Dede Suryana
JAKARTA - Rivaldi (11), harus tewas ditangan Rsk (11),
teman bermainnya sendiri, setelah bermain perang-perangan menggunakan
benda tajam serupa piranti tawuran. Apa kata psikolog?
Psikolog
dari Universitas Indonesia (UI) Reni Akbar Hawadi berpendapat, tingkah
laku anak yang cenderung garang dan buas ini dipengaruhi oleh salahnya
pola asuh dan kurangnya komunikasi antara anak dengan orangtua.
Berikut petikan wawancara okezone Guru Besar Psikologi Pendidikan Fakultas Psikologi UI:
Apa latarbelakangi anak seusai itu melakukan kekerasan, bahkan membunuh?
Peristiwa
ini menyedihkan sekali dan ini berhubungan dengan masyarakat sekitar
dalam mengasuh anak. In iindikasi betapa orangtua cuek terhadap
perkembangan dan kebutuhan anak. Jadi indikasi betapa masyarkat sudah
hidup nafsi-nafsi (sendiri-sendiri), tidak care terhadap orang lain.
Kecelakaan ini juga menunjukan betapa anak-anak pada fase perkembangan, dimana lebih banyak bersama peers (teman sebaya) dan ada kebutuhan besar untuk mengeksplorasi lingkungan.
Peran lingkungan?
Ya.
Rasa ingin tahu yang besar pada anak, ingin mencoba sesuatu yang baru
dan bertentangan dengan hal-hal yang belum diketahuinya. Satu sisi
kebutuhan ini perlu diakomodasi oleh lingkungan sang anak.
Jangan
sampai kurang bimbingan tentang mana bahaya dan tidak bahaya. Dan perlu
selalu diigatkan bahwa orangtua berperan besar, sangat besar malah,
pada seluruh aspek perkembangan anak.
Lingkungan dalam hal ini
berawal dari rumah, kemudian sekolah, masyarakat dan bangsa secara makro
memiliki andil besar dalam pembentukan karakter anak.
Bagaimana cara mendidik anak agar lebih peduli lingkungannya?
Anak
perlu diarahkan dibimbing. Masalahnya proses pola asuh di Indonesia
dianggap given. Padahal tidak bisa demikian. Bahwa pola asuh anak
haruslah diajar atau dilatih. Ini bagian pencerdasan untuk kaum ibu.
Jadi pemerintah sudah waktunya memberi perhatian besar dalam pendidikan
ibu. Ibu itu harus cerdas agar anaknya juga cerdas.
Dalam kasus
ini tampak sekali bahwa anak dengan santainya bermain perang-perangan
dengan benda tajam tanpa mendapat teguran dari orang tua atau orang
dewasa di sekitarnya. Orangtua mungkin berpikir anak seharusnya tahu
sendiri, mikir sendiri. Tapi hal ini tidak bisa. Tetap orangtua harus
ada komunikasi.
Kasus yang terjadi ini juga mewakili kondisi
masyarakat kita. Memang kurangnya komunikasi dua arah atau dialog antara
anak dengan orangtua.
Bukankah usia 11 tahun sudah mulai beranjak remaja?
Kalau
ya, bagi saya ini malah mengherankan karena dari sisi perkembangan
inteligensinya sudah mencapai tahap konkret operasional, artinya anak
usia antara 7-12 sudah mulai menggunakan imajinasi mental dan
simbol-simbol dalam proses berpikirnya dan bisa kebalikan proses
tersebut.
Artinya apa, anak sudah memiliki pemahaman tentang
benda-benda tajam yang akan dipergunakan dalam permainnaya adalah
berbahaya (walaupun orangtua misalnya tidak memberi tahu sebelumya)
tetapi yang terjadi pada anak ini seolah tidak tahu. Pertanyaanya,
apakah anak ini memiliki taraf intelejensi normal?
(ded)
Sumber: https://news.okezone.com/read/2011/03/11/62/433739/tak-ada-komunikasi-2-arah-antara-anak-orantua
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
Oleh: Dr. Pudji Astuty, S.E.,M.M | Ketua Program Magister Manajemen Universitas Borobudur Kala tahun 1995 Pascasarjana Magister Manajemen...
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M. Psikolog Dalam buku Understanding Your Life Through Color yang ditulis oleh Nancy Tappe (1982...
-
Periode emas merupakan periode yang sangat vital atau sesuatu yang sangat penting di dalam suatu siklus. Periode emas pada anak yaitu ma...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)