Oleh: Tiffany Chandra, S.Psi.
(Mahasiswi Profesi Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Angkatan 2017)
Sebagai mahasiswi Profesi Psikologi, saya harus menjalani masa praktik yang dikenal sebagai pengambilan kasus, atau secara resmi disebut sebagai PKPP (Praktik Kerja Profesi Psikologi). Dalam masa tersebut, saya akan mendapatkan 1 orang pembimbing sebagai supervisor untuk 2 kali pengambilan kasus. Pada bulan Oktober 2018, saya pun mulai mengambil kasus ketiga saya. Saat itu, saya diberitahu bahwa saya akan dibimbing oleh Prof. Reni hingga kasus 4.
Jujur, saat itu saya sangat khawatir. Saya sudah mendengar banyak pendapat dari kakak tingkat maupun rekan seangkatan mengenai "keras"nya Prof. Reni dalam membimbing. Prof. Reni dikenal sebagai sosok yang sangat disiplin dan sistematis. Saat itu, saya ragu apakah saya sanggup untuk memenuhi standar Prof. Reni. Saya tidak ingin mengecewakan Prof. Reni maupun diri saya sendiri.
Ternyata, setelah saya mengalami sendiri proses pembimbingan dengan Prof. Reni, hampir semua "kata orang" tersebut meleset. Memang benar bahwa Prof. Reni disiplin dan sistematis, tetapi saya menyadari bahwa cara didik tersebut memang diperlukan untuk mempersiapkan diri saya menjadi Psikolog yang berkualitas.
Sejak awal, Prof. Reni meminta saya membuat jadwal mengenai target-target yang akan saya capai setiap harinya terkait kasus yang sedang saya ambil, untuk melihat kedisiplinan saya. Beliau juga selalu mengutamakan kerangka teoritik sebelum saya mengambil data, agar saya lebih jeli dalam menggali data dan memiliki landasan yang kuat dalam bertindak. Saya jadi menyadari bahwa, meskipun masih belajar, PKPP ini bukan hal yang sepele, karena saya akan membuat keputusan dan saran untuk orang lain, yang tentunya tidak boleh salah! Masih banyak step-step lain yang sebenarnya sudah dijelaskan pula oleh mahasiswa bimbingan Prof. Reni yang lain, di tulisan lainnya.
Namun, saya mau menyampaikan 2 pelajaran besar yang saya dapatkan dari Prof. Reni, yang menjadi hal utama dalam refleksi kali ini. Pelajaran pertama adalah "Ketepatan Waktu". Prof. Reni sangat menghargai orang yang disiplin dan tepat waktu. Prof. Reni berkata bahwa sebagai Psikolog, kita juga harus memiliki harga diri. Kita tidak bisa juga menunggu klien kita yang terlambat terlalu lama, karena kita juga memiliki jadwal lain yang harus dilaksanakan. Selain itu, kita harus menunjukkan bahwa kita pantas dihargai. We are not born to be a people pleaser. Kita menghargai orang lain, tetapi juga wajib menghargai diri sendiri.
Pelajaran berharga kedua adalah "Konsistensi". Dalam penulisan laporan, Prof. Reni selalu menekankan konsistensi. Bahkan, beliau mempermasalahkan pemilihan huruf (kapital/tidak) yang tidak konsisten. Awalnya saya merasa bahwa hal tersebut tidak sepatutnya diperhatikan secara berlebihan, hingga akhirnya saya menyadari bahwa tidak akan ada klien yang percaya pada seorang Psikolog yang tidak konsisten. Tidak konsisten artinya sama saja dengan tidak dapat dipercaya. Makanya, ciri khas dari orang yang berwatak penipu adalah sikap berubah-ubah. Dan saya tidak mau menjadi Psikolog yang memiliki mental penipu!
Demikianlah, dari perjalan singkat dari Oktober-Desember 2018 ini, saya mendapatkan pelajaran berharga yang tidak saya dapatkan di buku ataupun jurnal. Sedikit banyak, perjalanan singkat dengan Prof. Reni ini telah mengubah cara pandang dan meningkatkan kualitas hidup saya. It is a life lesson and I am glad to have this opportunity to learn. Terima kasih Prof. Reni, semoga terus menjadi terang bagi anak-anakmu. Salam hormat.
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog Makalah ini disampaikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan Kurikulum dan Silabu...
-
Oleh: Dr. Pudji Astuty, S.E.,M.M | Ketua Program Magister Manajemen Universitas Borobudur Kala tahun 1995 Pascasarjana Magister Manajemen...
-
Kompas, halaman 11 Meski terjadi penambahan korban kekerasan seksual dan sejumlah persoalan legalitas sekolah di Jakarta International ...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)