Badan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang membidangi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan, UNESCO, memberikan apresiasi atas strategi penuntasan tuna aksara di Indonesia. UNESCO menilai Indonesia berhasil melaksanakan program penuntasan tuna aksara orang dewasa lewat berbagai program terintegrasi.
Pada Kamis (6/9) di Paris, Prancis, Indonesia menerima Penghargaan Aksara King Sejong dari UNESCO. Penghargaan diterima oleh Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Non-Formal dan Informal (PAUDNI) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Ella Yulaelawati.
Direktur Jenderal PAUDNI Kemdikbud, Lydia Freyani Hawadi mengatakan, pemerintah telah melakukan berbagai program seperti tuna aksara dasar yang dikombinasikan dengan kewirausahaan. Selain itu, pemberantasan buta aksara dilakukan dengan peningkatan kapasitas profesional tutor dan perluasan taman bacaan masyarakat (TBM) di ruang publik.
"Kita berhasil mendapatkan penghargaan ini karena dianggap UNESCO berhasil dalam peningkatan mutu penuntasan tuna aksara yang terintegrasi," kata Lydia lewat keterangan pers yang diterima wartawan, Kamis (6/9).
Menurut Lydia, pemerintah telah mendesain ulang program-progam penuntasan tuna aksara sejak tahun 2011. Dalam program keaksaraan dasar, penyandang tuna aksara dilatih baca tulis hitung (calistung) oleh tutor. Setelah menguasai, pada tahap berikutnya mereka mengikuti program keaksaraan usaha mandiri. "Untuk meningkatkan kompetensi keberaksaraannya, mereka diberikan kemandirian untuk usaha," ujarnya.
Lydia menjelaskan, pada tahap selanjutnya, para peserta mengikuti program multikeaksaraan untuk memelihara dan mengembangkan keberlanjutan keberaksaraan. Caranya ditempuh dengan mengenalkan internet, seni budaya, dan bahasa ibu. "Mereka juga dilibatkan membuat Koran Ibu," katanya.
Ditambahkan Lydia, pemerintah juga mencanangkan ada satu TBM di setiap 10 kecamatan. Untuk mewujudkannya, pemerintah menganggarkan Rp35 juta untuk setiap rintisan TBM. "Buku-buku yang ada harus sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat setempat," katanya.
Sebelumnya, Ella juga telah mengatakan, Indonesia menargetkan terbebas dari buta aksara tahun 2015. Jumlah penduduk buta atau tuna aksara tahun 2011 tercatat sebanyak 6,7 juta. Oleh karena itu, Indonesia menargetkan pengurangan jumlah penduduk buta aksara sekitar 2 juta setiap tahun. Dia merasa optimistis mampu mencapai target bebas buta aksara lewat sejumlah terobosan program.
"Indonesia sangat gesit dalam pencapaian tingkat keaksaraan. Dimulai dari Instruksi Presiden Nomor 5/2006 tentang Gerakan Nasional Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara, sampai sebagai sebuah gerakan yang hidup di masyarakat," papar Ella.
Menurut Ella, Indonesia sudah berhasil mencapai salah satu target Education For All (EFA) dari UNESCO yaitu peningkatan keaksaraan, sejak tahun 2010. Angka penduduk buta aksara di Indonesia terus menurun dari sejak 2004 sebanyak 15 juta, kemudian pada 2010 menjadi 7,5 juta, dan turun lagi tahun 2011 menjadi 6,7 juta. Oleh karena itu, UNESCO menantang Indonesia untuk mencapai bebas tuna aksara saat evaluasi EFA tahun 2015.
Ella pun menilai, pemberian King Sejong Award dari UNESCO menunjukkan program penuntasan tuna aksara di Indonesia sudah diakui secara internasional. "Tim juri terkesan dengan program meningkatkan kualitas keaksaraan melalui aksara kewirausahaan, budaya baca, dan pembinaan tutor, yang secara intensif dilakukan di seluruh masyarakat Indonesia dengan biaya APBN, APBD, swasta, dan masyarakat," ujar Ella.
Ella mengatakan, Kemdikbud menargetkan pemberantasan buta aksara tahun 2013 di tiga tempat yaitu Papua, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Ketiga daerah itu dipilih karena persentase buta aksara tinggi, namun tidak memiliki sumber daya manusia dan infrastruktur memadai untuk pemberantasan buta aksara.
Berdasarkan statistik, kata Ella, Jawa Timur menduduki peringkat pertama provinsi dengan penduduk buta huruf tertinggi yaitu mencapai 1.582.293 pada 2011. Sementara Jawa Tengah menduduki peringkat kedua dengan jumlah penduduk buta aksara 986.179.
Sumber: http://www.beritasatu.com/nasional/70226-unesco-akui-strategi-penuntasan-tuna-aksara-ri-sukses.html