pasar saya batasi.
Pasar Cikini bukan hanya belanja buah, sayur mayur daging tapi juga keperluan rumah tangga lainnya.
Di deretan toko sebelah kanan agak di tengah, mungkin 6 toko dari kanan..itu langganan mami beli bahan pokok seperti beras, tepung, gula, minyak goreng Barco (masih beli literan bawa botol sendiri), corned beef, wijsman, keju Kraft, sirop Sarang Sari, Kecap 7, dan makanan kaleng lain seperti lychee dan peach. Juga beli kertas lem menjaring lalat.
Mau beli bedak, pensil alis, parfum, dls.. mami punya langganan namanya Simon, Toko B18 yang tokonya di kiri dan sepanjang lorongnya penuh dengan deretan tukang buah pikulan serta cincau.
Di sisi kiri pasar yang ada jalan, deretan toko tekstil. Walau jarang belanja bahan disini, sesekali mami beli bahan voering di toko langganannya.
Diujung dekat ke tukang daging mami biasa beli urusan untuk bersih-bersih seperti sapu ijuk, sapu lidi, pukulan lalat, pengki, tangkai pel yang masih model ditarik dan dimasukan kainnya, ember, lap, dls.
Saat jelang menikah, saya diajak mami ke langganan toko emas di atas. Saya dan Idjul mengukur jari manis kami. Dan melihat-lihat model cincin polos yang kami inginkan.
Pasar Cikini tempat saya beli perlengkapan alat tulis juga dan perangko. Saat masih usia TK papi memberi kesibukan yang menyenangkan yaitu filateli. Pulang dari kantor satu kantong map coklat ukuran folio berisi perangko bekas yang masih nempel d amplop. Papi mengajarkan saya cara mengangkat perangko yaitu dari rendam air di dalam mangkok.
Album perangko dibelikan papi dari toko buku di Pasar Cikini ini. Dan saya ikut ke pasar akhirnya jadi modus, untuk beli perangko. Aneka perangko yang tersusun dalam kantong plastik membuat saya selalu bingung memilih karena saya dibatasi hanya beli sekian rupiah.
Saya tertarik dgn stamp bertulis CCCP yang ada astronaut, Yuri Gagarin. Itulah peristiwa bersejarah umat manusia meluncurkan roket ke bulan pertama kali. Sayangnya uang saya gak cukup, saya hanya bisa beli perangko Indonesia seri alat musik dan seri binatang langka.

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia