Kamis, 19 Oktober 2017

Pendidikan Indonesia Belum Meneropong Potensi Unik Siswa

DEPOK, KOMPAS.com - Pendidikan di Indonesia belum melihat siswa sebagai individu yang unik, dan bahwa setiap individu adalah berbeda yang perlu pendekatan pembelajaran yang tidak seragam.

Kegagalan pendidikan untuk memahami kebutuhan dan potensi unik setiap siswa itu mengakibatkan kualitas pendidikan yang tidak sesuai harapan, yang membawa Indonesia memiliki daya saing rendah di dunia Internasional.

Oleh karena itu, reformasi pendidikan di Indonesia perlu juga meneropong hal-hal substansial yakni peserta didik sebagai subyek. Karakteristik pembelajaran yang sangat beragam dari sisi potensi, minat, bakat, motivasi, gaya belajar, budaya, ekonomi, harus digali lebih mendalam.

Demikian hal tersebut disampaikan oleh Lydia Freyani Hawadi dalam pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Tetap Ilmu Psikologi Pendidikan pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia di Kampus UI Depok, Rabu (1/7). Lydia menyampaikan persoalan tersebut dalam pidato berjudul 'Membangun Peran Psikolog dalam Pendidikan Nasional'.

Menurut Lydia, di sekolah-sekolah perlu ada psikolog pendidikan yang bisa membantu guru untuk mengidentifikasi kebutuhan dan potensi setiap siswa secara tepat.

"Psikolog di sekolah itu bukan hanya dibutuhkan untuk mengadakan tes IQ saja, akibatnya psikolog di sekolah banyak yang bekerja sesuai pesanan sebagai tukang tes," ujar Lydia.

Menurut Lydia, psikolog mesti dijadikan sebagai tenaga kependidikan di sekolah untuk mengoptimalkan kualitas keluaran pendidikan nasional di masa depan.
***

Copyright © Ren Lydia Freyani Hawadi | Guru Besar Universitas Indonesia