Rabu, 25 Juli 2018

Potensi Tersembunyi Si Kecil

Kinara, 7 tahun, makin mahir menebak aneka gambar para pahlawan yang ditunjukkan gurunya. Dengan cepat gadis kecil berkulit hitam manis dengan mata tertutup itu mampu menebak gambar para pahlawan yang diajukan sang guru. "Saya puas. Awalnya Kinar tidak suka belajar, maunya bermain. Tetapi, setelah mengikuti program BCL, potensi bakat dan kemampuan akademiknya makin teruji," kata Roli, ibu Kinara, dengan perasaan bahagia.

Memang orang tua sering kali menguji anaknya cerdas dan berbakat hanya dari sisi akademisi. Alat ukurnya adalah tes intelligence quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual. Kalau IQ si kecil tinggi, orang tua pun sangat puas hati. Kini perkembangan zaman makin memberikan peluang untuk mencari alternatif mengembangkan potensi tersembunyi yang dimiliki si kecil, tak hanya kecerdasan intelektual, tapi juga bakat dan lainnya. Salah satunya melalui program Brain Child Learning (BCL), yang baru diluncurkan di Indonesia beberapa waktu lalu.

Jason Theo, yang mengusung program ini dari Singapura, mengatakan, "BCL merupakan program pikiran abad ke-21 yang sengaja dirancang untuk menonjolkan potensi tersembunyi si kecil. Ya, bakat, akademi, dan lainnya."

BCL diperkenalkan ke pasar internasional pada 2003 di negara-negara Asia, seperti Jepang, Cina, Singapura, Manila, dan Malaysia. Tahun ini program itu masuk ke Indonesia. Jason mengatakan programnya akan mengasah potensi tersembunyi dalam diri anak melalui metode sidik jari atau fingerprint yang dikombinasikan BCL. Dia menuturkan, ilmu sidik jari dikembangkan oleh Profesor Roger Lin dari Taiwan. Prof Lin membawa pulang hasil penelitian yang dia lakukan di Harvard University, lalu diperkenalkan di Taiwan dan Singapura.

Menurut dia, metode sidik jari bertujuan mengetahui potensi tersembunyi seorang anak. "Alat sidik jari ini mampu membaca kemampuan, kelebihan, dan kekurangan anak beserta solusinya dengan keakuratan hingga 95 persen," ujarnya sambil menjelaskan bahwa ada empat sidik jari, yakni jenis whorl, ulnar loop, radial loop, dan arch.

Adapun Lydia Freyani, guru besar psikologi Universitas Indonesia, mengatakan metode sidik jari tidak hanya dilakukan untuk melihat bakat dan kecerdasan anak. Namun bisa pula dipakai untuk orang dewasa yang ingin mengetahui bakat dan karier yang cocok baginya. "Metode ini lebih baik dari tes IQ. Sebab, kita dengan cepat dapat mengetahui potensi yang tersembunyi si kecil, seperti bakat dan kecerdasan," ujarnya.

Menurut dia, program ini kuat karena dikombinasikan dengan fingerprint. Wanita yang biasa disapa Frey ini menilai program itu merupakan penyeimbangan otak, yakni mengaktivasi otak bagian tengah. Menurut dia, selama ini otak bagian tengah jarang diaktifkan. Otak bagian tengah anak usia 5-15 tahun dapat diaktifkan. "Anak yang diaktifkan otak bagian tengahnya, daya ingat dan prestasi akademiknya akan lebih bagus. Bila anak melihat dengan mata ditutup, ia mahir membaca dan sebagainya, bukan magis atau sekadar permainan. Tapi otak tengahnya sudah diaktifkan dengan program ini," ujarnya.

Sementara itu, Leonardus Eko, pemegang lisensi BCL untuk Indonesia, menerangkan, keistimewaan programnya memacu anak memiliki mental reading. Tak aneh jika si kecil yang sudah mengikuti program ini dapat membaca atau melihat dengan mata tertutup. "Pada prinsipnya kombinasi fingerprint dan BCL mengoptimalisasi dan mengaktivasi otak yang bangun dari hibernasi," ujarnya.

Namun Frey menyebutkan keberhasilan program ini tidak dijamin 100 persen. Selain harganya mahal, berkisar di atas Rp 2 juta, seharusnya program ini dioptimalkan untuk prestasi akademi, bukan sekadar mainan tebak-tebakan. Dia menyarankan agar orang tua harus dilibatkan. "Jangan si anak saja yang ikut program ini. Akibatnya, bila tidak didampingi orang tua, hasilnya pun tidak optimal," ujarnya.

Empat Jenis Sidik Jari

Anak yang mempunyai sidik jari jenis whorl memiliki sifat ingin tahu; puas dengan alasan; ketika setuju dan percaya, dia akan melakukan sedikit atau setahap pekerjaan saja; berorientasi pada tujuan; dianggap keras kepala; serta cenderung menciptakan sistem mereka sendiri.

Adapun pemilik sidik jari jenis ulnar loop memiliki sifat sangat patuh dan peka terhadap orang lain, suka belajar dengan menyalin atau meniru, mudah dipengaruhi oleh lingkungan, cepat akrab dengan orang lain, ramah, kooperatif, dan cenderung mengikuti sistem.

Yang bersidik jari jenis radial loop cenderung memiliki pola pemikiran yang terbalik, model pemikiran yang tidak umum, menggunakan salah satu kepentingan sebagai pedoman ketika melakukan pekerjaan (bukan semata-mata logis atau alasan praktis), sangat setia kepada teman, cara mengekspresikan diri lebih unik, dan sulit mengungkapkan cinta dalam hatinya.

Pemilik sidik jari jenis arch dikenal sebagai genius print, di mana potensi yang mereka miliki tidak terbatas. Dalam hal belajar, jika ada hal yang dipelajari, hal tersebut dipelajari hingga dipahami. Namun mereka juga lebih terpengaruh oleh emosi, lebih konservatif, tidak menyukai perubahan, dan protektif. l HADRIANI P

Sumber: Tempointeraktif.Com

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia