Oleh Dr. Ade Kusmiadi
Mantan Kepala Pusat PAUDNI Regional 2 Semarang
Ketika itu tanggal 27 Januari 2012 Prof. Dr. Lydia Freyani
Hawadi, Psikolog dilantik sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini,
Pendidikan Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kementrian Pendidikan Nasional RI
menggantikan Bapak Hamid Muhammad,P.hD, tentu saja agak kaget, karena seorang
atasan langsung saya kali ini tidak kenal sebelumnya, saya tidak tahu asal
usulnya perjalanan kariernya kecuali sedikit yang saya tahu bahwa Ibu Reni
Akbar (panggilan akrab beliau) adalah Guru Besar Psikologi Universitas
Indonesia. Namun logika berfikir saya jalan, kemungkinan beliau diangkat di
Ditjen PAUDNI karena saat itu prioritas pembangunan pendidikan nonformal-informal
adalah pendidikan anak usia dini (PAUD), sehingga amat wajar kalau pemimpinnya
yang memiliki keahlian di bidang anak usia dini.
Selang tiga hari setelah pelantikan itu, kami
mengundang beliau untuk meresmikan
pembangunan beberapa fasilitas kantor kami (PP-PAUDNI Regional 2 Semarang) dan
sekaligus diminta memberikan pembinaan
kepegawaian kepada seluruh karyawan/karyawati kami, sebagai tradisi kami diawal
tahun anggaran, dan pada kesempatan yang sama saya memperkenalkan berbagai
program yang sudah dan sedang dikembangkan, terutama yang ada di sekitar kampus
PPAUDNI Regional 2, dari mulai Laboratorium PAUD (TK, KB dan Penitipan Anak),
Kursus, model Penangan Bencana Alam untuk PAUD dan Pendidikan Orang Dewasa
(POD), fasilitas pelatihan, dan teknologi informasi untuk pengembangan PNF
serta model-moel PAUDNI yang dikembangkan.
Kesan kunjungan pertama yang menarik bagi saya adalah :
1. Tidak
diduga sebelumnya kalau Ibu Reni Akbar ini berkenan bermalam di Wisma PPAUDNI
yang sederhana dan saat itu air panasnya sedang rusak, pedahal kantor kami
sudah menyiapkan hotel.
2. Kehangatan,
keterbukaan dan kedekatan dengan saya dan teman-teman di kantor membuat suasana
nyaman tidak ada kekakuan sama sekali..
3. Beliau
tertarik dengan segala hal terkait dengan program-program PAUDNI dan segala
fasilitas kami sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen PAUDNI.
Segala yang
terlihat beliau ditanyakan kepada saya dan teman-teman kepala bidang, kepala
sub bag umum dan beberapa pamong belajar. Nampak jelas, bahwa beliau ingin tahu
lebih banyak apa yang dilakukan oleh stafnya atau UPT di bawah binaannya.
Waktu terus berjalan, tiga tahun bukan waktu yang pendek
(2012 – 2014), diskusi-diskusi, workshop-workshop, rapat-rapat, kunjungan
lapangan termasuk membangun silaturahim dengan staf adalah rutinitas beliau
dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari. Namun bukan Ibu
Reni Akbar namanya bila kegiatan-kegiatan tadi dilaluinya begitu saja, tidak
dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab dan pengabdian penuh integritas dengan
capaian-capaian yang harus terukur.
“Setiap manusia adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan
diminta pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah SWT” (al-hadis). Rupanya
makna hakikat hadis itu yang beliau lakukan ketika memimpin Ditjen PAUDNI,
nampak jelas kebijakan dan sepak terjang beliau dalam kepemimpinannya. Selalu
ingin tahu detail proses munculnya kebijakan program dan anggaran sebelum
ditandatanganinya, semua harus dikerjakan tepat waktu, sesuai tugas dan
fungsinya masing-masing didukung degan data yang valid, dilaksanakan secara
profesional, tercatat dan terdokumentasikan dengan baik.
Yang tidak kalah menarik, selain sangat kuatnya penanaman
disiplin, tegas, korektif dan responsif juga masalah penataan kantor, baik
taman (exterior) maupun penataan ruangan (interior), harus tertata rapih,
serasi dan nyaman. Karena kondisi itu mencerminkan perilaku kepemimpinan dan
relasi staf yang kondusif.
Suatu hal yang unik dalam kepemimpinan beliau, adalah sering
berkomunikasi bahkan memberi tugas pada sepertiga malam, setelah selesai shalat
malam. Tentu beliau lakukan hanya kepada stafnya yang biasa mendekatkan diri
pada sepertiga malam itu. Bagi saya ini menarik karena saat itu fikiran lagi
tenang, lagi dekat-dekatnya dengan Alloh Yang Maha Rahman dan Rahim, sehingga
kejernihan fikiran pemimpin maupun yang dipimpinnya ada dalam kondisi yang
nyaman. Walaupu itu dilakukan hanya sewaktu-waktu saja oleh Ibu Reni Akbar.
Karena memimpin itu tidak selamanya dalam format yang formal dan kaku, maka Ibu Reni Akbar ini juga membangun silaturahim dengan stafnya secara baik, perhatian kepada stafnya yang ulang tahun, yang sakit dan yang hajatan, dan selalu memberi hadiah untuk anak buahnya apabila ada rejeki atau pulang dari event-event tertentu, namun sebaliknya beliau tidak mau menerima hadiah dari staf/atau bawahannya bahkan dari mitra kerjanya sekalipun, Ibu Reni Akbar tahu kalau itu akan menyakitkan hati si pemberinya, namun itu prinsif beliau.
Pelajaran yang diperoleh (lesson learned) selama
kepemimpinan Ibu Reni Akbar (2012 – 2014), adalah bagaimana memilah “memimpin
dengan penuh integritas” dengan “membangun silaturahim “. Dua hal yang sama pentingnya
dan harus dilakukan oleh seorang
pemimpin, seperti apapun cakupan kepemimpinan serta kadar dan kapasitas
tanggungjawabnya, kapan harus tegas dan tidak ada kompromi dan kapan harus
membangun ukhuwah dan memperkokoh persaudaraan dengan sesama.
Selamat untuk ibu dan keluarga, semoga keistiqomahan dalam
berintegritas dimana ibu berada akan tetap berlanjut dan memiliki makna yang
baik tidak hanya untuk ibu dan keluarga tetapi untuk semua yang bermitra dengan
Ibu. Semoga Alloh SWT memberikan keberkahan, perlindungan dan taufiq
hidayahnya. Aamiin
***