Kamis, 08 Maret 2018

Guru Besar UI: Sistem Pendidikan RI Salah Sasaran

JAKARTA - Sistem pendidikan nasional dinilai belum optimal dalam memperhatikan masalah individual differences pada peserta didik. Akibatnya, pendidikan yang diterima peserta didik dirasakan tidak sesuai dengan kebutuhan individu sehingga berujung pada rendahnya daya saing individu di dunia kerja.

Demikian dikemukakan Prof Dr Reni Akbar Hawadi dalam rilis  pengukuhannya sebagai guru besar dalam Bidang Psikologi Pendidikan Universitas Indonesia, di Balai Sidang UI, Depok, Rabu (1/7/2009).

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul "Membangun Peran Psikologi dalam Pendidikan Nasional", Reni memaparkan, ketidaktepatan antara jenis sekolah dengan kemampuan umum (kecerdasan intelektual) peserta didik turut berkontribusi pada meningkatnya pengangguran, daya saing serta indeks pertumbuhan manusia Indonesia yang rendah.

Kepala Pusat Pusat Kajian Keberbakatan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini merekomendasikan agar pemerintah melakukan diversifikasi jenis pendidikan taraf mulai dari jenjang SMP. "Tidak semua murid SD memiliki kecerdasan intelektual memadai untuk melanjutkan pendidikan ke SMP," imbuhnya.

Untuk itu, kata Reni, diperlukan sekolah setaraf SMP untuk menampung peserta didik dengan IQ berkisar 70-89. Kelompok IQ tersebut, tergolong sebagai anak lamban belajar atau slow learner  yang perlu diberikan "ruang" khusus agar tetap menjaga kepercayaan dan harga diri mereka.

Reni menjelaskan, pada prinsipnya slow learner tersebut tetap memiliki masa depan yang cerah, asalkan mereka bersekolah dan bekerja dalam bidang yang sesuai kemampuan mereka. "Bagi murid SMP yang memiliki kecerdasan rata-rata disarankan agar tidak  melanjutkan ke SMA, tetapi ke SMK sesuai kemampuan, bakat dan minat mereka," ujar dia.

Sebab itu, perlu didorong pengembangan ragam SMK sesuai tuntutan dunia kerja. Setamat SMK siswa dapat melanjutkan ke program vokasional dan spesialis. Sedangkan murid SD yang dengan kecerdasan tinggi diarahkan untuk terus melanjutkan ke  SMP, SMA dan Universitas.

Khusus mereka dengan klasifikasi highly gifted (IQ di atas 145), disarankan untuk dididik khusus dan diberi beasiswa  untuk mengembangkan diri dalam bidang-bidang yang relevan dan signifikan bagi perkembangan bangsa dan negara di era milenium ketiga ini.

Misalnya, bidang Teknologi Informasi (Information Technology), Teknologi Material (Materials Technology), Genetika  (Genetics) dan Teknologi Energi  (Energy Technology) dan Lingkungan (Environmentalism). "Mereka inilah yang akan menjadi knowledge worker bangsa Indonesia di masa depan," pungkasnya.
(ram)

Sumber: news.okezone.com

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia