Setiap orang menginginkan yang terbaik bagi anak - anaknya. Segala hal
yang dianggap terbaik dilakukan agar kelak anak menjadi ' manusia
super'. Hati - hati terjebak dalam 'hyper parenting'.
Gim adalah bocah berusia tujuh tahun. Ia baru duduk di kelas dua sekolah
dasar. Tapi jangan tanya soal kesibukannya. Dalam sehari waktu Gim
dipadati dengan aneka kegiatan. Mulai dari les matematika, bahasa
Inggris, komputer, piano, dan masih banyak lagi. Gim bukan seorang
atlet, tapi soal nutrisi orang tuanya amat memperhitungkan asupan
protein, vitamin, dan zat gizi lainnya yang harus dikonsumsi si
buyungnya itu.
Orangtua Gim, William dan Gresy mengatur dengan seksama semua itu. Bagi
mereka inilah yang harus dilakukan agar Gim putra semata wayangnya ingin
tumbuh jadi sempurna dan menjadi orang yang berguana di masa datang. "
Kami ingin sangat serius dalam merawat Gim, kami tidak ingin Gim seperti
kami yang semasa kecil tidak mendapat cukup rangsangan dari orangtua,"
tegas William.
Bagaimana anak berkembang?
Bermain, bereksplorasi, berekspresi, berpendapat, dan bahagia. Inilah
seharusnya yang dilakukan anak - anak dalam kehidupan. Melalui keempat
hal tersebut anak - anak bisa mempelajari sesuatu sehingga bisa
mengembangkan seluruh potensi kecerdasan dan tumbuh kembangnya. Orangtua
hanya perlu memberi stimulasi yang sesuai dengan usia dan tahapan
tumbuh kembang anak. Stimulasi ini dapat diberikan setiap ada
kesempatan. Menurut psikologi pendidikan anak, DR. Reni Akbar Hawadi,
jika anak memiliki kemampuan melebihi tugas perkembangannya, misal di
usia tiga tahun anak sudah bisa mengeja huruf, orangtua boleh saja
memacu kemampuan anak supaya mereka bisa membaca,asalkan, dengan
stimulasi yang benar. " Tidak memaksakan kehendak, penuh kasih sayang
dan kegembiraan. Sehingga anak merasa nyaman dengan stimulasi tersebut,"
papar Reni.
Dalam perkembangannya anak - anak harus melalui tahapan - tahapan
perkembangan. Anak tidak bisa dipaksa untuk mencapai tahapan yang lebih
tinggi dari kemampuannya. Orangtua juga tak bisa memaksa anak menguasai
atau menyenangi semua hal yang dianggap baik. " Setiap anak punya bakat
yang berbeda, inilah yang perlu kita asah karena biasanya sesuai dengan
keinginan anak," ungkap Reni. Kursus atau kegiatan lain hanyalah
stimulasi tambahan bukan yang utama. Makanan yang bergizi juga sangat
penting, tapi tidak salah jika sekali - kali Anda mengajak anak makan
resto fastfood sekedar untuk berekreasi. "Tapi yang terjadi saat ini
justru sebaliknya. Bermain dan interaksi dengan orangtua dan teman
sebaya justru menjadi tambahan saja," imbuh Reni. Bisa dibayangkan anak -
anak tidak lagi hidup dalam kehidupan anak - anak. Jangan heran jika
banyak anak yang stres, tidak bahagia, dan tidak nyaman dengan dirinya.
Hyper parenting?
Pasangan William dan Gresy tentu berhak menyimpan harapan bagi anaknya,
Gim. Seperti orangtua pada umumnya, mereka pun ingin anaknya bisa tumbuh
optimal. Tapi, bahagiakah Gim dengan pengasuhan yang diterapkan
orangtuanya? Benarkah semua itu bisa mendongkrak kesiapan Gim menghadapi
masa depannya? Alvin Rosenfeld, M.D., dan Nicole Wise,peneliti,
pengamat perkembangan anak, dan penulis buku ' Hyper - Parenting: Are
You Hurting Your Child by Trying Too Hard?" mengkategorikan William dan
Gresy sebagai profil orangtua yang menjalankan ' hyper parenting' 'Hyper
parenting' adalah sebuah upaya orangtua untuk mengontrol semua
lingkungan anak. Hal ini dilakukan agar mendapat output atau profil anak
yang sempurna. Biasanya menurut kedua ahli ini, orangtua seperti ini
menyimpan kekuatiran yang sangat dalam akan masa depan anak - anak
mereka. Akibatnya, segala upaya baik dilakukan tanpa memperhatikan
kebutuhan si anak itu sendiri. Singkatnya ' hyper parenting ' adalah '
over scheduling' dan ' over enriching' kepada anak - anak.
Sementara itu, menurut Reni Akbar, 'hyper parenting' terjadi karena
orangtua merasa tak puas dengan pola asuh yang mereka dapatkan semasa
kecil. Biasanya mereka juga tak puas dengan semua yang sudah didapat
saat ini. "Bisa jadi mereka tidak puas dengan karir atau kehidupan
mereka secara keseluruhan," ungkap dosen psikologi Indonesia ini.
Akibatnya semua 'ketidakberuntungan ' itu dibebankan kepada anak.
Orangtua berharap anak - anak bisa memberikan dan mendapatkan apa yang
mereka tidak dapatkan. Padahal, belum tentu hal ini sesuai dengan
kebutuhan apalagi keinginan anak. Orangtua yang hyper kerap tak
menyadari bahwa upaya yang mereka lakukan justru bisa menjadi bumerang
bagi anak. Hanya karena orangtua yang hyper anak yang mempunyai potensi
bagus menjadi runtuh kepercayaan dirinya. Bisa juga anak yang sebenarnya
anak sangat penurun, karena gaya pengasuh 'hyper parenting' akan
menjadi pemberontak. "Kita suka lupa bahwa anak mempunyai kehidupan dan
perkembangannya sendiri. Kita hanya melihat anak sebagai obyek untuk
meraih sesuatu," ungkap Reni.
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
Oleh: Dr. Pudji Astuty, S.E.,M.M | Ketua Program Magister Manajemen Universitas Borobudur Kala tahun 1995 Pascasarjana Magister Manajemen...
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M. Psikolog Dalam buku Understanding Your Life Through Color yang ditulis oleh Nancy Tappe (1982...
-
Periode emas merupakan periode yang sangat vital atau sesuatu yang sangat penting di dalam suatu siklus. Periode emas pada anak yaitu ma...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)