Saya
adalah pemakan segala, omnivora. Apa saja saya doyan, tidak ada yang
saya tidak suka. Bisa jadi selera makan saya terbentuk karena orangtua saya
suka jajan, suka beli apa yang lewat depan rumah, suka makan di warung tenda,
ataupun makan di restoran.
Di
hoek jalan Wahidin, ada Depot. Disitulah tempat saya jajan. Berjejer toples
berisi permen Miami, coklat merk Koepoe-Koepoe, coklat Dollar karena bentuknya
seperti uang dollar di bungkus kertas warna emas, coklat payung karena bentuk
coklat bertangkai payung dalam kondisi kuncup. Berbagai minuman dingin dijual dalam kotak persegi
yang berisi berbagai macam minuman botol, dengan es yang menutupi botol-botol
tersebut. Ada merk OSO, Green Spot, Sarsaparilla, Orange Cruise, Mirinda namun yang istimewa adalah sirup dengan
dicampur susu plus es batu. Lekker ! Sedaaap….
Di
sekitar Depot ada pohon asem yang besar dan rindang, karena teduh banyak tukang
berjualan dibawahnya antara lain tukang ketoprak. Ketoprak ini menjadi makanan
kesukaan saya sampai sekarang. Tahu yang digoreng setengah matang dan
hangat-hangat dicampur kaos kacang dengan campuran kecap manis, dan sayuran
toge serta kol membuat lidah bergoyang. Bunyi kriuk dari kerupuk merah yang
diremas melengkapi rasa enak ketoprak.
Tidak
jauh dari situ ada kantin yang selalu ramai, tempat istirahat pegawai
Departemen Keuangan R.I. dan kantor-kantor lain di sekitar itu termasuk
sekolah-sekolah yang ada yaitu SMA Negeri 1 dan STM Negeri 1 Jakarta. Makanan
yang Top di kantin tersebut adalah Gado-Gado. Bumbu kacang yang diuleg abangnya
dengan cobek yang lebar,bisa untuk buat untuk 3 piring. Kekhasan abang tukang
gado-gado tersebut memakai apron putih yang melilit pinggangnya, dan bersepatu
keds putih.
Jika kelak saya suka makan apa saja, karena salah satu alasannya adalah masa kecil saya mami tidak pernah protective dalam soal jajan. Hampir semua tukang jualan yang melewati rumah kami pernah saya panggil. Saat waktu Ashar, lewat tukang roti Lauw, abang roti akan berteriak…broood…botiiii… Saya akan memanggilnya membeli roti manis berisi coklat di dalamnya. Sampai saat ini saya dan keluarga, menyukai roti manis coklat yang tebal dan murah harganya, serta mengenyangkan.
Kemudian
tidak lama lewat mbok jamu, mbok jamu ini pasti mampir karena mami dan para bediende,
pelanggan setia mbok jamu setiap sore. Untuk mami, bi Amah akan membawa
keluar dua gelas kecil, satu berisi kunyit asem, campur kencur sedikit dan
brotowali yang pahit dan satu gelas lagi
untuk air manisnya. Selain mami, mereka minum langsung di depan mbok jamu
secara bergilir, termasuk tante saya, tante Yus adik bungsu mami, yang minum
sambil memencet hidungnya. Katanya tidak kuat bau jamu dan supaya tidak terasa
pahit. Saya sendiri walau baru berusia 8 tahun sudah ikutan minum jamu.Bukan karena
disuruh mami, bukan karena ikut-ikutan, tapi lebih karena curiosity saya
tentang apa siih rasa jamu. Dan akhirnya menjadi kebiasaan, dan sampai
sekarang, punya langganan mbok jamu. Minum jamu hanya kunyit asem, tanpa kencur
dan brotowali.
Bada
Magrib akan lewat abang sate yang berpakaian khas dari Madura lewat dan
berteriak teeee….sateeeee….saya panggil ”sateeeee…sini bang masuk…”
Setelah abang sate masuk halaman, saya buka jejeran sate dibawah daun pisang, dan saya bilang ”pake
telor 2, yang ada kulitnya 3 dan sisanya daging semua Bang”. Lontong nya satu
saja ya bang. Terus saya berlari kedalam ambil piring.. kemudian
nongkrong lihat abangnya ngipasin sate…
Malaman dikit ada tukang skoteng…teng teng
teng teng…. sendok bebek akan dipukulkan di bibir mangkoknya, mengeluarkan
bunyi khas yang kita semua tahu itu adalah tukang sekoteng. Saya suka sekali dengan skoteng, kalau ada
tukang skoteng pasti beli. Murah meriah! Sensasi rasa jahe campur susu kental
manis dengan roti, kacang tanah, dan merah delima membuat selalu kangen dengan
skoteng. Sekarang, saya selalu beli skoteng yang mangkal di depan Mesjid UI,
Depok..setiap abis sholat Magrib saya beli segelas kecil plastik (bukan
semangkuk seperti jaman saya kecil).
