Kamis, 05 Oktober 2017

Jajan dan Jajanan


Saya adalah pemakan segala, omnivora. Apa saja saya doyan, tidak ada yang saya tidak suka. Bisa jadi selera makan saya terbentuk karena orangtua saya suka jajan, suka beli apa yang lewat depan rumah, suka makan di warung tenda, ataupun makan di restoran.

Di hoek jalan Wahidin, ada Depot. Disitulah tempat saya jajan. Berjejer toples berisi permen Miami, coklat merk Koepoe-Koepoe, coklat Dollar karena bentuknya seperti uang dollar di bungkus kertas warna emas, coklat payung karena bentuk coklat bertangkai payung dalam kondisi kuncup. Berbagai  minuman dingin dijual dalam kotak persegi yang berisi berbagai macam minuman botol, dengan es yang menutupi botol-botol tersebut. Ada merk OSO, Green Spot, Sarsaparilla, Orange Cruise, Mirinda  namun yang istimewa adalah sirup dengan dicampur susu plus es batu. Lekker ! Sedaaap….

Di sekitar Depot ada pohon asem yang besar dan rindang, karena teduh banyak tukang berjualan dibawahnya antara lain tukang ketoprak. Ketoprak ini menjadi makanan kesukaan saya sampai sekarang. Tahu yang digoreng setengah matang dan hangat-hangat dicampur kaos kacang dengan campuran kecap manis, dan sayuran toge serta kol membuat lidah bergoyang. Bunyi kriuk dari kerupuk merah yang diremas melengkapi rasa enak ketoprak.

Tidak jauh dari situ ada kantin yang selalu ramai, tempat istirahat pegawai Departemen Keuangan R.I. dan kantor-kantor lain di sekitar itu termasuk sekolah-sekolah yang ada yaitu SMA Negeri 1 dan STM Negeri 1 Jakarta. Makanan yang Top di kantin tersebut adalah Gado-Gado. Bumbu kacang yang diuleg abangnya dengan cobek yang lebar,bisa untuk buat untuk 3 piring. Kekhasan abang tukang gado-gado tersebut memakai apron putih yang melilit pinggangnya, dan bersepatu keds putih.


Jika kelak saya suka makan apa saja, karena salah satu alasannya adalah masa kecil saya mami tidak pernah protective dalam soal jajan. Hampir semua tukang jualan yang melewati rumah kami pernah saya panggil.  Saat waktu Ashar, lewat tukang roti Lauw, abang roti akan berteriak…broood…botiiii… Saya akan memanggilnya membeli roti manis berisi coklat di dalamnya. Sampai saat ini saya dan keluarga, menyukai roti manis coklat yang tebal dan murah harganya, serta mengenyangkan.


Kemudian tidak lama lewat mbok jamu, mbok jamu ini pasti mampir karena mami dan para bediende, pelanggan setia mbok jamu setiap sore. Untuk mami, bi Amah akan membawa keluar dua gelas kecil, satu berisi kunyit asem, campur kencur sedikit dan brotowali yang pahit dan satu gelas  lagi untuk air manisnya. Selain mami, mereka minum langsung di depan mbok jamu secara bergilir, termasuk tante saya, tante Yus adik bungsu mami, yang minum sambil memencet hidungnya. Katanya tidak kuat bau jamu dan supaya tidak terasa pahit. Saya sendiri walau baru berusia 8 tahun sudah ikutan minum jamu.Bukan karena disuruh mami, bukan karena ikut-ikutan, tapi lebih karena curiosity saya tentang apa siih rasa jamu. Dan akhirnya menjadi kebiasaan, dan sampai sekarang, punya langganan mbok jamu. Minum jamu hanya kunyit asem, tanpa kencur dan brotowali. 

Bada Magrib akan lewat abang sate yang berpakaian khas dari Madura lewat dan berteriak teeee….sateeeee….saya panggil ”sateeeee…sini bang masuk…” Setelah abang sate masuk halaman, saya buka jejeran sate  dibawah daun pisang, dan saya bilang ”pake telor 2, yang ada kulitnya 3 dan sisanya daging semua Bang”. Lontong nya satu saja ya bang. Terus saya berlari kedalam ambil piring.. kemudian nongkrong lihat abangnya ngipasin sate…

 Malaman dikit ada tukang skoteng…teng teng teng teng…. sendok bebek akan dipukulkan di bibir mangkoknya, mengeluarkan bunyi khas yang kita semua tahu itu adalah tukang sekoteng.  Saya suka sekali dengan skoteng, kalau ada tukang skoteng pasti beli. Murah meriah! Sensasi rasa jahe campur susu kental manis dengan roti, kacang tanah, dan merah delima membuat selalu kangen dengan skoteng. Sekarang, saya selalu beli skoteng yang mangkal di depan Mesjid UI, Depok..setiap abis sholat Magrib saya beli segelas kecil plastik (bukan semangkuk seperti jaman saya kecil).  

