Oleh Drs.
Sonson Sanusi W, M.M.
Kepala Kantor Keluarga Berencana Kota
Jakarta Selatan
Kala tahun 1970 sampai 1980-an saya mengenal sosok Reni.
Setidaknya ada beberapa momen yang membuat saya kenal dekat. Pada tahun 1972
kala itu Kampung Ambon masih berupa jalanan tanah. Ada gadis cantik berwibawa
yang sering lewat jalan Pondasi dengan
mengendarai mobil Jeep tentara (Mitsubishi). Nah, menurut informasi beberapa
teman, ia bernama Reni, anak Pak Kolonel Doelli Hawadi. Seorang tokoh yang berpengaruh kala itu.
Selanjutnya pada awal tahun 1979 saya ditugaskan Ketua RW
mencari calon pemimpin Ikatan Remaja (IKAREMA) Periode 1979-1982. yang mumpuni. Saya dan
beberapa teman ke Rumah Jalan Trijaya
No.19 untuk meminta kesediaan Reni menjadi panitia. Berikutnya Reni terpilih
jadi formatur dan teman-teman saat itu sepakat mengusung Reni sebagai Ketua I
IKAREMA.
Pasca Reni menjadi nakhoda IKAREMA, kegiatan remaja semakin
aktif dan kondusif. IKAREMA dibawah
kepemimpinan Reni pernah menghadirkan Kak Seto, mengadakan upacara bendera 17
Agustus 1979, peringatan Hari Kartini dan lainnya.
Saya mengenal Reni sebagai pribadi yang memiliki jati diri luar biasa. Selain itu Reni sosok setia, tanggungjawab, mandiri, disiplin, tegas, peduli dan tak kalah pentingnya memiliki sifat bijaksana. Di bawah kepemimpinan Reni organisasi berjalan dengan baik.
Di saat lesunya Pengurus Karang Taruna Kelurahan Kayuputih
pada penghujung tahun 1979, Reni Hawadi
dipercaya sebagai Ketua l Karang Taruna Kelurahan Kayu Putih. Dengan
kiprahnya yang positif Reni yang saat itu sebagai mahasiswi
Psikologi UI, pada tahun 1980 dipercaya
sebagai utusan Karang Taruna DKI Jakarta
ke Munas di Garut/HKSN yang dibuka Wapres Adam Malik saat itu. Kalau tak salah saya
ikut mengantar Reni naik bis sekaligus mensupport Reni agar sukses mengikuti
kegiatan di Garut.
Pada tahun 1980-an mahasiswa/i Fakultas Psikologi
dan Fakultas Ilmu Sosial UI
melakukan survei atau penelitian di Karang Taruna Kayuputih. Reni selalu hadir
atau berada di tengah-tengah kegiatan remaja sebagai wujud empati yang yang
tinggi. Contohnya dalam lomba-lomba VG se-DKI tahun 1982.
Sungguh, saya tak kaget ketika sosok Reni yang saya kenal
sejak remaja 40 tahun silam kemudian sukses menduduki eselon I di kemendikbud
RI. Aktivitasnya kini di berbagai organisasi tak lepas dari pengalamannya saat
remaja bergelut di organisasi.
Selamat buat Reni dan teruslah berkarya untuk bangsa.
***