Rabu, 21 Maret 2018

PAUD Masih Dimarjinalkan

Calon-calon pemimpin di tahun 2045 adalah anak-anak PAUDNI saat ini dan merupakan investasi yang harus dipupuk. Anggota Komisi X DPR RI, Popong Otje Djunjunan menilai Kemendikbud masih memarjinalkan PAUDNI. Padahal, usia dini merupakan masa keemasan.
    

Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal (PAUDNI) Lydia Freyani Hawadi mengatakan, kebutuhan PAUD di Indonesia mencapai 551.779. Namun jumlah  PAUD di Indonesia baru mencapai 174.367.
    
Dari 174.367 PAUD, kata Lydia, terdiri dari Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak 74.487, diikuti Kelompok Bermain sebanyak 70.477. Sedangkan Satuan PAUD sejenis mencapai 26.269 lembaga.
    
"Kurangnya jumlah PAUD di Indonesia juga disebabkan sedikitnya anggaran bagi PAUD. Padahal PAUD ini merupakan pendidikan dasar untuk menyiapkan generasi bangsa menuju masa depan,"ujar Lydia kepada media belum lama ini.
    
Program PAUD, terang Lydia, harus terus dikembangkan sebab pada tahun 2045, atau pada 100 tahun usia kemerdekaan, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Pada periode tersebut, Indonesia akan memiliki banyak pemuda-pemudi yang penuh potensi.
    
"Calon-calon pemimpin di tahun 2045 adalah anak-anak PAUD saat ini. Oleh karena itu, PAUD adalah investasi yang harus kita pupuk sejak saat ini,” kata Lydia.
    
Berdasarkan survei nasional BPS pada tahun 2010, terang Lydia, anak usia 0-9 tahun telah mencapai 45,93 juta jiwa. Pada tahun 2045, anak-anak tersebut akan berusia 35-44 tahun. Program PAUDISASI kata Lydia sangat penting untuk menyiapkan anak-anak menjadi calon pemimpin di masa mendatang.
    
Sementara anggota Komisi X DPR RI Popong Otje Djunjunan menilai Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan masih memarjinalkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) padahal jenjang pendidikan ini anak berada pada usia emas, sehingga harus mendapatkan perhatian yang serius.
    
"PAUD itu satuan pendidikan paling penting, karena anak-anak PAUD sedang berada dalam usia emas. Di sanalah anak-anak apakah akan menjadi sarjana, atau menjadi durjana. Itulah letak pentingnya PAUD, namun PAUD masih dimarjinalkan, dan kita masih mengutamakan pendidikan tinggi," ujar Popong, seperti dikutip Antara beberapa waktu lalu.
    
Popong, saat rapat kerja dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan M.Nuh, di Jakarta, menilai, justru pendidikan tinggi itu tidak terlalu berat, karena yang ditekankan adalah ilmu pengetahuan. Selain itu jika anak sudah menjadi mahasiswa, sudah sulit diubah budi pekertinya.
    
"Tenaga pendidik di PAUD juga harus betul-betul profesional. PAUD saat ini, masih terkesan asal-asalan, jadi rusak anak-anak itu," kata Popong.
    
Apalagi, kasus yang terjadi di Jakarta International School juga menimpa siswa PAUD, sehingga makin mengesankan PAUD masih dipandang sebelah mata.
    
"PAUD JIS syukur sudah ditutup. Dia sudah melanggar dua Undang-undang, yaitu UU Sistem Pendidikan Nasional dan UU Perlindungan Anak. Itu sudah berlangsung sejak 1998. Bayangkan, sudah berapa lama itu terjadi," tegas Popong.
    
Lydia juga mengungkapkan, Usia Dini merupakan masa keemasan (the golden age) seorang anak. Fase tersebut juga menjadi periode yang sangat penting dalam perkembangan fisik dan mental seorang manusia.
    
Menurut Lydia, tumbuh kembang anak pada usia dini sangat menentukan kualitas kecerdasan, kesehatan dan kematangan emosional di masa mendatang.
    
Ia menjelaskan, Peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tercermin dari jumlah lembaga PAUD yang terus bertambah setiap tahun. Hingga bulan Desember 2013, jumlah lembaga PAUD mencapai 174.367 lembaga se-Indonesia.

Investasi, Harus Dipupuk
Dari jumlah tersebut, lanjut Lydia, Taman Kanak-kanak (TK) menempati posisi teratas, sebanyak 74.487 TK, lalu diikuti Kelompok Bermain (KB) sebanyak 70.477. Sedangkan Satuan PAUD sejenis mencapai 26.269 lembaga.
    
Hingga akhir tahun 2014 sambung Lydia, tercatat ada 3.134 Taman Penitipan Anak. Ia menambahkan, Ditjen PAUDNI Kemdikbud akan memprioritaskan program PAUD. Sebab di tahun 2045, atau pada 100 tahun usia kemerdekaan, Indonesia akan mengalami bonus demografi. Pada periode tersebut, Indonesia akan memiliki banyak generasi muda yang penuh potensi. Calon-calon pemimpin di tahun 2045 adalah anak-anak PAUD saat ini.
    
Berdasarkan survei nasional Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, anak usia 0-9 tahun telah mencapai 45,93 juta jiwa. Pada tahun 2045, anak-anak tersebut akan berusia 35-44 tahun. Oleh karena itu program PAUDISASI sangat penting untuk menyiapkan anak-anak menjadi calon pemimpin di masa mendatang.
    
“Oleh karena itu, PAUD adalah investasi yang harus kita pupuk sejak saat ini,” pungkas Lydia.
    
Beberapa daerah di Indonesia menurut Lydia, masih memiliki angka partisipasi kasar (APK) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di bawah 50 persen.  APK Paud terendah berada di tujuh daerah Indonesia Timur seperti  Papua, Papua Barat, NTT, Maluku,Maluku Utara, Kaltim dan Kalbar.
    
Sementara Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ditjen PAUDNI Kemdikbud Erman Syamsudin, pada tahun 2013 jumlah anak usia 3 – 6 tahun mencapai 18.520.685 jiwa, APK PAUD nasional tahun 2012 mencapai 63,01 persen dan tahun 2013 naik menjadi 68,10 persen.
    
“Untuk provinsi yang memiliki APK PAUD tertinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 97,94 persen,”  ujar Erman.
    
Lebih jauh Erman menjelaskan, gambaran ketuntasan satu desa satu PAUD untuk tingkat ketuntasan nasional 69,4 persen yaitu dari 53.832 desa/kel. Ketuntasan di Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 100 persen, disusul DKI Jaya 99,6 persen, kemudian diurutan ketiga adalah daerah Bali 97,3 persern.
    
Sedangkan, kata Erman, untuk wilayah Sumatera pencapaian APK PAUD Provinsi Sumut 64,76 persen, Sumbar 63,7 persen, Riau 53,76 persen dan Aceh 53,34 persen. Karena itu, diperlukannya strategi dan upaya lebih serius dalam memenuhi target capaian kinerja Ditjen PAUDNI di tahun ini.
    
Diperkirakan, akan lebih dari 36 persen anak Indonesia akan mengalami hambatan layanan PAUDNI pada tahun 2015 bila tidak segera ditangani dengan serius.
    
PAUDNI di Indonesia eksistensinya dimulai sebelum masa kemerdekaan. Pada masa ini setidaknya dapat ditelusuri melalui dua periode, yaitu pada  masa pergerakan nasional pada penjajahan Belanda sekitar Tahun 1908-1941 dan masa penjajahan Jepang Tahun 1942-1945. Namun demikian keberadaan dan perkembangan PAUD di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan PAUD di dunia internasional.

Sumber: Harian sore Sinar Harapan

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia