Jumat, 20 Oktober 2017

Dirjen PAUDNI: Guru, Pendidik Utama Setelah Orang Tua

JAKARTA. Para guru PAUD adalah sosok model dan panutan anak didik sehingga perlu menjaga
 lisan dan perilaku. Mereka adalah pendidik utama setelah orang tua.
JAKARTA. Para guru PAUD adalah sosok model dan panutan anak didik sehingga perlu menjaga lisan dan perilaku. Mereka adalah pendidik utama setelah orang tua.
Demikian pesan yang disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal (Dirjen PAUDNI) Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog, saat membuka Musyawarah Nasional (Munas) ke-3 dan Porseni Ikatan Guru Bustanul Athfal (IGB) Aisyiyah di Keong Emas Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Kamis (8/3).
Guru Besar Universitas Indonesia ini menyatakan walau pendidik pertama adalah orang tua, tetapi dengan banyaknya para ibu kerja di luar rumah, peran guru menjadi sangat penting sehingga tabularasa atau goresan-goresan dari para guru PAUD, akan dijadikan panutan anak didik.
“Saya berharap para guru PAUD di IGB Aisyiah dapat mendidik anak usia dini memiliki sifat sidik, amanah, tablig, dan fatanah, serta sesuai dengan karakter yang diharapkan Bapak Presiden yaitu anak-anak yang bersih dan tertib,” tambah Lydia, yang akrab dipanggil Reni Akbar-Hawadi.
Reni juga memuji IGB yang pertama kali melaksanakan munas sekaligus Porseni. “Semoga jiwa korsa terbangun lewat Porseni ini. Kegiatan ini juga dapat memacu daerah-daerah untuk lebih memajukan sumber daya manusia menjadi berkualitas,” katanya.
Aisyiyah
Reni menyatakan Bustanul Athfal Aisyiyah menjadi salah satu mitra utama dalam upaya meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) PAUD karena memiliki 11 ribu Bustanul Athfal Aisyiah yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Saat ini ada sekitar 20,36 persen anak usia 3-6 tahun atau 3,5 juta anak yang belum terlayani. Dengan adanya 11.000 sekolah di Aisyiah, kami yakin semua anak usia dini tersebut dapat terlayani,” tambahnya.
Akan tetapi, ditekankan Reni, pelayanan pendidikan harus diiringi kualitas. Dua tahun lalu, kata Reni, PAUD sempat booming karena banyak orang atau masyarakat berbondong-bondong mengakses minta didirikan PAUD.
“Sayangnya euforia itu tidak diiringi dengan kualitas di banyak PAUD. Pemerintah pun memiliki standar lantaran tidak ingin ada PAUD asal-asalan,” tambahnya.

Apalagi, tambah Reni , pada tahun 2045, Kemdikbud akan memberikan kado istimewa berupa sumber daya manusia berkualitas. Oleh karena itu diperlukan kerja keras, dan itu diawali dari pendidikan anak usia dini. “Dengan kado itu Indonesia akan memiliki ekonomi yang stabil dan menjadi yang terkuat di Asia Tenggara,” ujarnya. (Sugito/HK)

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia