SURABAYA. Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jawa
Timur cukup unggul di banding provinsi lain. Akan tetapi, kerja lebih
keras terus dibutuhkan. Masih ada desa yang belum tersentuh PAUD.
“Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD Jatim sudah mencapai 84,24 persen
(usia tiga hingga enam tahun-red). Itu melebihi rata-rata nasional
yang baru mencapai 54,64 persen. Dengan peringkat itu, Jatim punya
prestasi mencapai peringkat dua nasional,” kata Direktur Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal Prof. Dr. Lydia
Freyani Hawadi, Psikolog saat menjadi narasumber pada Sosialisasi,
Koordinasi, dan Evaluasi Pelaksanaan Program Taman Posyandu Jawa Timur
di Surabaya, Selasa (15/1).
Tidak hanya mengapresiasi prestasi tersebut, Lydia yang akrab
dipanggil dengan Reni Akbar-Hawadi ini juga menyatakan salut terhadap
Jawa Timur yang telah menerbitkan peraturan daerah (perda) untuk
mendukung perkembangan PAUD, yaitu Peraturan Gubernur No. 63 Tahun 2011
Tentang Pengembangan Anak usia Dini Holistik dan Integratif.
Dari seluruh provinsi di Indonesia, Jawa Timur adalah satu daridua
provinsi yang sudah mengeluarkan Perda mengenai PAUD, di samping
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Perda ini merupakan bentuk
komitmen pemerintah Jawa Timur untuk memenuhi seluruh kebutuhan esensial
anak usia, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
sesuai dengan usia dan tahap perkembangannya. Tentunya, dengan komitmen
itu, pemerintah Jawa Timur mengalokasikan anggaran yang tidak
“main-main” untuk program PAUD.
Belum Satu Desa Satu PAUD
Meskipun telah unggul dibandingkan banyak provinsi di Indonesia,
namun Reni menyatakan program “satu desa satu PAUD” di Jawa Timur belum
tuntas.
“Prestasi Jatim saat ini sudah bagus, tapi jika kita bedah lagi
secara mendalam, ternyata masih ada desa yang belum memiliki PAUD. Dari
8.508 desa di Jatim, ada 722 desa yang belum memiliki layanan PAUD. Ini
yang harus diperhatikan lebih lanjut,” kata Guru Besar Univeristas
Indonesia ini.
Kehadiran Perda mengenai PAUD di Jawa Timur diharapkan Reni dapat
mempercepat ketersediaan layanan minimal satu PAUD di satu desa. Dengan
perluasan akses itu, APK PAUD di provinsi ini pun diyakini akan dapat
terus terdongkrak.
Akan tetapi, ditekankan Reni, bahwa aksi peduli ketersediaan layanan
PAUD, tidak cukup hanya sampai pada pemerintah provinsi, tapi juga harus
menyeluruh hingga ke tingkat pemerintah kota/kabupaten.
“Pemerintah provinsi sebaiknya juga memberikan dorongan terhadap
pemerintah kota/kabupaten agar sama-sama peduli dan memberikan anggaran
untuk PAUD. Kita tentu tidak bisa hanya mengandalkan APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara-red) yang jumlahnya terbatas,” kata Reni.
(Dina Julita/HK)
Tulisan Paling Sering Dibaca
-
Oleh: Dr. Pudji Astuty, S.E.,M.M | Ketua Program Magister Manajemen Universitas Borobudur Kala tahun 1995 Pascasarjana Magister Manajemen...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M., Psikolog Makalah ini disampaikan sebagai bahan masukan untuk penyusunan Kurikulum dan Silabu...
-
Oleh: Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, M.M. Psikolog Dalam buku Understanding Your Life Through Color yang ditulis oleh Nancy Tappe (1982...
-
BOGOR (Pos Kota) – Istri Walikota Bogor Hj. Fauziah Diani Budiarto dinobatkan sebagai Bunda PAUD Kota Bogor. Pengukuhan tersebut dikuat...
Kategori
- Berita (516)
- Insight (103)
- Kata Mereka (85)
- Narasumber (74)
- Antologi (58)
- Wisata (32)
- Wawancara (20)
- Makalah (17)
- Curhat (13)
- Kegiatan (10)
- Buku Kaleidoskop 2013 (7)
- Keluarga (4)
- Konsultan Perkawinan (3)
- Buku (2)
- Artikel dan Makalah (1)
Arsip Tulisan
- Maret (12)
- Maret (3)
- Februari (20)
- Januari (18)
- Oktober (26)
- September (2)
- Agustus (25)
- Juli (24)
- Juni (26)
- Maret (9)
- Desember (44)
- November (9)
- Januari (46)
- Juli (12)
- Juni (7)
- Desember (2)
- November (17)
- Oktober (48)
- September (48)
- Agustus (50)
- Juli (70)
- Juni (26)
- April (51)
- Maret (47)
- Februari (46)
- Januari (41)
- Desember (17)
- Oktober (164)
- September (11)