Selasa, 10 Oktober 2017

Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog: Pemerintah Mendorong Tumbuhnya Kewirausahaan

JAKARTA-Pemerintah mendorong tumbuhnya semangat kewirausahaan.
Kompetensi di bidang tata rias pengantin modifikasi dapat memberikan
peluang yang luas untuk berwirausaha.
JAKARTA-Pemerintah mendorong tumbuhnya semangat kewirausahaan. Kompetensi di bidang tata rias pengantin  modifikasi dapat memberikan peluang yang luas untuk berwirausaha.

Hal ini ditegaskan Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog saat membuka acara Uji Kompetensi Tata Rias Pengantin Modifikasi di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (17/3).

“Dengan kompetensi yang dimiliki saya berharap bisa sebagai modal awal untuk bekerja atau berwirausaha,” tambahnya.

Guru Besar Psikologi Anak di Universitas Indonesia itu, menambahkan suatu negara dikatakan makmur bila jumlah wirausahanya minimal mencapai 2 persen dari jumlah penduduk. Berdasarkan kajian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Januari 2012, jumlah wirausahawan saat ini baru mencapai 1,56 persen.

“Persentase ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia yang mencapai lima persen dan Singapura tujuh persen,” ujar Dirjen lagi.

Untuk itu, tambah Reni Akbar-Hawadi, sapaan akrab Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, Ditjen PAUDNI selalu mendukung program yang dilaksanakan masyarakat khusus upaya peningkatan kompetensi masyarakat.

Di depan 350 peserta uji kompetensi ini, Dirjen menjelaskan berdasarkan Renstra Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2010-2014, target peserta didik yang mendapatkan sertifikasi kompetensi sebanyak 60 ribu orang.

Jumlah warga masyarakat yang sudah mengikuti uji kompetensi sebagai 101.692 orang dan jumlah peserta uji kompetensi yang mendapatkan sertifikat kompetensi sebanyak 67.185 orang. Khusus peserta uji kompetensi badang Tata Rias Pengantin Tradisional sebagnyak 13.810 orang yang sudah diselenggarakan sejak tahun 2009.

“Tingkat kelulusan peserta uji kompetensi tat arias pengantin tradisional sebesar 94,25 persen. Sedangkan uji kompetensi tat arias pengantin modifikasi ini adalah hal yang baru di LSK Tata Rias Pengantin dan merupakan uji kompetensi perdana sekaligus diharapkan dapat memecahkan rekor Muri,” papar Dirjen lagi.

Dalam Uji Kompetensi Tata Rias Pengantin Modifikasi ini tercatat sebagai pemecah rekor Muri tahun 2013. Selain baru, uji kompetensi ini tercatat diikuti peserta yang paling banyak yakni 350 orang sekaligus.

Untuk itu, Dirjen berharap agar kegiatan ini dilaksanakan dengan sungguh-sungguh. Bukan hanya untuk mendapatkan rekor Muri semata, namun yang lebih penting adalah kualitas penyelenggaraan.

“Saya berharap uji kompetensi ini dilaksanakan secara jujur, adil, dan professional sehingga hasilnya mencerminta kompetensi yang dimiliki peserta didik, yang pada akhirnya sertifikat kompetensi memiliki civil effect dan diminta masyarakat,” tambah Dirjen PAUDNI Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog.
 
Keutuhan Budaya
Sementara itu, Martha Tilaar menilai acara seperti penting dilaksanakan karena juga suatu upaya untuk menjadi ketahanan dan keutuhan budaya nusantara. Keahlian dan keterampilan merias Pengantin Nusantara dan modifikasi tidak semata bisa dimiliki semua orang.

“Banyak yang diwariskan orangtua atau memang talenta. Kami berahrap melalui peserta yang telah melalui uji kompetensi ini, talenta yang diwariskan oleh leluhur kita wajib dijaga keberadaannya dan diturunkan kepada generasi selanjutnya,” katanya.

Sariayu Martha Tilaar, yang lahir kecintaannya terhadap budaya Indonesia, sangat mendukung setiap penyelenggaraan yang berbasis budaya nusantara. Karena, katanya, kita sendirilah yang harus menghargai, mencintai, melestarikan kekayaan budaya nusantara.
“Dengan kesadaran ini pula kita sekalian selalu mencintai produk bangsa sendiri, tidak selalu tergantung barang impor seperti yang terjadi sekarang ini. Kita semua tentu berharap kelak menjadi tuan dan nyonya di rumah sendiri,” paparnya. (Sugito/HK)

Sumber: PAUD dan DIKMAS Kemdikbud

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia