Minggu, 15 Oktober 2017

Taman Posyandu Jatim, Gerakan PAUD Berpihak Masyarakat Miskin

Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog berbincang bersama Bunda PAUD Jawa Timur Nina Soekarwo pada Sosialisasi, Koordinasi, dan Evaluasi Pelaksanaan Program Taman Posyandu Jawa Timur di Surabaya, Selasa (15/1).
SURABAYA. Sebagai aksi percepatan akses pendidikan anak usia dini (PAUD), tahun lalu Jawa Timur telah mencanangkan gerakan 10.000 Taman Posyandu. Kerja keras ini pun sudah berbuah. Saat ini, layanan yang merupakan PAUD holistik integratif tersebut sudah mencapai 4.061 titik. Anak usia dini dari keluarga tidak mampu menjadi sasaran utama.

“Anak-anak usia dini dari keluarga yang tidak mampu atau miskin menjadi perhatian kami, karena mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan akan pendidikan secara mandiri, seperti layaknya keluarga dari ekonomi menengah ke atas,” kata Ketua Tim Penggerak PKK Jawa Timur Nina Soekarwo pada Sosialisasi, Koordinasi, dan Evaluasi Pelaksanaan Program Taman Posyandu Jawa Timur di Surabaya, Selasa (15/1).

Taman Posyandu adalah layanan PAUD yang terintergrasi dengan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dan Bina Keluarga Balita (BKB). Aksi ini diprakarsasi oleh para kader Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Jawa Timur. Sejak Maret 2012, Pemerintah Jawa Timur mencanangkan Gerakan 10.000 Taman Posyandu, di mana layanan ini akan tersedia di setiap desa.
Program ini merupakan bentuk dari jenis PAUD holistik integratif, yaitu PAUD yang tidak hanya memberikan pendidikan tapi juga pemenuhan gizi, kesehatan, perawatan, pengasuhan, kesejahteraan, dan perlindungan. Esensi PAUD holistik integratif adalah kesadaran bahwa untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak, dibutuhkan berbagai hal, tidak hanya pendidikan.

“Saat ini, sasaran utama Taman Posyandu masih berfokus pada anak usia nol hingga dua tahun. Meski demikian, jika di desa tersebut belum ada PAUD, maka layanan Taman Posyandu di daerah itu juga akan melayani anak usia dini hingga enam tahun,“ kata Nina.

Bunda PAUD Jawa Timur ini menyatakan, fokus Taman Posyandu adalah bagi anak usia dini dari nol hingga dua tahun adalah dikarenakan APK PAUD untuk anak usia tersebut masih rendah, yakni 7, 41 persen.

Tahun ini, Nina optimistis target 10.000 Taman Posyandu akan terwujud.  Meski mengakui itu adalah target yang besar, ia menyatakan hal ini perlu dilakukan. Tidak lain karena yang tengah diperjuangkan adalah masa emas, yakni masa optimal untuk berkembang.

“Perkembangan anak di masa ini sungguh luar biasa. Tujuh puluh persen perkembangan intelektual seorang manusia terjadi pada usia nol hingga enam tahun. Bila masa emas ini terlewat,tentu tidak bisa terulang kembali,” kata Nina.

Apresiasi
Menanggapi gerakan Taman Posyandu di Jawa Timur, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog menyambut dengan baik.

“Program ini sangat bagus dan brilian, karena pada satu tempat anak bisa mendapatkan layanan dari tiga unsur sekaligus, yaitu PAUD, BKB, dan Posyandu,” kata Lydia yang juga akrab dipanggil Reni Akbar-Hawadi ini.
Menurut Reni, dengan Taman Posyandu tumbuh kembang anak dapat terperhatikan secara menyeluruh, baik fisik maupun nonfisik. Posyandu merangsang “tumbuh” anak, PAUD mendorong “kembang” anak, sementara para orang tua dididik merawat dan mengasuh anak melalui BKB. (Dina Julita/HK)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia