Sabtu, 28 Juli 2018

Bukan Asal Tebak

TEMPO Interaktif, Seni membaca tulisan, tanda tangan, wajah, garis tangan, dan tarot bukan tak bisa dijelaskan dengan akal. Sumber seni membaca wajah, garis wajah, dan tarot memang didasarkan pada budaya Cina dan Latin. Tapi bukan berarti ilmu turun-temurun tak bisa dipelajari.

Bagaimana dengan kemampuan membaca tulisan dan tanda tangan atau disebut grafologi? Ternyata ilmu yang juga dipelajari di dunia psikologi ini secara umum gampang-gampang sulit.

Menurut psikolog dan pakar keberbakatan, Reni Akbar Hawadi, menganalisis tulisan tangan itu seperti melihat lukisan. Jika diperhatikan, setiap lukisan--sama halnya dengan tulisan--memiliki kesan umum. "Coba lihat tarikan garisnya, kemudian baru tentukan energi emosional si penulis," kata Reni ketika dihubungi beberapa waktu lalu.

Energi emosional ini bisa dilihat pada tekanan tulisan. Seberapa besar tekanan garis, maksudnya ketebalan dan kehitaman garis yang dibuat. Ini dapat diraba di belakang permukaan kertas yang ditulis. "Muncul atau tidak tekanannya," tutur doktor psikologi ini.

Energi emosional ini sangat merepresentasikan kepribadian penulis. Energi emosional memiliki dampak langsung terhadap karakter kepribadian si penulis. Energi ini, kata dia, merupakan kombinasi fisik dan tingkat energi.
Mereka yang memiliki tekanan besar--garis tulisannya tebal-tebal--biasanya memiliki kesuksesan tinggi. Mereka memiliki banyak vitalitas dan pengalaman emosional yang bertahan lama. Sebaliknya, tulisan yang garisnya tipis akan menghindari situasi yang menguras energi.

Indikator lainnya adalah kemiringan garis pada tulisan. Kemiringan garis ini adalah indikasi respons si penulis terhadap dunia luar. Misalnya miring ke kanan, "Itu tanda dari seseorang yang memiliki respons kuat terhadap situasi emosionalnya," kata mantan delegasi Indonesia di forum bakat internasional ini.
Miring ke kanan diartikan juga bersifat penuh perhatian, hangat, dan outgoing. "Mereka pada dasarnya memakai hati untuk mengendalikan pikiran mereka," Reni memberi tahu. 

Sedangkan garis tegak lurus menunjukkan bahwa si penulis mencoba bersikap rasional. Yang ini sebaliknya, "Pikiranlah yang menguasai hati mereka." Terakhir, tulisan yang miring ke kiri. Itu menunjukkan sifat penulis yang dingin dan indifferent.

Secara ilmiah, Reni menjelaskan, tangan itu dipandu oleh otak. Segala yang keluar dan tertuang dalam bentuk garis di kertas mirip dengan hasil dari sirkuit dua arah otak dan refleks motor tangan. Jadi, Reni melanjutkan, tulisan tangan menjadi poligraf atau oscilloscope seseorang.

Tapi tidak selalu mudah. Kesulitan membaca kepribadian lewat tulisan, menurut Achsinfina H. Soemantoro, grafolog Ashanda Consulting, akan muncul ketika sejumlah ketentuan mulai diperhatikan, seperti margin, spasi, bentuk huruf, garis dasar, atau kemiringan. "Jadi tak semudah membaca isi tulisan seseorang," katanya.

Namun lulusan magister psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta, ini menekankan, untuk mempresentasikan karakter individu, seseorang tidak cuma dilihat dari satu ketentuan di atas--melihat bentuk margin saja. Harus diperhatikan pula ketentuan-ketentuan lain yang sesuai dengan ilmu grafolog.
Misalnya untuk penekanan tertentu pada tulisan. Individu dengan bentuk tulisan tangan yang tampak berbentuk bulat akan cenderung mengedepankan cinta dan kasih sayang. Jadi biasanya memiliki karakter yang lemah lembut. Sedangkan yang kotak cenderung sebagai individu yang termotivasi untuk bekerja dengan tangan serta berpikir secara logis, praktis, juga disiplin.
HERU TRIONO

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia