Foto di atas ini mengingatkan saya masa-masa aktif selaku Ketua Pemberdayaan Perempuan DPP KORPRI era kepengurusan Ketua Umum Muhammad Feisal Tamin, 1999-2004. Saya satu-satunya unsur dari kampus, yang berarti bukan pejabat pemerintah.
Pasca Reformasi 1998, Korpri ingin dianggap netral, dan tidak mau dikaitkan dengan orde baru. Di era Reformasi sempat ada pembakaran seragam Korpri d kampus. Dan pengurus Korpri hasil Munas yang memilih Pak Feisal Tamin ingin Korpri kedepan berjalan mulus. Untuk alasan itu mgk saya yang dari kampus ditarik.
Saat diminta kesediaan jd pengurus, saya sempat kaget krn sepanjang yg saya tahu KORPRI identik dengan pejabat pemerintah. Sy menyampaikan pada Pak Sudarsono yang saat itu sdh jd pejabat disamping berstatus dosen UI bhw " Dar, gw cuma dosen lho...Dia lgs jawab " memang yang dicari dan diperlukan Pak Feisal Tamin unsur kampus, dan Doktor. Laki atau perempuan tidak masalah. Dan saya menominasi anda". Nah..segera fax CV ke sekretaris saya, Lola krn Kamis depan sdh pelantikan di HI. Jangan lupa siapkan seragam Korprinya ya bu". Baiklah, tp tolong dibantu ya Dar, ini bener pengalaman baru gw lho.. berada ditengah para pejabat. Tenang bu..sy jg baru koq di Korpri hehe". Terima kasih. Telpon ditutup. Percakapan dengan rekan prajab saya Darsono, yang Jawa banget, sopan dan baik.Beda dgn sy yg kebanyakan berbahasa gaul, elo dan gw..dia pasrah saja, dan sudah maklumin saya.
Hari pelantikan tiba, tidak satupun yang saya kenal kecuali Sudarsono. Kami satu persatu dipanggil ke atas panggung. Dan mulailah sy menghafal satu persatu. Ketua Umum DPP KORPRI adalah Menteri PAN dan semua Wakil Ketuanya adalah pejabat eselon 1 dari berbagai Kementerian/Lembaga. Wakil Ketua I adalah Prof.Dr. Ermaya Suradinata yang menjabat Gubernur Lemhanas R.I., Wakil Ketua II Dirjen Dikdasmen Kemendikbud, Dr. Ir. Indra Djati Sidi., Wakil Ketua III Drs. Ruchadi Dirjen Kemensos R.I dan Wakil Ketua IV Sekjen Kemenpar Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E.
Kesibukan para pengurus yang notabene adalah bos-bos di K/L msg-msg membuat saya harus bisa menyesuaikan diri dengan mereka.
Rapat Korpri hampir selalu muter di Kementerian sebelum Pak Feisal jadi Menteri PAN. Baru setelah itu kami rapat di Kantor PAN yang ada d pojok Jalan Sudirman, dan menghadap Jalan Senopati, Kebayoran Baru.
Sekretariat DPP Korpri di Gedung Proklamasi, awalnya lebih banyak rapat disini. Dan kalau rapat dilakukan malam hari, mulai jam 19:00 maka kl jam 21:00 belum selesai, saya akan pamit pada pimpinan rapat, dlm hal ini Ketum. Ini komitmen sy pada suami, bhw sesibuk apapun hrs ada batasnya. Jadi Idjul dan anak-anak jam 21:00 sudah stand by di parkiran Gedung Proklamasi, tempat DPP Korpri berkantor untuk menjemput saya. Beginilah cara sy menjaga keseimbangan antara kesibukan di luar rumah dan peran saya sebagai istri dan ibu.
Lima tahun jadi Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan DPP Korpri membuat saya memperoleh jaringan baru d K/L yaitu para Ketua Unit Korpri dan khususnya para Ketua yang mengurusi pegawai perempuan. Dan ini tentunya membawa manfaat pada saya.
Atasan sy lgs adalah Pak Indra Djati Sidi. Beliau sangat mensupport saya, rapat Bidang beberapa kali di Gedung E, Kemendikbud.
Program kerja saya padat setiap bulan, sy bikin acara d K/L secara berkeliling berupa seminar untuk menambah wawasan. Narasumber yang pernah diundang antara lain, Prof.Dr. Nasarudin Umar dan Hadar Gumay. Ada satu narsum perempuan, berpangkat bintang satu yang duduk di DPR RI bersuamikan seorang Kolonel. Kata-katanya yang tidak pernah saya lupa saat saya tanya apa saran untuk perempuan agr bisa mencapai jabatan puncak. Dia ( asli namanya lupa) berkata " perempuan harus memiliki tiga kali lipat kepinteran daripada lali-laki"Kalau sama, orang masih memilih laki-laki di jabatan tersebut. Menarik ya..
Salah satu kegiatan yang tadinya sy pikir bisa terus berlangsung di periode berikutnya dan menjadi ikon Korpri adalah Family Expo. Expo ini merupakan ide orisinal saya, dimana pada Hari Ulang Tahun Korpri semua PNS bersama keluarganya, suami/istri dan anak-anak mereka bisa bertemu dan berkegiatan bersama.
Bergaul dengan birokrat selama lima tahun membawa imbas pada diri saya. Saya pada akhirnya saya mengikuti boss saya Pak Indra, dan teman prajab saya Pak Darsono, yang dari dosen menduduki jabatan struktural tinggi, eselon 1a di Kementerian.