Jajanan lain yang juga lewat, tukang es puter. Ia selalu memukul gong kecilnya..Saya langsung lari panggil” baaaaang…bang es… bang eeees…ayo masuk. Pilihannya pake cone atau roti. Saya paling suka pake roti. Ada dua rasa, nagka dan alpukat. Saya paling suka rasa alpukat, jadi selalu milih es puding alpukat.
Tukang
es lain yang lewat adalah tukang es doger. Es doger menggunakan gelas coctail
plastik. Es doger ini, adalah es puter yang ada santannya dengan kelapa
didalamnya. Kemudian toppingnya adalah kacang, merah delima dan alpukat. Wah TOP
rasanya!
Masa
kecil saya surga dengan berbagai kue-kue basah tradisional. Setiap pagi ada
tukang kue yang diatas kepalanya membawa dari wadah bundar dari bahan bambu…”kueeeee…kueee..”
Dari dalam kamar saya berteriak
keluar jendela… “ kueeee… beliiii…” Ibu penjual kue masuk berjalan ke
ruang dekat selasar. Ia menurunkan bawaannya dari atas kepala, lantas membuka
penutup wadah bambu bundar. Kepala kecil
saya sudah tepat diatas kue-kue tersebut dengan tangan kiri kanan memegang
dengkul melihat kedalam bawaannya…di kiri kanan saya sudah ada mami, Bambang, tante Butet (yang kos di
rumah) serta orang-orang rumah yang juga mengelilingi si tukang kue.
Didalamnya
berbagai macam kue dijual,ada kue pisang, nagasari, kue bugis, kue lapis, kue lumpur, onde-onde, cucur,
donat kentang, kelepon,kue ku berwarna merah, kue lapis, kue bola dari bahan
ubi, kue bakpau yang isinya kentang manis, kue yang harus dibuka lilitannya,
kue mangkok merah dengan kelapa parut, semar mendem,putu mayang dan lupis.
Kalau ditanya mana yang paling suka..saya akan jawab semua suka…tapi yang
favourite adalah serabi kuah..kalau ini ada langganan yang akan datang bawa ke
rumah. Biasanya 30 tangkep dengan satu botol santan gula Jawa.
Papi
mami penggemar seafood. Mereka suka makan kerang. Biasanya saya diajak
makan kerang di Pecenongan atau di Pasar Baru, depan kantor Antara kalau sore
hari banyak tukang jualan. Sensasi
mencongkel kerang, dan menusuknya dengan garpu kecil plastik dan mencocol dengan sambalnya adalah sesuatu
yang saya ingat sampai sekarang. Khusus makanan ini, saya tidak pernah makan
lagi. Seafood hanya menjadi kenangan masa kecil saja.
Gado-gado menjadi kegemaran saya. Tempat makan
gado-gado ada beberapa. Salah satunya Gado-Gado Boplo dekat pasar, di depan
Stasiun Gondangdia. Tempatnya kecil dan jadi harus sabar ngantre, menunggu
giliran. Tempat gado lain-lain yang juga suka didatangi adalah di Jalan Kebon
Binatang 3. Dan tempat ini sampai sekarang masih menjadi pilihan saya dan
suami.
Salah
satu yang suka adalah es krim. Kalau ini bisa ada beberapa tempat. Bisa di De
Zon..Toko Matahari Pasar Baru, bisa di Ragusa dan bisa juga di Java Room, Hotel
Indonesia. Banana Split dan Chocolate Sundae Java Room tidak ada
duanya. Betul-betul top abees.
Rumah
Makan Padang yang sering dimampiri adalah Roda, di Jalan Matraman. Entah
mengapa sampai sekarang RM Roda tidak pernah ada lagi.
Gudeg
termasuk yang juga saya suka. Walau lebih dekat ke Pasar Senen, tetapi mami
lebih sering belanja ke Pasar Cikini. Nah di dalam, ada penjual gudeg. Salah
satu oleh-oleh dari pasar adalah gudeg. Rasanya khas sekali, masih berasa
dilidah saat saya menggigit paha ayam yang penuh lumuran santannya.
***