JAYAPURA. PAUDNI – Kondisi tuna aksara di provinsi kepala burung,
Papua dan Papua Barat masih memprihatinkan. Di sejumlah kabupaten jumlah
populasi penduduk tuna aksara mencapai lebih 50 persen. Di provinsi
Papua, sebanyak 675.253 orang atau 35,98 persen penduduk usia 15 – 59
tahun masih tuna aksara.
Jika dibandingkan dengan persentase rata-rata nasional penduduk tuna
aksara usia 15 – 59 tahun di Indonesia pada tahun 2011 yang berada pada
angka 4,43 persen, maka provinsi Papua di urutan pertama.
“Jumlah penduduk tuna aksara di Papua dan Papua Barat jauh dari
rata-rata nasional,” ujar Direktur Jenderal Paudni, Prof. Dr. Lydia
Freyani Hawadi, Psikolog dalam Rapat Koordinasi Sinergi Pendidikan
Pemberdayaan Masyarakat Papua dan Papua Barat di Sentani, Jayapura, Rabu
(26/3).
Menurut Dirjen, pada tahun 2013 melalui program layanan khusus
percepatan pengentasan tuna aksara di Papua dan Papua Barat jumlah
penduduk tuna aksara berhasil diturunkan menjadi 34,38 persen.
Dikatakan, untuk provinsi Papua Barat, pada tahun 2011 masih terdapat
32.953 orang atau 6,79 persen penduduk di Papua Barat tuna aksara. Jika
dibandingkan dengan provinsi Papua, jumlah ini relative kecil atau jauh
dibawah provinsi Papua, karena jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat
lebih kecil dari provinsi Papua. Pada tahun 2013 jumlah penduduk tuna
aksara di provinsi Papua Barat turun menjadi 5,23 persen.
Lebih lanjut Lydia mengatakan, dalam upaya percepatan penuntasan tuna
aksara khususnya di kabupaten yang terindikasi sebagai kantong-kantong
tuna akasara di Provinsi Papua yaitu di Kabupaten Jayawijaya, Lanny
Jaya, Yahukimo, Puncak Jaya, Tolikara, Paniai, Nduga, Pegunungan
Bintang, Deiya, Yalimo, Asmat, Dogiyai, Intan Jaya, dan Memberamo
Tengah.
Sedangkan di provinsi Papua Barat sejumlah kabupaten yang mendapat
perhatian antara lain Manokwari, Teluk Bintuni, Sorong, Sorong Selatan
dan Kota Sorong membutuhkan komitmen serius pemerintah pusat dan Daerah.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Dr Wartanto
MM menilai secara nasional pemerintah menginginkan tahun 2014 target
penuntasan tuna aksara mencapai 3,83 persen. “Apabila jumlah buta aksara
rendah, maka indeks pembangunan manusia (IPM) kita akan naik dan hal
ini terkait dengan pengurangan angka kemiskinan,” katanya. (Eko/ Dikmas)
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M. Psikolog Dalam buku Understanding Your Life Through Color yang ditulis oleh Nancy Tappe (1982...
-
Oleh: Dr. Pudji Astuty, S.E.,M.M | Ketua Program Magister Manajemen Universitas Borobudur Kala tahun 1995 Pascasarjana Magister Manajemen...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog Makalah ini disampaikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan Kurikulum dan Silabu...
-
Menghadiri Halal bi Halal Fakultas bagi saya penuh kegembiraan krn bs jumpa dengan para guru/senior yang telah pensiun. Nah salah satu ...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)