Selasa, 06 Maret 2018

Ibu Reni Akbar yang Saya Kenal Memimpin Dengan Penuh Integritas

Oleh Dr. Ade Kusmiadi
Mantan Kepala Pusat PAUDNI Regional 2 Semarang

Ketika itu tanggal 27 Januari 2012 Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog dilantik sebagai Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Nonformal dan Informal (PAUDNI) Kementrian Pendidikan Nasional RI menggantikan Bapak Hamid Muhammad,P.hD, tentu saja agak kaget, karena seorang atasan langsung saya kali ini tidak kenal sebelumnya, saya tidak tahu asal usulnya perjalanan kariernya kecuali sedikit yang saya tahu bahwa Ibu Reni Akbar (panggilan akrab beliau) adalah Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia. Namun logika berfikir saya jalan, kemungkinan beliau diangkat di Ditjen PAUDNI karena saat itu prioritas pembangunan pendidikan nonformal-informal adalah pendidikan anak usia dini (PAUD), sehingga amat wajar kalau pemimpinnya yang memiliki keahlian di bidang anak usia dini.

Selang tiga hari setelah pelantikan itu, kami mengundang  beliau untuk meresmikan pembangunan beberapa fasilitas kantor kami (PP-PAUDNI Regional 2 Semarang) dan sekaligus diminta  memberikan pembinaan kepegawaian kepada seluruh karyawan/karyawati kami, sebagai tradisi kami diawal tahun anggaran, dan pada kesempatan yang sama saya memperkenalkan berbagai program yang sudah dan sedang dikembangkan, terutama yang ada di sekitar kampus PPAUDNI Regional 2, dari mulai Laboratorium PAUD (TK, KB dan Penitipan Anak), Kursus, model Penangan Bencana Alam untuk PAUD dan Pendidikan Orang Dewasa (POD), fasilitas pelatihan, dan teknologi informasi untuk pengembangan PNF serta model-moel PAUDNI yang dikembangkan.

Kesan kunjungan pertama yang menarik bagi saya adalah :
1. Tidak diduga sebelumnya kalau Ibu Reni Akbar ini berkenan bermalam di Wisma PPAUDNI yang sederhana dan saat itu air panasnya sedang rusak, pedahal kantor kami sudah menyiapkan hotel.
2. Kehangatan, keterbukaan dan kedekatan dengan saya dan teman-teman di kantor membuat suasana nyaman tidak ada kekakuan sama sekali..
3. Beliau tertarik dengan segala hal terkait dengan program-program PAUDNI dan segala fasilitas kami sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Ditjen PAUDNI.

Segala yang terlihat beliau ditanyakan kepada saya dan teman-teman kepala bidang, kepala sub bag umum dan beberapa pamong belajar. Nampak jelas, bahwa beliau ingin tahu lebih banyak apa yang dilakukan oleh stafnya atau UPT di bawah binaannya.

Waktu terus berjalan, tiga tahun bukan waktu yang pendek (2012 – 2014), diskusi-diskusi, workshop-workshop, rapat-rapat, kunjungan lapangan termasuk membangun silaturahim dengan staf adalah rutinitas beliau dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari. Namun bukan Ibu Reni Akbar namanya bila kegiatan-kegiatan tadi dilaluinya begitu saja, tidak dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab dan pengabdian penuh integritas dengan capaian-capaian yang harus terukur.

“Setiap manusia adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah SWT” (al-hadis). Rupanya makna hakikat hadis itu yang beliau lakukan ketika memimpin Ditjen PAUDNI, nampak jelas kebijakan dan sepak terjang beliau dalam kepemimpinannya. Selalu ingin tahu detail proses munculnya kebijakan program dan anggaran sebelum ditandatanganinya, semua harus dikerjakan tepat waktu, sesuai tugas dan fungsinya masing-masing didukung degan data yang valid, dilaksanakan secara profesional, tercatat dan terdokumentasikan dengan baik.

Yang tidak kalah menarik, selain sangat kuatnya penanaman disiplin, tegas, korektif dan responsif juga masalah penataan kantor, baik taman (exterior) maupun penataan ruangan (interior), harus tertata rapih, serasi dan nyaman. Karena kondisi itu mencerminkan perilaku kepemimpinan dan relasi staf yang kondusif.

Suatu hal yang unik dalam kepemimpinan beliau, adalah sering berkomunikasi bahkan memberi tugas pada sepertiga malam, setelah selesai shalat malam. Tentu beliau lakukan hanya kepada stafnya yang biasa mendekatkan diri pada sepertiga malam itu. Bagi saya ini menarik karena saat itu fikiran lagi tenang, lagi dekat-dekatnya dengan Alloh Yang Maha Rahman dan Rahim, sehingga kejernihan fikiran pemimpin maupun yang dipimpinnya ada dalam kondisi yang nyaman. Walaupu itu dilakukan hanya sewaktu-waktu saja oleh Ibu Reni Akbar.
Karena memimpin itu tidak selamanya dalam format yang formal dan kaku, maka Ibu Reni Akbar ini juga membangun silaturahim dengan stafnya secara baik, perhatian kepada stafnya yang ulang tahun, yang sakit dan yang hajatan, dan selalu memberi hadiah untuk anak buahnya apabila ada rejeki atau pulang dari event-event tertentu, namun sebaliknya beliau tidak mau menerima hadiah dari staf/atau bawahannya bahkan dari mitra kerjanya sekalipun, Ibu Reni Akbar tahu kalau itu akan menyakitkan hati si pemberinya, namun itu prinsif beliau.

Pelajaran yang diperoleh (lesson learned) selama kepemimpinan Ibu Reni Akbar (2012 – 2014), adalah bagaimana memilah “memimpin dengan penuh integritas” dengan “membangun silaturahim “. Dua hal yang sama pentingnya dan harus dilakukan oleh  seorang pemimpin, seperti apapun cakupan kepemimpinan serta kadar dan kapasitas tanggungjawabnya, kapan harus tegas dan tidak ada kompromi dan kapan harus membangun ukhuwah dan memperkokoh persaudaraan dengan sesama.

Selamat untuk ibu dan keluarga, semoga keistiqomahan dalam berintegritas dimana ibu berada akan tetap berlanjut dan memiliki makna yang baik tidak hanya untuk ibu dan keluarga tetapi untuk semua yang bermitra dengan Ibu. Semoga Alloh SWT memberikan keberkahan, perlindungan dan taufiq hidayahnya. Aamiin
***

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia