JAKARTA - Sistem pendidikan nasional dinilai belum
optimal dalam memperhatikan masalah individual differences pada peserta
didik. Akibatnya, pendidikan yang diterima peserta didik dirasakan tidak
sesuai dengan kebutuhan individu sehingga berujung pada rendahnya daya
saing individu di dunia kerja.
Demikian dikemukakan Prof Dr
Reni Akbar Hawadi dalam rilis pengukuhannya sebagai guru besar dalam
Bidang Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia, di Balai Sidang UI,
Depok, Rabu (1/7/2009).
Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul "Membangun Peran Psikologi
dalam Pendidikan Nasional", Reni memaparkan, ketidaktepatan antara jenis
sekolah dengan kemampuan umum (kecerdasan intelektual) peserta didik
turut berkontribusi pada meningkatnya pengangguran, daya saing serta
indeks pertumbuhan manusia Indonesia yang rendah.
Kepala
Pusat Pusat Kajian Keberbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
ini merekomendasikan agar pemerintah melakukan diversifikasi jenis
pendidikan taraf mulai dari jenjang SMP. "Tidak semua murid SD memiliki
kecerdasan intelektual memadai untuk melanjutkan pendidikan ke SMP,"
imbuhnya.
Untuk itu, kata Reni, diperlukan sekolah setaraf
SMP untuk menampung peserta didik dengan IQ berkisar 70-89. Kelompok IQ
tersebut, tergolong sebagai anak lamban belajar atau slow learner yang
perlu diberikan "ruang" khusus agar tetap menjaga kepercayaan dan harga
diri mereka.
Reni menjelaskan, pada prinsipnya slow
learner tersebut tetap memiliki masa depan yang cerah, asalkan mereka
bersekolah dan bekerja dalam bidang yang sesuai kemampuan mereka. "Bagi
murid SMP yang memiliki kecerdasan rata-rata disarankan agar tidak
melanjutkan ke SMA, tetapi ke SMK sesuai kemampuan, bakat dan minat
mereka," ujar dia.
Sebab itu, perlu didorong pengembangan
ragam SMK sesuai tuntutan dunia kerja. Setamat SMK siswa dapat
melanjutkan ke program vokasional dan spesialis. Sedangkan murid SD yang
dengan kecerdasan tinggi diarahkan untuk terus melanjutkan ke SMP, SMA
dan Universitas.
Khusus mereka dengan klasifikasi highly
gifted (IQ di atas 145), disarankan untuk dididik khusus dan diberi
beasiswa untuk mengembangkan diri dalam bidang-bidang yang relevan dan
signifikan bagi perkembangan bangsa dan negara di era milenium ketiga
ini.
Misalnya, bidang Teknologi Informasi (Information
Technology), Teknologi Material (Materials Technology), Genetika
(Genetics) dan Teknologi Energi (Energy Technology) dan Lingkungan
(Environmentalism). "Mereka inilah yang akan menjadi knowledge worker
bangsa Indonesia di masa depan," pungkasnya.
(ram)
Sumber: news.okezone.com