JAKARTA – Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) bukanlah sekadar persiapan
Sekolah Dasar (SD). Hal ini ditegaskan Dirjen PAUDNI Lydia Freyani
Hawadi, Psikolog, pada saat menjadi pembicara tunggal dalam seminar
Peran Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Terhadap
Pengembangan Generasi Emas Indonesia di Jakarta, akhir minggu lalu.
PAUD, katanya, merupakan pendidikan yang sangat mendasar karena
berperan ‘melejitkan’ semua potensi anak yang dibawa sejak lahir. Tahun
pertama kehadiran anak di dunia merupakan periode kritis tetapi
sekaligus menentukan bagi perkembangannya setelah dewasa.
Oleh karena itu, tambah Guru Besar Universitas Indonesia ini, dalam
standar PAUD telah diberikan rambu-rambu bagaimana stimulasi pendidikan
harus diberikan pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak usia
0-6 tahun, baik yang berkenaan dengan nilai-nilai agama dan moral,
motorik kasar dan halus, kognitif, bahasa, maupun sosial-emosional.
“PAUD bukan hanya ada di satuan pendidikan TK ataupun lainnya. Sesungguhnya PAUD sudah dimulai sejak anak dilahirkan di dunia,” tambah psikolog keberbakatan ini.Esensi PAUD, tambah Dirjen lagi, adalah pemberian rangsangan atau stimulasi pendidikan yang sesuai dengan tahap tumbuh-kembang anak dan dilaksanakan melalui pendekatan bermain sambil belajar.
“Cara pendekatan PAUD seperti ini diyakini mampu merangsang seluruh
potensi kecerdasan anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara
optimal, karena anak tidak dihantui oleh rasa takut dan cemas,” tambah
Dirjen.
Selain itu, Reni Akbar-Hawadi–sapaan akrab Lydia Freyani Hawadi,
juga mengatakan anak akan belajar dan berlatih dalam suasana yang
menyenangkan sesuai dengan dunianya, seperti dunia bermain.
“Anak yang belajar dan berlatih dalam suasana menyenangkan diyakini
akan mampu menumbuh-kembangkan imajinasi, kreativitas, keberanian, dan
kemandiriannya. Esensi PAUD yang seperti ini akan melahirkan generasi
cerdas, tangguh, ulet, dan kreatif,”paparnya.
Saat menjawab pertanyaan peserta seminar yang yang sebagian besar
para mahasiswa ini, Dirjen mengatakan mencetak generasi emas tidak bisa
secara tiba-tiba. PAUD pada khususnya, dan pendidikan pada umumnya,
merupakan investasi jangka panjang.
Menanamkan kejujuran, disiplin, cinta sesama, cinta tanah air, dan
semua nilai yang positif pada anak perlu pembiasaan dan harus dilakukan
secara terus- menerus. Ini semua memerlukan keteladanan yang baik dan
konsisten disamping penguasaan yang baik pula tentang prinsip-prinsip
PAUD yang benar.
Untuk itu, kata Dirjen, persiapan dan pengembangan generasi emas ke
depan perlu keterlibatan dan dukungan semua pihak, mulai dari orangtua,
keluarga, masyarakat, perguruan tinggi, dan pemerintah.
“Peran orang tua sangat penting dalam posisinya sebagai pendidikan
pertama dan utama. Keberhasilan PAUD dalam menyiapkan generasi emas ke
depan akan terganggu tanpa adanya dukungan dari mereka semua,” paparnya.
Peran guru PAUD, katanya, juga sangat menentukan. Keterbatasan
fasilitas lembaga PAUD sesungguhnya masih bisa diatasi jika guru atau
pendidik piawai dapat memberdayakan semua yang ada di sekitar anak
sebagai media atau sarana bantu pembelajaran.
“Mereka bisa memanfaatkannya menjadi alat permainan edukatif yang menyenangkan dan mencerdaskan bagi anak,” tambah Dirjen lagi.
Selain itu, Dirjen berharap semakin banyaknya perguruan tinggi yang
memiliki jurusan PAUD atau konsentrasi PAUD akan sangat membantu
peningkatkan kualitas ke depan, yang pada gilirannya juga akan
meningkatkan kualitas bangsa Indonesia. “Dengan banyak mahasiswa yang
memahami PAUD berarti juga akan mempersiapkan mereka sebagai pendidik.
Paling tidak untuk anak mereka kelak,” tukas dirjen.
(paudni.kemdikbud.go.id/esbeem