Jajanan lain yang juga lewat,  tukang es puter. Ia selalu memukul gong kecilnya..Saya langsung lari panggil” baaaaang…bang es… bang eeees…ayo masuk. Pilihannya pake cone atau roti. Saya paling suka pake roti. Ada dua rasa, nagka dan alpukat. Saya paling suka rasa alpukat, jadi selalu milih es puding alpukat.

Tukang es lain yang lewat adalah tukang es doger. Es doger menggunakan gelas coctail plastik. Es doger ini, adalah es puter yang ada santannya dengan kelapa didalamnya. Kemudian toppingnya adalah kacang, merah delima dan alpukat. Wah TOP rasanya!

Masa kecil saya surga dengan berbagai kue-kue basah tradisional. Setiap pagi ada tukang kue yang diatas kepalanya membawa dari wadah bundar dari bahan bambu…”kueeeee…kueee..”  Dari dalam kamar saya berteriak keluar jendela… “ kueeee… beliiii…” Ibu penjual kue masuk berjalan ke ruang dekat selasar. Ia menurunkan bawaannya dari atas kepala, lantas membuka penutup  wadah bambu bundar. Kepala kecil saya sudah tepat diatas kue-kue tersebut dengan tangan kiri kanan memegang dengkul melihat kedalam bawaannya…di kiri kanan saya sudah  ada mami, Bambang, tante Butet (yang kos di rumah) serta orang-orang rumah yang juga mengelilingi si tukang kue.

Didalamnya berbagai macam kue dijual,ada kue pisang, nagasari, kue bugis,  kue lapis, kue lumpur, onde-onde, cucur, donat kentang, kelepon,kue ku berwarna merah, kue lapis, kue bola dari bahan ubi, kue bakpau yang isinya kentang manis, kue yang harus dibuka lilitannya, kue mangkok merah dengan kelapa parut, semar mendem,putu mayang dan lupis. Kalau ditanya mana yang paling suka..saya akan jawab semua suka…tapi yang favourite adalah serabi kuah..kalau ini ada langganan yang akan datang bawa ke rumah. Biasanya 30 tangkep dengan satu botol santan gula Jawa.

Papi mami penggemar seafood. Mereka suka makan kerang. Biasanya saya diajak makan kerang di Pecenongan atau di Pasar Baru, depan kantor Antara kalau sore hari banyak tukang jualan.  Sensasi mencongkel kerang, dan menusuknya dengan garpu kecil plastik  dan mencocol dengan sambalnya adalah sesuatu yang saya ingat sampai sekarang. Khusus makanan ini, saya tidak pernah makan lagi. Seafood hanya menjadi kenangan masa kecil saja.

Gado-gado  menjadi kegemaran saya. Tempat makan gado-gado ada beberapa. Salah satunya Gado-Gado Boplo dekat pasar, di depan Stasiun Gondangdia. Tempatnya kecil dan jadi harus sabar ngantre, menunggu giliran. Tempat gado lain-lain yang juga suka didatangi adalah di Jalan Kebon Binatang 3. Dan tempat ini sampai sekarang masih menjadi pilihan saya dan suami.

Salah satu yang suka adalah es krim. Kalau ini bisa ada beberapa tempat. Bisa di De Zon..Toko Matahari Pasar Baru, bisa di Ragusa dan bisa juga di Java Room, Hotel Indonesia. Banana Split dan Chocolate Sundae Java Room tidak ada duanya. Betul-betul top abees.

Rumah Makan Padang yang sering dimampiri adalah Roda, di Jalan Matraman. Entah mengapa sampai sekarang RM Roda tidak pernah ada lagi.



Gudeg termasuk yang juga saya suka. Walau lebih dekat ke Pasar Senen, tetapi mami lebih sering belanja ke Pasar Cikini. Nah di dalam, ada penjual gudeg. Salah satu oleh-oleh dari pasar adalah gudeg. Rasanya khas sekali, masih berasa dilidah saat saya menggigit paha ayam yang penuh lumuran santannya.
***

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia