Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog mengunjungi peternakan sapi perah di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (16/1) dini hari. |
Itulah pertanyaan yang dilontarkan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal (PAUDNI) Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog kepada Suyono, salah satu peternak sapi perah di Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Rabu (16/1) dini hari.
“Para peternak yang memiliki sapi perah dan memproduksi susu setiap hari, tenyata banyak yang tidak memberikan susu kepada anak-anaknya,” kata Lydia yang juga dikenal sebagai Reni Akbar-Hawadi memberikan kesimpulan saat melakukan kunjungan ke daerah perternakan sapi perah dan pos pengumpulan susu segar Koperasi Agro Niaga (KAN) Jaya Abadi Unggul di Jabung.
Diakui oleh Manajer KAN Jaya Abadi Unggul Eva Martianti, banyak peternak sapi perah yang tidak membiasakan minum susu kepada anak-anaknya. Ini tidak lain karena nilai ekonomis yang terdapat pada susu.
“Seliter susu sapi rata-rata dihargai Rp3.450 di sini. Jika mereka menyediakan susu untuk keluarga, maka ini akan mengurangi pendapatan mereka,” kata Eva.
Eva menyatakan, koperasi yang menaungi 1.600 peternak sapi perah dan 200 petani ini sebenarnya telah menyosialisasikan kebiasaan minum sapi kepada para anggotanya. Hal itu senantiasa dilakukan saat memberikan pelatihan atau pembinaan.
“Akan tetapi, usaha kami tidak terlalu berdampak besar. Agak sulit memberikan kesadaran kepada anggota kami mengenai pemenuhan gizi kepada anak,” ujar Eva.
Oleh karena itu, mulai tahun ini, koperasi yang menyuplai 34 ton susu setiap hari kepada Nestle Indonesia ini merencanakan akan membagi-bagikan susu gratis tiap pagi ke PAUD-PAUD sekitar di Jabung.
“Kami harap ini bisa membantu peningkatan gizi anak usia dini, sembari kami memberikan kesadaran kepada orang tua,” tutur Eva.
Pada kegiatan yang sama, Direktur Pembinaan PAUD Erman Syamsuddin mengusulkan kepada Nestle Indonesia untuk menggiatkan gerakan minum susu kepada anak-anak peternak yang bekerja sama dengan perusahaan yang membidangi gizi tersebut.
“Seperti yang kita ketahui, sejak dulu susu bukanlah barang yang murah. Masih banyak anak-anak Indonesia tidak terbiasa minum susu,” kata Erman.
Gizi dan PAUD Holistik Integratif
Gizi, merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian Direktorat Jenderal PAUDNI. Disadari, untuk tumbuh kembang anak usia dini, maka segala kebutuhan esensi anak harus terpenuhi. Kebutuhan tersebut adalah gizi, kesehatan, pendidikan, perawatan, pengasuhan, kesejahteraan, dan perlindungan.
Oleh karena itulah Ditjen PAUDNI mendorong penyelenggarakan bentuk PAUD holistik integratif, yaitu PAUD yang mencakup layanan terhadap pemenuhan seluruh kebutuhan dasar anak, tidak hanya pendidikan. Jenis layanan ini, banyak diselenggarakan di Pos PAUD yang terintegrasi bersama pos pelayanan terpadu (posyandu) serta Bina Keluarga Balita (BKB). (Dina Julita/HK)